Moon World Tour [Gumiya x Gumi]

403 26 10
                                    

Keduanya adalah sepasang sepupu yang sama-sama anak tunggal. Yang satu adalah anak gadis yang ceria, yang satu adalah anak laki-laki pendiam. Berkat pertemuan keluarga setiap liburan, mereka menjadi kawan baik yang nyaris tidak terpisahkan.

"Gumiya, sepupumu datang."

Kepalanya segera ditolehkan ke arah pintu, di mana seorang gadis kecil muncul dengan senyum lebarnya, menghambur ke pojok ruang tamu tempat sepupunya duduk. Begitu jarak keduanya berdekatan, tanpa menyapanya lebih dulu, tangan anak lelaki ditarik begitu saja.

"Ayo, perlihatkan teleskopnya!"

Pada setiap acara yang sama, Gumiya tidak akan mengangkat wajah dari hadapan buku dan beranjak dari pojok jika Gumi tidak ada di sana untuk mengajaknya bermain.

Gadis kecil itu menaiki tangga dengan buru-buru, membuat Gumiya khawatir dia akan jatuh karena kecerobohannya sendiri. Seolah sudah hafal rumah besar yang dikunjunginya setiap beberapa bulan sekali, Gumi berlari ke sepasang pintu di lantai dua. Pintu itu membawanya menuju balkon yang cukup luas dengan sebuah bangku panjang dan ornamen-ornamen patung batu.

Gumi melonjak riang melihat benda lonjong disangga kaki tiga tergeletak di tengah balkon. Tidak sabar, sepasang tangan mungil yang penasaran segera memeriksanya, menyentuh-nyentuh bagian-bagian yang tidak begitu dia tahu fungsinya.

"Perlihatkan cara menggunakannya padaku!" serunya, menoleh pada Gumiya yang baru menyusul setelah tertinggal oleh langkah kaki Gumi yang bersemangat.

Si anak laki-laki membungkuk sedikit, meletakkan wajahnya tepat di depan tabung lensa okuler, sementara satu tangannya sibuk mengatur sebuah kenop, memfokuskan bidikan pada sesuatu di langit.

"Bulannya bagus," ucapnya. Dia lalu menoleh kepada Gumi yang sudah berbinar-binar. "Mau lihat?"

Tawarannya disambut anggukan semangat. Gumiya bergeser, membiarkan Gumi bersenang-senang dengan teleskopnya, menggumamkan eksklamasi yang sedikit berlebihan.

"Menurutmu, apa kita bisa ke sana?"

"Bisa, dengan roket."

"Oh, benar! Itu cita-citamu, kan? Menjadi orang yang pergi ke luar angkasa."

"Astronot," koreksi Gumiya.

"Kalau begitu, ajak aku. Nanti kita tinggal di bulan bersama-sama dan memelihara kelinci. Oh iya, apa kelinci bulan itu sungguhan ada?"

Gumiya tidak langsung menjawab. Dia sudah cukup membaca buku-buku Sains untuk memiliki jawaban pertanyaan itu. Tetapi, tidak ingin melihat raut kecewa pada wajah Gumi, anak itu memilih mengangkat bahu.

"Entahlah."

"Kudengar, di bulan, semua harapan kita bisa terkabul."

Terlalu asyik berceloteh, Gumi tidak lagi tertarik melihat langit malam melalui lensa teleskop. Gadis itu sekarang tersenyum lebar kepada sepupu sekaligus sahabatnya. "Kita ke sana sama-sama, ya?"

Percakapan keduanya hampir semuanya terdengar omong kosong, Gumiya paling tahu itu. Hanya ada satu alasan kenapa dia tidak pernah sekalipun menghiraukan Gumi dan segala kepolosannya.

"Boleh saja."

Karena setiap kali melakukannya, dia dapat melihat senyum cerah gadis itu ditujukan padanya seroang.

"Janji, ya!"

[]

Gumiya baru bangun saat ibunya menghambur ke arahnya, memeluknya erat sambil menumpahkan tangis di bahunya. Dia masih terbayang-bayang mimpinya bertemu ubur-ubur angkasa yang berpendar terang, otaknya belum sanggup memproses apa yang sedang terjadi saat dia baru saja beranjak dari kasur.

Vocaloid ーoneshoot collectionحيث تعيش القصص. اكتشف الآن