Pink Lollipop [Ryuto x Rana]

454 30 21
                                    

"Ryuto, tolong ambilkan kotak susu di kulkas!"

"Ryu, tolong ambilkan gula!"

"Tolong ambilkan cetakan, Ryu!"

"Ryu, tolong aduk ini sebentar. Mama mau ke toilet."

Bocah berambut hijau itu memutar bola matanya sambil memghembuskan napas kesal.

Gachapoid Ryuto, atau biasa dipanggil Ryu ini, adalah anak kelas dua SD.

Mamanya punya toko manisan. Toko itu adalah hasil kesukaan mama Ryuto yang hobi memasak makanan manis, seperti kue, permen, dan lain-lain. Anehnya, Ryuto sendiri tidak pernah makan manisan buatan mamanya. Alasannya satu; dilarang. Manisan buatan mamanya itu bikin candu, nanti Ryuto malah sakit gigi, katanya.

Ironisnya lagi, Ryuto sering disuruh membantu sang mama. Seperti sekarang ini misalnya. Minggu pagi, satu hari libur dalam sepekan, tapi mama sudah rusuh minta tolong ini-itu. Kalau Ryuto bisa mencicipinya sedikit mah, masih mending. Nah, ini? Tidak dapat apa-apa kecuali capek dan potongan waktu yang harusnya bisa dia pakai untuk bermain.

Ryuto dengan enggan mengaduk-aduk adonan warna merah muda mencolok di atas wajan panas. Efek terbiasa membantu sang mama, Ryuto jadi tahu banyak. Contohnya, Ryuto tahu kalau adonan itu adalah adonan permen dari teksturnya yang lengket dan aromanya yang sangat manis.

Beberapa saat kemudian, mama Ryuto kembali.

"Gimana, sih, Ryu? Mama, kan, udah bilang berkali-kali, kalau ngaduknya lelet gitu, nanti gosong ..."

Ryuto memutar bola mata malas. Sudah dibantuin, protes pula.

[]

"Ryu pulang ..." ucap Ryuto sambil mendorong pintu kaca yang membawanya masuk ke dalam toko. Aroma manis langsung memenuhi indra penciumnya.

Tidak dijawab, cih, pikirnya sengit melihat mamanya justru tengah sibuk menggeledah etalase kaca tempatnya memajang permen-permen.

"Kenapa sih, Ma, rusuh gitu?"

"Kamu lihat lolipop yang Mama buat kemarin, nggak? Tadi pagi Mama taruh di sini, kok."

"Lolipop apaan?"

"Lolipop stroberiii ... yang warna pink."

Ryuto terdiam sesaat. Kemudian, dia lanjut berjalan menuju tangga untuk pergi ke lantai dua, membalas ucapan mamanya santai, "Tidak tahu. Ryu, kan, nggak boleh ngambil manisan Mama."

"Yakin kamu nggak ambil?" selidik mama.

"Yaelah, curigaan banget sama anak sendiri. Barangkali ada anak tetangga yang ambil permen nggak bilang-bilang," kata Ryu sekenanya.

Mama menghela napas. Diliriknya jam dinding yang menggantung di salah satu sisi dinding. Waktu sudah kepalang sore dan tampaknya mama juga sudah capek.

"Duh, ya udah, deh. Kamu bantuin Mama tutup toko, habis itu mandi, terus bantuin Mama bikin kue, ya!"

Ryuto cuma merespons ucapan panjang lebar mamanya dengan gumaman singkat, "Iya."

"Yang bener denger nggak, Ryuto?!"

"Iya, Mamaaa, Ryu denger, kok!"

[]

KRIIING!

Bel istirahat berbunyi. Di dalam kelas yang seketika ramai itu, seorang bocah lelaki berambut kehijauan mendekati segerombolan tiga anak perempuan di meja mereka dengan ragu.

Salah seorang gadis di gerombolan itu yang berambut hitam melihatnya, kemudian langsung menyikut teman di sebelahnya.

"Apa sih, Yuki?" protes Una yang disikut.

Anak perempuan yang dipanggil Yuki memberi kode kepada Una dengan melirik ke arah bocah hijau yang mendekati mereka. Kode itu langsung dipahami Una, kemudian dia menepuk bahu gadis berambut kepang dua di sampingnya.

"Eh, Rana, aku sama Yuki mau keluar sebentar, ya?" katanya sambil menggandeng Yuki.

"Lho, ngapain?" gadis berkepang dua, Rana, menatap kedua temannya bingung.

"Err ... ke toilet! Sebentar aja, kok. Dah!"

Sedetik kemudian, Una sudah menyeret Yuki keluar kelas. Di koridor, mereka berdua tertawa sambil bertos kompak. Ryuto harus berterima kasih pada kedua gadis itu.

Kini, bocah hijau itu mendekati Rana yang tertinggal sendirian di bangkunya.

"Um, Rana," panggilnya.

Rana menoleh. "Ryuto, ada apa?"

"Umm ... ini."

Ragu-ragu, Ryuto menyodorkan bungkus permen berwarna pink berbentuk hati.

"Wah, lolipop stroberi!" pekik Rana riang ketika menerima bungkusan tersebut. Dia tersenyum lebar. "Makasih, ya! Ryuto baik banget. Aku tahu kemarin kamu juga yang taruh lolipop stroberi di laci mejaku."

Wajah Ryuto bersemu memerah. Bocah hijau itu tertawa canggung dengan sebelah tangannya menggaruk belakang kepala. "Ketahuan, ya?"

Rana tertawa. "Tentu saja! Kan, ada label toko permen mama Ryuto di bungkusnya!"

Sementara itu, di toko manisan milik mama Ryuto, seorang wanita sibuk membongkar etalase.

"Duh, mana sih, lolipopnya, kok hilang lagi?!"

Fin.

Vocaloid ーoneshoot collectionOù les histoires vivent. Découvrez maintenant