Empathy [Yuuma x Yukari]

153 13 10
                                    

[TW: this story contains mental health issues such as depression and self-injury.]

"Itu, kan, salahmu juga, tidak berusaha mempertahankannya."

Yukari berusaha tidak mengabaikan ucapan kawannya sementara dia memperhatikan pemandangan di bawah dari tempatnya duduk di lantai dua.

Suara teriakan penyemangat dari anak-anak yang mengerumuni pinggir lapangan terdengar gaduh dan bersahut-sahutan. Apalagi ketika Kaito sang striker mengeluarkan tendangan supernya hingga menembus pertahanan Rinto si kiper lawan.

Sore itu adalah waktu diadakannya final pertandingan futsal antar kelas, yang merupakan tradisi sekolah di hari olahraga. Menit-menit terakhir berlangsung dramatis. Kelas 11-2, kelas Yukari, melawan kelas 12-6 yang merupakan pemegang piala tahun lalu.

"... Benar juga," gumam si gadis surai ungu, terdengar seolah setuju dengan perkataan Haku, sambil maniknya mengikuti gerakan seorang pemuda yang berlari di lapangan bersama teman-teman setimnya.

Nomor punggungnya 10, sehingga mengingatkannya pada Captain Tsubasa. Tapi, dia punya postur tubuh jangkung dan helai-helai rambut merah muda yang acak-acakan. Tatapan mata emasnya yang seperti elang itu juga masih belum berubah. Sejak dulu, begitulah Yukari mengenalnya.

"Eh, lihat, dia yang menguasai bolanya sekarang! Astaga, dia berhasil melewati Kaito-senpai. Lumayan, ya, Kubohara itu," ucap Haku dengan nada terkesima.

Di bawah sana, Yuuma menendang keras bola yang digiringnya tepat ke gawang, seketika berhasil mencetak gol dan meriuhkan seluruh tepi lapangan. Anak-anak kelas 11-2 bahkan masuk ke lapangan, mengangkat-angkat Yuuma bagaikan pahlawan yang telah menyelamatkan satu kota. Sorak gembira juga ditunjukkan Haku yang mengangkat kedua lengan tinggi-tinggi senang.

Kelasnya menang, tapi Yukari hanya terdiam.

Meskipun semua yang ada di antara mereka telah berakhir, Yuuma masih tampak bersinar menyakitkan di matanya.

[]

Gadis itu melambaikan tangan pada Haku, satu-satunya orang di kelas yang mengajaknya bicara, ketika keduanya berpisah di persimpangan jalan. Setelah itu, tangannya turun kepada strap tasnya, mencengkram erat-erat. Dia berbalik dan mulai berjalan ke apartemennya.

Setiap langkah ditapaki semakin berat rasanya. Yukari mencoba meyakini bahwa dia hanya lelah karena ditunjuk menjadi perwakilan tanding voli putri tadi pagi.

Gadis itu memutuskan untuk mampir ke sebuah minimarket untuk membeli susu dan roti. Dia takut kehabisan makan untuk pagi selanjutnya. Hidup sendirian membuatnya harus berpikir beberapa langkah ke depan, terutama mempertimbangkan merek dan jenis makanan yang dibeli karena akhir bulan sudah dekat.

Ucapan selamat datang dari penjaga kasir tak pernah absen. Seingatnya, tidak ada yang berbeda sejak terakhir kali Yukari ke sanaーkecuali seorang pemuda jangkung yang sedang membayar sebotol minuman energi.

Manik emas itu segera bertemu pandang dengan sepasang iris ungu. Tapi, Yukari segera memalingkan muka dan berbalik.

Saatnya pergi. Aku bisa beli nanti malam di supermarket. Otaknya berspekulasi cepat, secepat kakinya melangkah keluar minimarket yang bahkan belum genap dia masuki.

Tapi, di bawah lampu penerang jalan yang baru mulai dinyalakan itu, sebelah lengannya ditahan.

"Yuzuki."

Bahkan cara Yuuma memanggil namanya pun masih menyisakan getaran asing di dada.

Yukari buru-buru menepis tanpa berbalik. "Aku harus pulang."

Vocaloid ーoneshoot collectionWhere stories live. Discover now