Part 19 : Sweet Moment

3.4K 69 0
                                    

Ryu menatap layar ponselnya dengan gelisah, jemarinya yang ramping mengetuk-ngetuk meja, sesekali ia menghela napas panjang.

Sudah hampir sebulan, dan Bam belum memberikan kabar mengenai tugas yang ia berikan. Apakah William memang lawan yang sangat berat bahkan untuk seorang Isaiah?

Sialan. Ryu mengutuki dirinya sendiri. Tersenyum dengan ganjil dan mulai tertawa. Ha! Bahkan ia tidak mampu tertawa saat ini.

Betapa naif dirinya, tentu saja William bukan lawan yang mudah. Laniana memang lawan yang seimbang sejak dahulu, dan William, walau bagaimanapun tetaplah seorang pewaris keluarga Laniana. Akan sangat gegabah jika ia sembarangan menghadapi pria itu. Walaupun enggan, untuk saat ini dirinya memang bukan tandingan untuk William.

Namun, apakah Ryu akan menyerah begitu saja? Tidak. Tidak akan pernah. Ia telah berjanji dengan seluruh jiwa raganya bahwa apapun yang terjadi ia akan melindungi Freya, meskipun itu berarti ia akan melawan William, lawan yang mustahil ia kalahkan. Bahkah, jika seluruh dunia ikut menentangnya ia tak akan gentar.

Tiba-tiba ponselnya bergetar, layarnya menampilkan sesuatu yang sangat ia tunggu.

Bam is Calling...

Ryu segera mengangkat ponselnya, "Halo Bam, bagaimana hasil penyelidikanmu?"

"..." hening sejenak, "Ryu, kau harus berjanji padaku untuk tetap tenang."

"Jadi memang tidak mudah ya, " Walaupun Ryu sudah memprediksi hal tersebut namun tetap saja ia kecewa. Nada sumbang dalam suaranya terdengar tanpa ia kehendaki.

"Tidak juga, memang daftar rumah sakit yang kau berikan itu satu pun tidak menunjukkan keberadaan ibu Freya, tapi akhir-akhir ini pergerakan William sedikit mencurigakan."

"Mencurigakan bagaimana?"

"Kulihat ia seperti mengecek suatu tempat berkali-kali, dan ia memesan jasa transportasi khusus, dugaanku ia akan memindahkan ibu Freya."

"Dan tempat apa yang ia cek?" tanya Ryu penasaran.

"Aku bahkan tidak tahu tempat macam apa yang ia tuju itu." Terdengar helaan napas panjang di seberang suara. Tampaknya Bam letih.

"Begitu ya ... Hm ...." Ryu berpikir sejenak. "Aku minta maaf yang sebesar-besarnya, Bam, kumohon awasi sedikit lebih lama lagi. Semoga saja kita menemukan sedikit petunjuk."

"Tidak apa-apa. Aku mengerti Ryu, jujur pria ini memang membuatku takut. Bagaimana bisa ia tidak melakukan kesalahan sedikitpun."

"Ya. Dan pria macam itulah yang sedang mengincar nyawa istriku." Ryu tidak ingat sejak kapan ia nada suaranya berubah menjadi tajam, ia terkejut ketika mendapati dirinya menggertakan gigi.

"Tenanglah. Aku akan melakukan apapun yang kubisa untuk membantumu."

"Ya ... terima kasih banyak Bam."

"Sama-sama."

Dan sambungan telepon terputus.

Ryu menatap layar ponselnya kembali, tanpa sadar dahinya berkerut hingga membuat wanita yang tadinya menikmati indahnya laut jingga, kini menghampirinya.

"Ada apa?" Ekspresi bahagia yang terlihat beberapa detik lalu kini menghilang total, Ryu menyesal sekali membuat wanitanya khawatir.

Ryu menarik tangan Freya dan membawa istrinya ke dalam pelukannya. "Tidak, tak ada hal khusus," jawab Ryu sambil menghirup aroma rambut Freya.

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now