A Witch, a Knight, and a Bride [Oliver x Rin]

617 40 30
                                    

Namanya Rin. Tahun ini usianya menginjak enam belas tahun. Dia tinggal di sebuah kota kecil yang tidak ramai. Bersama ibunya, Rin membuka sebuah toko buah di rumahnya sebagai tambahan penghasilan sementara kakak sulungnya bekerja di luar kota.

Biasanya, Rin akan membantu membuka toko di pagi hari, lalu bergantian menjaga toko dengan ibunya sepulang sekolah hingga sore, dan menutup tokonya pada pukul lima tepat. Namun, di hari Minggu, seperti hari ini, Rin seharian menjaga toko.

Minggu siang yang suntuk dan membosankan. Kepala Rin tergeletak malas di atas meja kasir. Tangan kanannya meng-scroll layar handphone yang juga tergeletak di sampingnya. Teman-temannya baru saja memposting foto selfie di sebuah restoran ternama, terlihat sangat bersenang-senang.

Enak, ya, punya teman. Rin tidak dapat memungkiri sedikit rasa iri di hatinya.

Tidak seperti anak remaja seusianya pada umumnya, Rin terlalu sibuk membantu ibunya, hingga tidak ada waktu untuk sekadar bermain bersama teman sepulang sekolah. Jika tidak ada kewajiban menjaga toko, mungkin sekarang dia sudah menghabiskan akhir pekan dengan seorang teman—itu pun kalau punya.

Mencoba menepis pikiran, Rin beranjak dari duduk. Di saat sepi pelanggan seperti ini, daripada bermalas-malasan, sebaiknya melakukan pekerjaan lain. Menyapu halaman depan! Ya!

Gadis pirang itu bergegas mengambil sapu dan keluar dari toko; ke halaman depan. Belum sempurna melangkah keluar, dia dikejutkan oleh sosok anak kecil berpakaian biru yang duduk meringkuk di depan toko.

"H-hei, kau yang disana!" serunya.

Anak itu mengangkat kepalanya untuk menatap Rin. Rupanya seorang anak laki-laki. Rambutnya pirang keemasan, selaras dengan warna matanya yang hanya tampak sebelah, sementara satu matanya lagi tertutup perban.

"Kamu siapa? Apa yang kamu lakukan di sini?"

Anak itu ragu-ragu menjawab, "Namaku Oliver. Aku ingin membeli buah, tapi aku tidak punya uang ..."

Oh, anak miskin, pikir Rin spontan dalam hati. Gadis itu masuk sebentar ke dalam toko, lalu kembali lagi keluar dengan membawa dua buah apel.

"Ini." Rin berujar sembari menyerahkannya pada Oliver.

Anak kecil itu justru menatap curiga, "Ini ... tidak beracun, kan?"

Rin tergelak. "Hahaha ... tidak, kok. Memang kamu pikir aku memasukan racun apa? Sianida? Ini apel, bukan kopi."

"Snowhite saja tertidur lama setelah makan apel."

Oh, kisah Snowhite, batin Rin. Lho, berarti dia pikir aku nenek sihir yang jahat dong?

"Ah, kamu ini ada-ada saja. Jangan campurkan fakta dengan dongeng. Ini, bawalah dan cepat pergi," kata Rin sambil mendorong kedua apel itu ke arah Oliver hingga bocah itu memegangnya.

Disamakan dengan tokoh nenek tua antagonis mau tak mau membuat Rin sedikit tersinggung, hingga reflek mengeluarkan intonasi ketus. Namun, dengan segala kepolosannya, Oliver tersenyum lebar, berkata terima kasih, sebelum berdiri dan berlari pergi.

Rin hanya menghela napas memperhatikan punggung bocah mungil itu menghilang di persimpangan jalan.

[]

Vocaloid ーoneshoot collectionDonde viven las historias. Descúbrelo ahora