Part 17 : Malam Pertama (2) [WARNING 18++]

11.8K 81 2
                                    

Kehidupan dan kematian adalah sesuatu yang mempunyai misteri tersendiri. Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Manusia cenderung takut ketika kematian datang. Namun, dalam beberapa kasus, ketika hidupmu berada di ambang batas kematian terdapat dua kemungkinan. Kau menjadi takut hingga hampir gila atau justru kau kehilangan rasa takut itu sendiri.

Freya meraih apapun yang bisa ia jangkau dan melemparkannya pada si pirang madu yang tengah mencekik suaminya. Ia berteriak, meraung, namun pegangan William pada Ryu tidak mengendur sedikitpun.

Akhirnya Freya berlari dengan gegabah dan menerjang langsung William. Dengan mudahnya William menghempaskan Freya ke dinding. Freya tak dapat bangkit, badannya mati rasa.

William menyeringai, buku-buku jarinya memutih dan dengan kejamnya ia berkata, "Ucapkan selamat tinggal pada suamimu."

Pupil mata Freya melebar, "Tidak!!! Ryu!!!!"

Freya menyaksikan tubuh Ryu melemas, jiwa suaminya telah pergi.

"Ryuuu!!!!!" raung Freya putus asa.

"Freya!" ucap sebuah suara, Freya merasakan tubuhnya digoncang-goncang. Perlahan ia membuka matanya.

Sepasang mata biru langit tengah menatapnya dengan khawatir. Beberapa saat yang lalu, Freya melihat mata itu tertutup untuk selamanya. Ia tak kuasa menahan air matanya dan segera meraih Ryu. Ternyata yang dilihatnya hanya mimpi, Freya tidak sadar dirinya tertidur.

"Ku-ku-kupikir aku kehilangan dirimu, untuk sesaat jantungku berhenti karenanya," ucap Freya dengan nada bergetar.

Ryu merengkuh Freya dengan erat, meyakinkan gadis itu bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Tidak Freya, kau hanya bermimpi buruk. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak akan pernah," ucap Ryu dengan penuh keyakinan.

Freya mengangguk mengerti, namun ia masih enggan melepaskan pelukannya. Ryu tersenyum, membiarkan Freya melakukan apapun yang dapat membuatnya lebih baik.

Tapi, sepertinya hasrat Ryu tidak dapat berkompromi. Bagian tubuhnya mengeras dan terasa sakit. Wangi tubuh Freya membangkitkan gairah tanpa ia bisa kendalikan. Sial, ia baru saja menikah dan ini adalah malam pertamanya. Namun, ini terlalu cepat dan ia tidak ingin menyakiti Freya. Gadis itu tengah ketakukan, dan Ryu tidak ingin melakukan tindakan yang dapat membuat Freya gelap mata.

Freya bergerak gelisah, gadis itu sadar. Ryu panik.

"Aaa ... itu ...." ucap Ryu mencoba menjelaskan.

Pipi Freya bersemu merah. Ya Tuhan, mengapa ia malah bereaksi seperti itu. Hasrat Ryu semakin bergejolak. Tangan Ryu terulur dan menyentuh pipi Freya. Ketika kulit mereka bertemu Freya menutup matanya.

Astaga, godaan macam ini, batin Ryu.

Jantung Ryu terus berdetak, jiwa dalam tubuhnya memberontak, menuntut menyentuh gadis yang ia miliki secara mutlak.

"Tidurlah," Ryu membaringkan Freya, tangannya dengan cekatan menyelimuti gadis itu. Sementara dirinya mencari posisi terbaik untuk berbaring di sebelah Freya. Ryu mengelus kepala Freya dengan lembut. Bak ibu yang hendak menina bobokan anaknya.

Freya hendak bersuara namun Ryu kembali berkata, "Sudah terlalu malam. Kau harus istirahat," Ryu terdiam sejenak. "Aku tidak ingin kita terburu-buru, kau butuh waktu, Freya."

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now