Part 6 : Pertaruhan Masa Lalu

1.6K 85 0
                                    

Jika golongan darah seseorang bisa dikenali dari sikap atau karakteristik maka pasti hal itu tidak berlaku pada Merlin. Dari sikapnya yang begitu berbeda seperti siang dan malam pasti golongan darah Merlin adalah AB. Namun pria itu tidak memiliki golongan darah tersebut, Lily tahu karena ia tak sengaja melihat CV Merlin sekilas beberapa hari yang lalu.

Lalu apa penjelasan lain untuk sikap pria itu? Perubahan sikapnya berbeda 180° dari saat pertama kali ia bertemu Lily. Pria itu bersikap formal, saking formalnya ia tak menganggap Lily atau Sarah sama sekali. Saat mengajar ia hampir tidak pernah melihat ke arah mereka berdua ataupun ketika pria itu tengah mengabsen. Kalaupun Merlin melihat Lily atau Sarah pria itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

Lily sebenarnya tidak peduli, namun ia melihat sesuatu dari pria itu dan ia tak bisa tinggal diam. Jadi hari ini Lily memberanikan diri dan mempertaruhkan harga dirinya untuk memastikan segala hal.

"Mr. Merlin," panggil Lily seraya menyusul Merlin yang berjalan keluar kelas.

Merlin berbalik, menatap Lily dengan enggan, "Ya?"

Lily mendekati Merlin. "Ada beberapa materi yang tidak kumengerti, bisakah sepulang sekolah Anda mengajarkannya pada saya?"

"Itu ...."

Lily tahu Merlin hendak menolaknya. Tapi bukan Lily namanya jika ia menyerah dan berhenti di sini.

"Kumohon! Aku benar-benar tidak mengerti ... dan beberapa minggu lagi akan ada ujian," pinta Lily dengan memaksa.

"Baiklah ...." Merlin memutar bola matanya, "Temui aku di lab bahasa sepulang sekolah."

"Baik Sir!" jawab Lily.

Merlin tersenyum sekilas dan berlalu pergi. Lily memperhatikan Merlin hingga pria itu tidak lagi terlihat, kemudian ia membalikkan badan dan kembali ke kelas.

"Kau berhasil?" tanya Sarah begitu Lily kembali ke kelas.

Lily membuat pose peace dengan jari-jari tangan kanannya. Sebagai tanda bukti keberhasilannya.

"Benarkah?" Sarah hampir tidak mempercayainya.

"Yup!" Lily mendaratkan diri di kursinya, menggeser benda tersebut agar mendekat pada Sarah, "Sepulang sekolah ini aku akan mendapatkan jawabannya."

Sarah terlihat ragu. "Tapi ... kau yakin? Kita kan bisa saja mengacuhkan dia."

"Yakin. Ada yang perlu kupastikan mengenai dia," tekad terlihat di mata Lily.

"Baiklah ...." Sarah menyandarkan punggungnya dan menghela napas.

"Ayolah Rah, semangat sedikit. Setelah ini aku berjanji akan melupakan masalah ini."

"Hmp. Jangan berjanji seperti itu Ly. Aku tahu jika kali ini kau tidak mendapatkan jawabannya maka kau akan terus mengejarnya hingga dapat."

Lily menyengir. "Hehehehehehe."

"Kau tahu kita mirip sekali dalam banyak hal, salah satunya rasa penasaran akan sesuatu yang menarik perhatian kita."

"Itu sebabnya kita saling memahami satu sama lain lebih dari siapapun," Lily menambahkan.

"Kau benar," Sarah mengiyakan.

Lily tiba-tiba teringat sesuatu. "Oh ya Rah."

"Ada apa?"

"Tolong lakukan 'itu' ya? Seperti biasa."

"Oke."

---**---

Merlin bergerak-gerak gelisah, keringat mengalir dari dahinya padahal pendingin ruangan sudah dinyalakan. Ia menarik napas panjang berkali-kali, dan terkadang mengetukkan kakinya.

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now