Part 24 : Kau Tidak Bisa Menipu Maut

1.3K 68 0
                                    

Happy reading xD
We almost there... xD
Tinggalkan jejak yah 😁😁
Tanggapan kalian sangat berarti, apalagi kritik dan saran untuk cerita ini xD.

Sincerely,

Nina.

---**---

"Hotaru! Kau sadar apa yang kau lakukan?" hardik pria tua yang kini sedang menghalangi satu-satunya jalan keluar dari kediaman Shimizu.

"Sangat sadar, Oto-sama," gaya bicara Hotaru yang berubah formal menegaskan betapa seriusnya ia.

"Hanya sebulan lagi, dan kau akan bebas," Genjirou Shimizu tetap teguh dengan pendiriannya yang kemudian mendapat pelototan sengit dari putrinya.

Hotaru menggigit bibir bawahnya tidak sabar. Ia sangat muak saat ini. "Persetan dengan perjanjian sialan itu! Tidakkah Oto-sama mengerti keadaan Ryu saat ini? Oh, putraku yang malang sedang hancur meratapi istri dan anaknya yang di ambang maut. Tidakkah hal itu menyentuh sedikit saja hati kerasmu?" airmata yang sejak tadi ditahannya jebol dan mengalir dengan deras. Ya Tuhan, bagaimana Hotaru bisa menjelaskan bahwa kesedihan Ryu juga terasa dalam dirinya.

Jika dirinya merasakan duka Ryu hingga kalut dan menyesakkan seperti ini, lantas duka seperti apa yang sedang Ryu rasakan?

Genjirou mendekati Hotaru yang kini menggelung dirinya hingga menyerupai gumpalan bola. Hatinya sungguh sakit melihat keadaan putrinya. Genjirou merendahkan tubuhnya dan kemudian memeluk putrinya.

"Bagaimana bisa seorang kakek tidak peduli dengan nasib cucu dan cicitnya," mata hitam Genjirou berlinang airmata, hilang sudah benteng baja yang dibangunnya selama ini. "Oto-san tahu apa yang kau rasakan Hotaru, tapi aku takut melepaskanmu ketika teror jelas-jelas sedang mengintai dirimu."

"Aku akan menjaganya, Oto-sama," seru sebuah suara yang familiar. Kedua pasang ayah dan anak itu mendongakkan kepala untuk melihat salah satu cassanova Isaiah yang sangat mereka kenal.

"Isaac ...." gumam Hotaru lemah. Ia menghambur dalam pelukan suaminya yang sejak tadi sudah siap menerimanya.

"Tenanglah nadeshiko-ku," hibur Isaac sambil memeluk Hotaru dengan erat, tak lupa kecupan ringan ia daratkan di kening dan puncak kepala Hotaru.

Genjirou masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Bagaimana bisa menantunya tiba begitu cepat, mungkin ia terlalu meremehkan ikatan Isaac dengan putrinya. Dengan enggan ia mengakui bahwa kebahagiaan putrinya kini bukan padanya lagi, tapi dengan cassanova pirang yang tidak terbaca.

"Oto-sama, maafkan aku sebelumnya karena berkunjung tiba-tiba, mengingat larangan dari perjanjian yang seharusnya masih dipatuhi." Isaac membungkuk pelan ke arah Genjirou.

Genjirou bangkit dan berdiri tegak. "Lupakan. Seseorang mengatakan padaku bahwa perjanjian itu tidak sebanding dengan keadaan Ryu saat ini, dan ia benar mengenai hal itu," tatapan Genjirou melembut melihat wajah putrinya yang lebih segar. "Jaga baik-baik putriku, jangan sampai isu yang sedang beredar itu menjadi kenyataan."

"Tentu, Oto-sama," janji Isaac.

"Terima kasih, Oto-san," ucap Hotaru penuh haru sambil memeluk Genjirou, nada formal sudah menghilang dari gaya bicaranya.

"Apapun, untuk senyum putriku," Genjirou mengusap titik air mata yang masih tersisa di sudut mata putrinya.

Hotaru memeluk kembali ayahnya sebelum pergi dengan Isaac menggunakan jet pribadi. Genjirou mengantarkan kepergian putrinya dengan senyuman.

Pieces of Heart [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang