Part 20 : Ancaman

2.3K 58 0
                                    

"Ryu, kali ini apa yang akan kita lakukan?" Freya menatap suaminya. Pria tampan yang kini selalu menemaninya di malam-malam yang kelam. Pria yang dengan mudah menghidupan kobaran api dalam dirinya. Ia selalu memuji Tuhan karena mengirimkannya seorang kekasih yang luar biasa.

"Lihat saja." Ryu merapikan anak rambut Freya yang mencuat, tangannya menggenggam erat tangan mungil istrinya.

Freya tampak sedikit ragu, kemudian ia memutuskan mengutarakan ganjalan dalam hatinya. "Aku ... aku minta maaf jika menyinggungmu, tapi, sungguh, Ryu, sampai kapan kau akan diam dan terus menyembunyikanku?"

Cepat atau lambat Freya pasti akan menanyakan hal itu, entah bagaimana Ryu tahu, sebaik apapun ia mencoba menyembunyikannya Freya selalu tahu dengan caranya sendiri.

"Aku tidak mengerti," ujar Ryu berbohong, belum saatnya Freya tahu. "Apanya yang salah dengan ini? Menikmati bulan madu yang menakjubkan dengan istriku."

"Jika itu dalam keadaan normal," Freya tersenyum getir. "Kau tahu ... belakangan ini aku terus memimpikan ibuku Lily atau bibiku Sarah, aku tidak terlalu yakin yang mana. Mimpi itu samar-samar dan sedihnya aku tidak bisa mengingat mimpi-mimpi itu."

Ryu mengecup kening Freya, mata biru cemerlangnya menatap lurus dan bertemu bola mata ungu yang terlihat khawatir. "Tenanglah, mimpi buruk ini akan segera berakhir Freya."

Freya memegang wajah Ryu, menatap balik suaminya. "Aku harap demikian. Maafkan aku. Aku tahu kau pasti sedang berusaha keras mencari ibuku ...." jeda cukup lama. "Hanya ... terkadang aku berpikir apakah adil untukku bahagia sementara nasib ibuku tidak jelas bagaimana."

"Kau layak akan hal ini Freya," Ryu menyentuh tangan Freya yang berada di pipinya, menggenggam balik seolah menegaskan segalanya. "Bukankah ibumu pasti mengharapkan kebahagiaanmu?"

Freya hendak mendebat, tak setuju. Sekeras apapun ia mencoba entah bagaimana terasa ada sesuatu yang salah. Tapi melihat sinar mata suaminya diurungkannya niat tersebut. "Ya." Jawab Freya pada akhirnya. Ia menampilkan senyum terbaik yang ia bisa untuk mencairkan suasana.

"Nah, begitu lebih cantik." Ryu kembali menggandeng tangan istrinya. Membimbingnya menuju penginapan miliknya.

Setibanya di sana mereka sudah disambut oleh para pekerja. Para bawahan Ryu berbaris rapi dan memberi hormat.

Seorang pelayan, yang Freya yakini adalah kepala pengurus penginapan itu mendekati mereka. Ia membungkuk pelan. "Selamat datang kembali Tuan Ryu." ia menatap Freya dengan sinar mata penuh hormat, "Senang bisa bertemu Anda Nyonya Isaiah."

"Terima kasih Andi. Kau mengelola tempat ini dengan sangat baik," puji Ryu, ia memberikan isyarat kepada Andi.

Andi kembali berdiri tegak. "Anda terlalu menyanjung saya Tuan, Tuanlah yang membuat tempat ini ada."

Ryu balas tersenyum, ia merangkul pinggang Freya. "Freya, dia Andi Supriatna, dialah orang yang membantuku mengelola tempat ini." Ryu menatap Andi, "Andi, ini Freya Leonara, istriku, kelak ia akan menggantikan ibuku menjadi Dutchess of Isaiah."

Freya mengulurkan tangannya, tersenyum ramah pada Andi. "Senang bertemu denganmu, Andi."

"Saya sangat tersanjung dapat mengenal Anda, Nyonya Isaiah." Andi menyambut uluran tangan Freya.

"Oh. Kau sangat berlebihan Andi," ucap Freya mengomentari sikap Andi yang sangat formal. Andi membalas dengan senyuman. Kemudian melepaskan jabatannya.

Ryu menatap Andi, matanya tampak memohon. "Andi, bisakah kau menjaga Freya untukku sebentar? Aku ada beberapa urusan darurat untuk sementara."

"Tentu Tuan."

Pieces of Heart [COMPLETED]Where stories live. Discover now