Title [Akaito x Meiko]

308 24 70
                                    

"Aku ... hhh ... suka sama-ahh ... kamu ... hhhー"

.

.

.

.

.

"Ambigu, To."

No nethink, ok?

Akaito masih ber-hah kepedasan, diraihnya sebotol akua lalu ditenggaknya hingga isinya tinggal setengah. Lalu kembali menatap cewek di depannya itu.

"Hhh ... serius, Mei."

Meiko cuma menatap datar. "Serius?"

Maksud Meiko, ayolah. Mereka sedang makan bersama di warung bakso kaki lima depan sekolah, dengan Akaito yang kepedasan karena menuangkan hampir seluruh isi botol sambal ke mangkuknya kini menyatakan perasaannya.

Serius?

Jangan-jangan, Mikuo sudah memasang kamera di sudut-sudut tersembunyi.

Kenapa Mikuo? Karena maniak daun bawang tersebut tergolong makhluk jahil kelas kakap.

"Dua rius, Mei," canda lelaki bersurai merah itu.

Meiko menarik napas. "Terus?"

"Ya, lu mau nggak," Akaito menggaruk tengkuknya canggung. "Jadi ... pacar gue?"

***

"Bang, dipanggil."

"Sama?"

"Tuhan."

Bletak!

Akhirnya kepala Len punya punuk macam punggung unta.

"Canda, bang," ujarnya meringis, mengelus kepalanya yang ditimpuk penghapus papan tulis oleh Akaito.

"Serius, Len."

"Sama Mbak Meiko di depan."

"Oh, gitu. Trims," kata Akaito sambil berlalu meninggalkan Len.

Cowok ikemen itu berjalan sedikit tergesa melewati koridor yang masih cukup ramai meski bel sudah berdentang sejak tiga puluh menit lalu. Beberapa orang berpas-pasan menyapanya.

Akaito gitu lho, cowok populer.

Ketika sudah sampai di depan pintu utama; di pinggir lapangan bisbol sekolah mereka, matanya menangkap sosok gadis bersurai brunette pendek melambai kearahnya.

"Hari ini latian kan?" tanyanya basa-basi saat Akaito menghampirinya.

Si sulung Shion mengangguk. "Kenapa?"

"Nggak. Aku mau ikut nonton aja."

"Masih satu jam lagi. Mau makan dulu?" tawar Akaito yang sudah tidak perlu ia dengar lagi respon dari gadisnya karena sudah pasti; Meiko setuju.

Dengan bergandengan tangan mereka berjalan ke warung bakso kaki lima di depan sekolah.

"Udah lima bulan, ya?" celetuk Meiko sambil mendongak menatap langit-langit. Tapi bukan untuk mencari kamera tersembunyi di sana.

Akaito yang sedari tadi menunduk, sibuk dengan ponselnya mengangkat wajah. "Hah?"

"Dulu kamu nembak aku di sini kan? Haha, nggak romantis banget waktu itu."

Antara merasa terhina sekaligus nostalgia, Akaito cuma tersenyum.

Kecut sih. Soalnya cuka di situ terkenal paling asam dengan Ph kurang dari 7.

Nggak nyambung ding.

"Woi, stop!" Meiko tiba-tiba merentangkan tangan ke depan, ke hadapan muka Akaito yang tengah menambahkan sambal ke baksonya.

Vocaloid ーoneshoot collectionWhere stories live. Discover now