Part 25 : Murka

1.3K 65 1
                                    

"Dr. Lydia," sapa Ryu.

"Anda Tuan Ryu Isaiah?" tanya Lydia memastikan. Mata cokelat terangnya bersinar di bawah cahaya lampu bandara.

"Ya."

Lydia memiringkan kepalanya. Sedikit tidak mengerti dengan kedatangan Ryu di bandara.

"Ada apa, Doc?" Ryu sedikit terganggu dengan tingkah Lydia.

Lydia mengulum senyumnya, perempuan berusia tiga puluh tahun itu tampak ragu. "Well, kudengar situasimu sangat gawat. Tapi mengapa kau di sini?"

"Ponsel Anda tidak bisa dihubungi," jawab Ryu langsung. "Situasi memang sedang gawat, oleh karena itulah aku menjemput Anda."

"Ah!" seru Lydia. "Bukankah sudah kukirim pesan bahwa aku akan tiba sebentar lagi? Dan setelah itu aku tidak tahu di mana ponselku, hilang secara misterius."

"App--" ucapan Ryu tertahan ketika melihat Breaking News yang sedang disiarkan.

Pemirsa, telah terjadi kebakaran di Rumah Sakit xxxx, api menjalar dengan cepat karena banyak benda yang mudah terbakar dan membuat api semakin besar...

Dan ketika itu juga jantung Ryu berhenti berdetak. Ia tidak memedulikan Dr. Lydia lagi, yang diingatnya hanyalah bagaimana caranya ia kembali ke rumah sakit tempat Freya dirawat.

Dr. Lydia mengangkat bahu. Ia dengan sabar membawa koper besarnya menuju taxi yang telah dipesannya dan pergi ke tempat tujuan. Rumah sakit yang tadi disiarkan mengalami kebakaran.

Sementara itu Ryu memacu laju mobilnya seperti orang kerasukan. Dalam perjalanan ia terus mencoba menghubungi Bam ataupun penjaga yang lain. Namun, tak satupun yang menjawabnya. Dan horror semakin ia rasakan dengan nyata.

---**---

Begitu sampai di rumah sakit api telah padam, Ryu melihat banyak sekali mobil pemadam yang diturunkan. Dengan perasaan was-was ia melihat ke sekeliling, mencari-cari sosok yang dikenalnya.

Perasaan Ryu semakin tidak karuan tatkala tidak menemukan satu pun. Tiba-tiba seorang dokter menghampirinya.

"Tuan Isaiah," ucap dokter yang Ryu kenali, ia dokter yang merawat Freya ketika pertama tiba.

"Doc, apakah kau telah mengamankan istriku?"

Dokter itu membisu. Air mukanya dipenuhi ketakutan dan kesedihan. "Mari ikuti saya."

Secara mengejutkan Ryu mengikuti dokter tadi dengan patuh. Dalam kepalanya terus terdengar dentuman keras, memblokir suara lain untuk terdengar di telinganya.

Dokter tersebut berhenti di salah satu sudut yang jauh dari rumah sakit. Tenda-tenda berdiri tegak, menaungi orang-orang yang Ryu kenali sebagai pasien dari rumah sakit tersebut. Ryu memasuki tenda paling pojok, kemudian setelah sampai di salah satu bangsal ia melihat Bam yang terkulai lemah dan penuh luka.

"Ya Tuhan, Bam!" Ryu terlihat panik. "Apa yang terjadi padamu?"

Seolah telah menunggu kedatangan Ryu, Bam membuka kedua matanya. "Mereka ... mengincar ... F-Fr-Freya ..." ucap Bam dengan susah payah, rasa pening kembali menyerang dirinya dan memaksanya untuk memejamkan mata, mesin yang terhubung dengan tubuhnya berbunyi berisik, mendatangkan dokter-dokter yang kemudian dengan sigap menangani Bam yang sedang kritis.

Pandangan Ryu kembali tertuju ke dokter tadi, mata birunya tidak terbaca. "Istriku ... di mana istriku? Mengapa kau tidak membawaku ke tempat istriku?!!!"

Pieces of Heart [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang