Part 15 : Kabur

1.5K 71 0
                                    

Freya mengambil bajunya yang tertata rapi di lemari. Ia memilah baju miliknya dengan bijaksana, mengingat hanya dua koper yang akan dibawanya. Gerakan tangan Freya tiba-tiba terhenti ketika ia melihat ornamen yang diberikan Ryu padanya.

Secara otomatis Freya meraih kedua ornamen yang telah bersatu, tatapan matanya lirih. Jikalau mereka bertemu di situasi yang berbeda tentu tanpa ragu Freya tidak akan mengambil keputusan ini. Keputusan untuk meninggalkan Akademi Frisuki dan menyelamatkan Lily bagaimanapun caranya.

Malam ini Freya akan pergi diam-diam, ketika semua orang sedang terlelap di alam tidur ia akan mengendap-endap dalam kegelapan. Seperti seorang mata-mata terlatih yang menjalankan misi. Freya akan melakukan hal itu tanpa diketahui seorang pun. Bagi Freya hal itu tidak sulit, ia mempunyai keahlian yang tidak perlu diragukan.

Freya mengusap ornamen yang tengah ia pegang, meraih kaitan kalung kemudian mengalungkannya di leher. Ia menggenggam erat bandul ornamen sakura dan clover berdaun empat itu, memejamkan mata dan berdoa sejenak dalam hati.

Setelahnya ia mengambil baju yang telah dipilih, memasukkannya ke dalam koper dan kemudian keluar dari pintu kamar. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan keadaan telah aman untuknya. Ketika keadaan meyakinkan Freya mengambil langkah dengan mantap.

"Kau memutuskan pergi?" tanya sebuah suara yang hampir membuat Freya melompat karena kaget.

Freya meletakkan tangan di ulu hatinya, "Ya Tuhan, Mrs. Bowman."

Seira berjalan mendekati Freya. "Aku tak tahu apakah keputusanmu ini tepat atau tidak. Namun aku tidak memiliki hak apapun untuk menghakimimu, aku berharap yang terbaik untukmu." Seira meletakkan secarik kertas di telapak tangan Freya, "Ambillah, ini data-data rumah sakit tempat Lily berada. William selalu memindahkannya secara berkala. Kau bisa mengeceknya satu per satu."

Freya melompat ke arah Seira, memeluk wanita yang terlihat kuat selama ini namun sekarang terlihat sangat rapuh. "Terima kasih, terima kasih banyak untuk segalanya," Freya melepaskan pelukannya. "Bibi telah berusaha keras selama ini, dan aku tidak bisa meminta lebih dari itu. Karena itu, mulai sekarang pikirkanlah dirimu saja. Berbahagialah selalu, untukku dan ibuku."

Seira terharu. Ia tidaklah melakukan hal demikian besar sehingga pantas mendapat ucapan seperti dari Freya. Tapi keponakan kecilnya itu memujinya dengan tulus, memeluknya dengan penuh kasih sayang. Seolah mengatakan bahwa sekarang gilirannya untuk menanggung semua beban yang ada. Freya melanjutkan kembali langkahnya yang tertunda.

Menyaksikan kepergian Freya membuat dada Seira sesak. Seolah seluruh oksigen di bumi dicuri darinya. Ia berlari, mencoba menyusul Freya. Namun, Freya tidak terlihat lagi. Seira jatuh terduduk, kehilangan kekuatan lututnya. Ia memukul-mukul lantai marmer. Butiran-butiran air mata berjatuhan dari pelupuk matanya.

"Ya Tuhan, jangan lagi ...." Seira sesengukkan, "Mengapa Kau terus mengambil orang yang kusayangi ..."

Seira terus menangis. Isakannya begitu menyayat hati. Freya yang bersembunyi ketika mendengar langkah Seira, perlahan-lahan meninggalkan tempatnya.

Tak ada air mata, peringat benak Freya. Walaupun rasanya ia hampir mau mati namun tak ada ruang untuk hal semacam itu. Tujuan Freya saat ini adalah menyelamatkan Lily.

Ketika mendongakkan kepala ke langit terbuka bulan purnama menatap Freya balik. Ia bersinar terang dengan angkuhnya ke permukaan bumi. Sinarnya lebih terang dari malam-malam sebelumnya seolah mengejek dan berusaha menggagalkan usaha Freya.

Seorang petugas keamanan tiba-tiba muncul dari lorong. Freya hampir ketahuan jika sebuah tangan tidak menariknya ke semak-semak.

Orang itu meletakkan ibu jarinya di bibir, isyarat agar Freya diam. Setelah petugas tadi pergi ia melepaskan cengkeramannya pada Freya.

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now