Part 22 : Chaos, Catastrophe & Killer

1.4K 65 2
                                    

Suara gelas pecah nyaring terdengar. Kini gelas tersebut tidak berbentuk lagi, hanya tersisa pecahan-pecahan tajam yang berkilau.

Pria yang mencampakkan gelas itu tidak terlihat lebih baik. Mata birunya berkobar-kobar bak api biru abadi. Menggambarkan betapa murkanya pria itu. Ia telah ditipu habis-habisan.

Ia mengacak-ngacak rambut hitamnya dengan frustasi, sesekali terdengar umpatan dari bibirnya.

Tiba-tiba suatu pemikiran menyadarkannya dari kemarahan. Sialan. Jika yang didapatnya hanya sebuah tipuan lalu siapa yang hendak diperangkap?

Keringat dingin mengalir, Ya Tuhan, Freya! Ia segera berbalik dan berjalan seperti orang kerasukan. Para pelayan yang hanya memperhatikan sejak tadi mulai kembali bergerak. Sebagian membersihkan gelas kaca tak bersalah yang menjadi sasaran kemarahan Sang Tuan dan sebagian lagi mengikutinya.

"Kau menemukan sesuatu Ryu?" Bam mengikuti langkah Ryu dengan susah payah.

"Tidak. Tapi aku merasa tipuan ini bertujuan memisahkanku dan Freya. Semoga saja dugaanku ini salah," Ryu terus mencoba menghubungi istrinya, hanya nada dering yang terdengar dan tak kunjung ada jawaban. Firasat buruknya semakin menjadi. Mungkin Freya sedang tidur, hiburnya dalam hati. Tapi perasaan tidak tenang apa ini?

Ryu segera memasuki mobilnya. Menghidupkan mesin mobil dan mengendarai seperti orang sinting.

Begitu tiba di rumah keadaan justru semakin kacau. Ryu mengamuk mendapati Freya tidak berada di ranjangnya. Ia memarahi pelayan yang lalai mengawasi istrinya. Ryu mengancam akan memecat semua penjaga tidak becus.

Bam tetap setia mendampingi Ryu dan tetap menjaga Ryu tetap waras walaupun ia tahu hal tersebut sia-sia. Mata biru cemerlang itu terus berkobar-kobar lebih dari sebelumnya. Para pelayan hanya diam dan menerima kemarahan Tuannya yang tidak terkendali.

"Freya," Ryu menggeram. Ia menggigit bibirnya terlalu kuat hingga darah keluar dari sudut bibirnya. "Perintahkan semua orang mencarinya. Dia harus ditemukan, jika tidak maka kalian harus siap untuk menghilang. Berdoa semoga aku tidak menemukan satu pun dari kalian." Ryu menatap bawahannya satu per satu. Mereka menggigil ketakutan ketika menatap mata biru itu.

Badai bersahutan di luar. Seolah mengejek Ryu yang tengah diliputi kekalutan.

Dan untuk ke sekian kalinya Ryu kembali mengendarai mobil dengan harapan dapat menemukan keberadaan istrinya yang diduga berada dalam bahaya.

---**---

"Fre ... ya?" panggil Lily kembali. Suaranya terdengar lebih baik walaupun masih lemah.

"Ibu!" Freya merasakan suka cita yang begitu meluap-luap hingga memenuhi rongga dadanya. "Puji Tuhan, kau sadar kembali," Freya memeluknya. Merasakan air mata jatuh kembali dari pelupuk matanya.

Lily menggerakkan tangan dengan susah payah untuk menyentuh wajah putrinya yang telah tumbuh dewasa. "Ma..ta.. i..ni, Mer..lin.." ucap Lily terbata-bata. Ia memandang mata ungu Freya dengan rasa sayang yang begitu besar.

"Hiks ... hiks ... hiks ... Ibu ...." Freya menggenggam balik tangan yang menyentuhnya. Ya Tuhan apa yang harus ia lakukan. Sebentar lagi ia akan mati lalu siapa yang akan merawat ibunya? Ryu? Tidak mungkin, Ryu pasti membencinya.

Mengingat kekasih hatinya menyadarkan Freya betapa naif dirinya. Freya terus menangis, meratapi kesalahan besar yang telah ia perbuat.

"A..da.. a..pa..?" Lily terlihat gusar. "Put..ri..ku.. ja..ngan.. me..na..ngis." Lily terus berbicara walaupun aktivitas tersebut sungguh menyakitkan untuknya.

Pieces of Heart [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang