Part 9 : Masalah di Masa Lalu

1.5K 82 0
                                    

Sarah memasuki kastil Merlin dengan rasa cemas yang tidak dapat ia jelaskan. Jantungnya berdetak tidak normal, ada sesuatu yang salah di sini. Telapak tangannya dingin dan berkeringat, firasat buruk Sarah semakin menjadi-jadi.

Ayah Merlin membawa Lily dan Merlin ke ruang lain, menyisakan dirinya, Keir, beserta ibu dan adik Merlin di ruang tamu. Seira bergelayut pada Keir dengan manja, sang ibu menatap tingkah anaknya dari jauh sambil tersenyum.

"Tante," panggil Seira.

Sarah celingukan. "Tante? Siapa?"

Seira menunjuk Sarah. "Kau."

"Apa? Aku kakak bukan tante," gadis kecil tidak sopan, pikir Sarah.

"Aku tidak peduli," Seira bersedekap. "Tante tolong jangan rebut Keir dariku, tantekan cantik pasti banyak pria lain yang menyukai tante. Tapi kumohon jangan Keir," Seira menatap Sarah dengan lurus. Gadis kecil itu bersungguh-sungguh. Sarah kagum akan keberanian gadis itu.

Sarah mendekati Seira, ia berjongkok menyesuaikan tingginya dengan Seira. "Cinta bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan. Kau tidak bisa memaksa seseorang menyukaimu begitu juga sebaliknya," Sarah menggenggam kedua tangan kecil Seira. "Tapi satu hal yang kuyakini, jika sesuatu terjadi padaku maka untuk Keir hanya kaulah gadis yang cocok."

Seira memiringkan kepalanya, tidak mengerti dengan ucapan Sarah. Keir menyambar Sarah, ia memandang Sarah dengan sengit.

"Apa maksud ucapanmu tadi?" tanya Keir antipati. Seira sampai terkejut karenanya, gadis kecil itu kembali ke sisi ibunya.

Sarah tak kalah heran. "Entahlah ... itu terucap begitu saja."

"Jangan pernah mengucapkan hal itu lagi." Keir tampak terluka.

Sarah tiba-tiba membeku, pupil matanya melebar. "Sir William?"

Keir menoleh, ia melihat William tidak kalah terkejut dengan Sarah.

"Oh Will! Kau sudah datang? Lihat ini, Merlin kita sudah besar. Ia membawa calon istrinya," seru ayah Merlin tiba-tiba.

William membalikkan badan ke arah sumber suara. Ia kembali terkejut.

"Lily?" panggilnya.

"Sir ...."

Entah bagaimana William kembali seperti biasa.

"Kau ... kau calon istri Merlin? Lalu ... bagaimana mengenai pertanyaanku waktu itu?"

Lily tampak bingung. "Pertanyaan apa?"

William bagaikan tersambar petir. Ia melirik ke arah Sarah sekilas, tanpa sadar Sarah membuang muka namun sebelumnya Sarah melihat tatapan William yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

William tersenyum. "Ah tidak, hanya pertanyaan tidak penting." William mendekati Merlin dan Lily, kemudian merangkul keduanya. "Selamat ya! Kutunggu undangan pernikahan kalian!"

Lily dan Merlin membalasnya dengan senyum ragu, merasa tidak enak dengan William. Namun William meyakinkan mereka bahwa semuanya baik-baik saja.

"Oh ya paman, kita tidak lupa dengan obrolan mengenai bisnis kita bukan?" tanya William.

Ayah Merlin merangkul William dengan akrab. "Tentu tidak, mari ke ruang kerjaku."

William melirik kembali ke arah Sarah. Pandangan mata mereka bertemu, tubuh Sarah gemetaran.

Ketika malam tiba mimpi buruk dimulai. Ayah Merlin muncul di ruang makan dengan aura berat. Wajahnya tertekuk dengan tampang mengeras, ruang makan yang seharusnya terasa hangat menjadi dingin hingga menusuk tulang.

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now