Part 2 : Pertemuan Masa Lalu (2)

2.5K 107 1
                                    

Seorang pria terlihat berjalan dengan gelisah di sebuah lorong. Sesekali ia mengacak rambutnya dengan frustasi atau menggumamkan gerutuan tidak jelas. Meskipun ia mencoba melupakan masalah yang tengah menghampirinya masalah itu terus terngiang-ngiang dalam benaknya.

Saat ia menengadahkan kepalanya ia mendapati sesosok bidadari yang sedang terbang ke arahnya. Bidadari bermata biru gelap dengan rambut merah jahe yang bergelombang. Bidadari tersebut menuju ke arahnya dan pria itu telah menemukan solusi dari masalahnya. Ia merentangkan tangan dan bersiap menangkap bidadari tersebut.

---**---

"Lepaskan!" bentak Lily akhirnya.

Namun pria itu tidak juga bergeming. Dari reaksinya Lily tahu pria mesum ini tak akan mendengarkannya. Jadi Lily memutuskan memakai cara kasar. Salah pria itu sendiri tidak mendengarnya. Ia yang memaksa dirinya melakukan hal itu.

Lily menggeliat dengan lihai dan berhasil membuat celah. Tanpa basa basi Lily memanfaatkan celah yang ada dan segera menyikut tubuh pria itu tanpa ampun. Hasilnya tentu memuaskan, pria itu memekik kesakitan dan Lily menyeringai ke arahnya.

"Itu hadiah karena tidak mendengarkanku tuan," Lily bangkit dan segera berlalu pergi secepatnya dari tempat itu.

Pria itu tertegun untuk beberapa detik. "Gadis mengerikan. Dia berhasil membuatku kesakitan. Luar biasa," ucap pria itu sambil memegangi bagian tubuhnya yang kesakitan karena ulah Lily. Ia merintih sambil terkadang diselingi dengan senyumnya yang tak dapat diartikan.

Saat mencoba bangkit dia melihat sang bidadari menjatuhkan sepatu kacanya atau lebih tepatnya buku jurnal berwarna biru langit dengan ukiran-ukiran mengagumkan. Di sana tertera informasi yang cukup membantu pria itu mencari sang gadis.

"Sarah Azalea, hm?" gumamnya dengan senyum yang tidak bisa dijelaskan.

Pria itu menjinjing buku jurnal tersebut dan berlalu pergi menuju tempat yang menjadi tujuan barunya.

Sementara di tempat lain Lily sedang mengendap-endap mengawasi keadaan kelasnya. Dia benar-benar sudah terlambat. Mr. Kim telah berada di dalam kelas juga dan yang lebih menakutkan Sarah duduk dengan ekspresi yang Lily yakin bisa dikatakan sebagai marah besar.

Hadapi semuanya Lily! Kau harus berani! batin Lily sambil menepuk kedua pipinya.

Lily menarik napas panjang. Membusungkan dada dan mengambil langkah menuju kelasnya. Ia mengetuk pintu kelas yang otomatis membuat semua mata menatapnya.

"Sudah dua tahun masih belum menghapal kelasmu miss?" tanya Mr. Kim sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Lily menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Maaf Mr. Kim, aku tidak bisa menahan panggilan alam," Lily memelankan suaranya, "aku benar-benar sulit meninggalkan toilet tadi."

Sontak kelas menjadi ramai. Mereka tidak bisa menahan tawa mendengar ucapan Lily. Lily memang nomor satu untuk urusan melawak.

"Yasudah, yasudah, cepat duduk di tempatmu," ucap Mr. Kim mengalah sambil mengibaskan-ngibaskan sebelah tangannya.

Lily membungkuk pelan lalu berjalan perlahan menuju bangku kosong di sebelah Sarah.

"Hebat sekali Ly," puji Sarah sarkastis.

Lily memasang tatapan memelas, "Maafkan aku Rah,"

"Lalu di mana buku jurnalku?"

"Apa?" tanya Lily bodoh.

Sarah menepuk keningnya, "Ya Tuhan."

Lily buru-buru menyadari kesalahannya. Pupil matanya melebar mengikuti perubahan mood Sarah yang semakin memburuk.

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now