Part 8 : Kunjungan Masa Lalu

1.5K 76 0
                                    

"Akan lebih bijaksana jika kau tersenyum sedikit," seru Keir pada Sarah.

Sarah menatap Keir dengan enggan. Enggan melakukan apapun, ia sudah lelah. Ia kembali menatap langit di sampingnya, dan kembali mengembara nun jauh di sana.

Keir menghela napas panjang, cukup sulit mengembalikan mood Sarah menjadi sedia kala. Keir berharap dua sejoli yang sedang dimabuk cinta di hadapannya sadar dengan situasi Keir yang tidak mendukung.

Satu hal yang tidak Keir mengerti mengapa mood Sarah sedemikian buruk karena saudarinya menjadi kekasih Merlin? Karena tak kunjung menemukan jawabannya Keir memutuskan untuk tidak ambil pusing dan mengalihkan pikirannya pada hal lain, contohnya bagaimana ia bisa membuat Sarah menjadi kekasihnya. Senyum semringah terbentuk ketika Keir membayangkan hal tersebut.

Merasa bersalah karena mengacuhkan Keir, Sarah melirik sekilas ke arah pemuda itu. Ia menggerutu dalam hati ketika mendapati Keir cengar-cengir. Percuma ia khawatir, pikir Sarah dalam hati. Sarah kembali memfokuskan pikirannya pada masalah yang tengah berputar-putar dalam benaknya.

William mengutarakan perasaannya pada Sarah yang sedang berpura-pura menjadi Lily, bertepatan ketika Lily dan Merlin menjadi sepasang kekasih. William adalah orang yang membantu mereka selama bersekolah disini, dialah yang telah menolong Lily dan Sarah ketika mereka hampir putus asa melarikan diri dari rumah sang bibi. Ia tersenyum, memperhatikan mereka khususnya Lily. Lily pun sangat mengagumi William, namun perasaan Lily tidak lebih dari rasa sayang kepada keluarga.

Berbeda dengan Lily, pria itu mencintai Lily sejak pandangan pertama. Sarah bisa melihatnya dengan jelas, ia heran Lily bisa begitu bebal terhadap hal itu. Sekarang Sarah bingung, tindakan seperti apa yang harus ia ambil selanjutnya. Haruskah ia memberitahu Lily mengenai William dan mengganggu kebahagian saudarinya? Tidak. Kebahagiaan Lily adalah hal yang sangat diinginkan Sarah.

Masalah terbesar adalah Sarah mempunyai firasat tidak baik mengenai William. Memang William adalah pria yang baik, tapi ... ada sesuatu yang salah. Oleh sebab itulah Sarah mengusulkan agar ia saja yang menemui William menggantikan Lily, ia mencoba mencari tahu apa yang salah dengan pria itu. Namun hingga saat ini ia tidak kunjung mengetahuinya, justru firasatnya makin memburuk.

Untungnya William tidak bisa membedakan dengan jelas antara Sarah dengan Lily seperti halnya Merlin. Jika tidak, entah bagaimana reaksi William mengetahui tindakan Sarah ini.

Sekarang apa yang harus Sarah lakukan? Terhadap William, Lily, dan Merlin serta sandiwara yang ia lakoni. Pikiran Sarah makin ruwet, keningnya mengerut seirama dengan benaknya yang kusut. Ya Tuhan, batin Sarah.

"Sarah kita sudah sampai!" seru Keir. Sarah hampir melompat dari kursi karena terkejut.

Sarah bangkit kemudian mengikuti langkah Keir dan turun dari pesawat pribadi Merlin dengan hati-hati. Ia menatap langit biru cerah yang terbentang di langit, langit yang menaungi negeri dimana kekasih saudarinya lahir. Inggris.

Sebuah limosin menjemput mereka, seorang pelayan keluar dari mobil dan memberi hormat pada Merlin.

"My lord ...."

"Aku kembali Count," Merlin tersenyum, ia merangkul Lily seraya memperkenalkan mereka berdua. "Count, ini Lily Azalea, calon istriku."

Count membungkuk pelan. "Saya Count Simon, kepala pelayan keluarga utama Laniana. Senang bertemu Anda miss."

Lily tersenyum, sedikit canggung dengan sikap Count. "Senang juga bertemu denganmu."

"Mari," ajak Count.

Mereka semua mengikuti Count dan memasuki limousin.

---**---

Lily tahu Merlin seorang bangsawan di Inggris, tapi tidak ada yang mengatakan padanya jika pria itu amat sangat kaya. Terlalu kaya.

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now