CHAPTER 5

1.1K 151 12
                                    

"Yoojung-a!" panggil Sohyun dari arah belakang. Gadis berambut bergelombang itu berlari kecil lantas duduk di hadapan Yoojung yang tengah menikmati minumannya. Yoojung tersenyum. "Bagaimana Fansignnya?"

"Yah, tentu saja menyenangkan. Sayangnya seseorang meninggalkanku dan sialnya dia yang bahkan bukan fans BTS mendapatkan sebuah gelang dari V!" Sohyun menyindir Yoojung.

"Kau melihatnya?"

"Tentu saja, dasar bodoh! Banyak yang iri padamu. Mereka berpikir kau adalah fans yang beruntung. Cih, fans apanya!" Sohyung mempoutkan mulutnya sedang Yoojung hanya tertawa. Lantas teringat sesuatu ia mengeluarkan album dari tasnya. Kemudian memberikannya kepada Sohyun.

Sohyun tersenyum lebar dan menerima uluran album Bangtan yang terdapat tanda tangan seluruh member BTS serta kalimat-kalimat romantis yang Yoojung minta kepada anggota bangtan untuk ditulis ke dalam album tersebut. Namun tentu saja tidak memakain namanya melainkan nama Sohyun. Inilah salah satu alasan Sohyun mengajak Yoojung agar ia mempunyai dua album dengan tanda tangan BTS.

"Thank you, darling!" ucap Sohyun senang kemudian menciumi album tersebut membuat Yoojung menggelengkan kepalanya.

"Ah ya, mengapa V memberimu gelang? Setahuku itu adalah gelang yang selalu ia pakai kemanapun." Ujar Sohyun. Sebagai seorang fans berat BTS tentu saja Sohyun tahu banyak hal bahkan yang seremeh apapun tentang setiap member BTS.

"Benarkah? Entahlah... dia seperti mengenalku."

Sohyun nampak ikut berpikir lantas sejurus kemudian menjentikkan jarinya. "Ah, kau kan alumni SMU Hangguk! V juga lulusan sana. Lihat saja buku kenanganmu. Kau punya kan?"

Yoojung tampak berpikir. Jadi pemuda itu juga lulusan sana? Bisa jadi karena itulah pemuda itu mengenalnya. Masalah buku kenangan itu sejauh ini ia belum pernah membukanya. Ia tak tahu dimana menyimpannya. Mungkin kakaknya tahu. Ia akan menanyakan padanya nanti sepulang dari café.

***

Yoojung membuka password rumahnya lantas melangkahkan kaki dengan gontai menuju ruang tengah dan merebahkan diri di sofa berwarna abu-abu. Seharian tadi Sohyun terus mengajaknya berjalan-jalan. Memaksanya ikut pergi ke mall dan gadis menyebalkan itu dengan asyiknya memilih baju-baju dan memintanya menilai penampilannya. Terlalu membosankan untuk seseorang yang bukan tipe senang pergi berbelanja seperti Sohyun.

"Kau sudah pulang?" tiba-tiba kakaknya muncul dari arah belakangnya membuat Yoojung sedikit terkejut dan menegakkan duduknya. Yoojung tak tahu entah mengapa ia selalu merasa tegang jika berhadapan dengan kakak laki-lakinya. Bahkan sebersit rasa takut selalu muncul dalam benaknya.

"Em, baru saja."

"Kau sudah makan?" tanya Dong Ha, kakak laki-laki Yoojung. Sebenarnya Yoojung sudah makan bersama Sohyun tadi namun ia tak berani mengutarakannya sehingga membuatnya menggelengkan kepala. Ia tak tahu mengapa, namun kakaknya selalu marah kepadanya jika tahu bahwa ia pergi bersama seseorang dan bahkan makan malam bersama.

"Baiklah. Tunggu sebentar kakak akan memasakkan makan malam. Kau mandilah dulu!"

Lantas Yoojung bangkit dari duduknya dan berjalan cepat memasuki kamarnya. Beruntung di dalam kamarnya terdapat kamar mandi sendiri sehingga ia tak perlu keluar kamar untuk bertemu kakaknya lagi. Yoojung melempar tasnya ke atas ranjang dan langsung membuka lemari pakaiannya. Namun irisnya menangkap sebuah pakaian di atas meja belajarnya lengkap dengan pakaian dalam di atasnya. Sepertinya kakaknya sudah memilihkan pakaian untuknya.

Yoojung menghela nafas. ini adalah kebiasaan kakaknya dan itu sedikit membuatnya merasa tertekan. Setiap malam, kakaknya akan memilihkan untuknya untuk pakaian tidur. Sebuah gaun tidur berwarna putih atau warna lembut lainnya. Gaun itu pendek dan memiliki lengan terbuka biasanya atau terkadang juga ada yang berlengan panjang. Namun hal yang membuatnya aneh adalah pernah ketika ia memutuskan untuk tak memakai pakaian pilihan kakaknya, ia akan mendapati kakaknya marah besar.

 Namun hal yang membuatnya aneh adalah pernah ketika ia memutuskan untuk tak memakai pakaian pilihan kakaknya, ia akan mendapati kakaknya marah besar

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Yoojung tak pernah tahu alasannya. Seingatnya saat itu bahkan kakaknya menamparnya hanya karena tak memakai baju tidur pilihannya. Yoojung mendesah. Segala hal tentang kakaknya terlalu aneh dan sangatlah mengerikan. Memutuskan untuk tak terlibat masalah malam ini ia meraih baju tersebut dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah 30 menit lamanya Yoojung membersihkan diri akhirnya ia keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Ia mengusap rambutnya dengan handuk kecil di tangannya. Ia nampak sedikit terkejut ketika mendapati kakaknya sudah duduk di atas ranjangnya dan menatapnya. Sedikit membuatnya risih lantaran kakaknya memandangnya dari atas hingga bawah. Sejurus kemudian Dong Ha berdiri dari duduknya dan berjalan menuju meja rias adiknya.

"Duduklah. Akan kukeringkan rambutmu." Tawarnya. Yoojung tak pernah bisa menolak perintah kakaknya. Entah mengapa ia selalu takut untuk menolaknya. Lantas bak anjing penurut ia berjalan pelan dan duduk di atas kursi sementara kakaknya telah menyalakan hairdryer dan mulai mengeringkan rambutnya.

Bunyi mesin pengering rambut memecah keheningan rumahnya. Ia merasakan tangan kakaknya sedang sibuk dengan rambut panjangnya. Irisnya menatap pantulan kakaknya dalam cermi di hadapannya. Tubuh tinggi dan tegap itu, dan bahkan mata hitam nan tajam itupun nampak menyiratkan suatu hal mengerikan. Ketika matanya asik mengamati wajah kakaknya di cermin, saat itulah Dong Ha mendongak dan membalas tatapan adiknya pada cermin. Lelaki berumur 26 tahun itu tersenyum tipis. Sedang Yoojung langsung membuang pandangannya bertumpu pada beberapa make up di meja riasnya. Dirinya sedikit bergetar.

"Kau sudah dewasa ternyata." Gumam Dong Ha. Lelaki itu sudah selesai mengeringkan rambut Yoojung. Mematikan mesin pengering rambut dan melatakkannya di atas meja. Kedua tangannya kini memegang pundak Yoojung menatap pantulan adiknya di cermin dengan senyum tipis khasnya.

Yoojung menelan salivanya berat. Entah mengapa suara berat kakaknya berhasil membuatnya bergidik ngeri. Sejurus kemudian ia dapat merasakan hembusan nafas yang terasa lekat di lehernya serta kedua tangan kakaknya yang telah memeluknya dari belakang. Yoojung memiringkan kepalanya merasakan sensasi menggelitik ketika kakaknya mengecup tengkuk lehernya.

Yoojung memejamkan matanya dan menggigit bibir bagian bawahnya sementara kedua tangannya sudah mencengkeram erat ujung gaunnya. Ia dapat merasakan lehernya yang basah dan sesuatu yang mengigit disana.

Ini salah, bukan? Apakah kakak-beradik lainnya seperti ini? Yoojung tak tahu. Ia tak pernah tahu mengapa kakaknya seperti ini. Ia pun tak pernah tahu mengapa ia tak pernah berani menolak setiap perlakuan yang diberikan kakaknya. Mulutnya selalu terkunci dengan otak yang terasa semakin kacau.

Ia bisa merasakan nafas hangat kakaknya pada lehernya. Degup jantungnya berpacu cepat sementara nafasnya tak beraturan. Yoojung berharap dapat menghentikan kakaknya. Namun ia hanya dapat memberontak dalam hati. Ia dapat merasakan perih pada lehernya. Gigitan itu terasa semakin kuat. Yoojung semakin mencengkeram ujung gaunnya dengan wajah yang mulai memerah.

Sementara Dong Ha telah melepaskan ciumannya pada leher Yoojung meninggalkan bekas kemerahan disana, pemuda itu mengusap rambut adiknya lembut dan tersenyum melihat Yoojung sudah membuka matanya kembali. Wajah adiknya memerah dan ia selalu suka melihatnya. Tangan DongHa mengusap lembut wajah adiknya lantas dengan singkat memberikan kecupan lembut di pipi merah Yoojung.

"Ayo, kita makan malam."







[]

Crystal Snow ✔ Onde as histórias ganham vida. Descobre agora