CHAPTER 35

666 96 14
                                    

Taehyung terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa pening. Tak berbeda jauh dengan tubuhnya yang terasa sangat sakit. Beberapa bagian tubuhnya diperban dan dijahit. Ia mengiris setiap sedikit gerakan yang ia lakukan. Manajernya berlari cepat ke arahnya begitu melihat Taehyung terbangun.

"Kau sudah bangun? Berbaringlah. Jangan banyak bergerak." Cegah Sejin. Namun Taehyung mengabaikannya.

"Yoojung dimana?" tanya Taehyung. Sejin mendesah jengkel. Bisa-bisanya bocah ini langsung menanyakan keadaan orang lain disaat dirinya sendiri sedang kesakitan. Mengabaikan pertanyaan Taehyung, Sejin mengambil air minum dan menyodorkannya kepada Taehyung.

"Minumlah."

Taehyung menolak uluran tersebut. Ia mendesah pelan berusaha menahan sakit di perutnya. Ia ingat sekali bagaimana Dongha memukulinya kala itu dengan tongkat besi. Bajingan sinting itu benar-benar ingin membuatnya sekarat.

"Yoojung... gadis itu... dimana dia?"

"Bisa-bisanya disat seperti ini kau memikirkan orang lain, huh? Pikirkanlah dirimu! Kau hampir mati, tahu!"

Tak peduli omelan manajernya Taehyung berusaha turun dari ranjang.

"Apa yang mau kau lakukan?" Sejin mencegahnya. "Beristirahatlah. Kau membuat lukamu semakin parah."

"Aku harus menemui Yoojung."

Sejin merotasikan bola matanya jengah. Gadis itu lagi. Ia heran akan pemikiran Taehyung. Apakah sebegitu spesialnya gadis itu hingga membuat bocah gila ini pergi menolongnya? Meskipun ia tahu Taehyung memang gila, namun ia tak tahu jika bocah itu segila itu. Bagimana bisa Taehyung bisa ikut campur kehidupan seorang psiko?

"Kau gila? Tidurlah! Jangan menyiksa dirimu sendiri."

Namun Taehyung bersikeras. Ia menangkis tangan manajernya dan berusaha turun dari ranjang. Begitu ia turun dari ranjang, getaran kecil membuat perutnya terasa nyeri. Ia membungkukkan badan setelah itu membuat Sejin mendesah jengkel. "Apa kubilang? Berbaringlah. Kau belum sembuh, Tae."

"Yoojung. Aku harus menemui gadis itu. Dimana dia?"

Sejujurnya Sejin tak ingin mengatakannya. Namun kesabarannya telah habis. Ia benar-benar tak ingin melihat Taehyung memaksakan diri seperti itu.

"Gadis itu, Kim Yoojung. Dia sudah dikremasi kemarin. Dia telah meninggal dunia."

Taehyung terdiam sesaat. Namun itu hanya sesaat karena sejurus kemudian pemuda itu kembali memberontak untuk keluar dari ruangan. Mulutnya terus mengoceh untuk bertemu Yoojung. Ia yakin, Yoojung belum meninggal.

"Lepaskan aku. LEPASKAN AKU!" teriak Taehyung marah ketika Sejin menahan tubuhnya. Tangannya berusaha menggapai pintu keluar ruang rawatnya.

"Hentikan, Tae! Hentikan! Sadarlah, bodoh!" Sejin berteriak berusaha menarik kembali Taehyung ke ranjangnya. Taehyung merasa jengah dengan ruangan tempatnya di rawat. Bau obat-obatan membuatnya semakin marah. Itu terasa seperti menamparnya bahwa dirinya sangatlah lemah hingga harus masuk rumah sakit. Sangat lemah untuk menolong Yoojung.

"Yoojung belum mati. Aku tahu itu." Ocehnya masih berusaha berjalan keluar ruangan. Sejin merasa jengkel dan meutiskan untuk berlari menghadang pintu. Ia tak akan membiarkan Taehyung keluar.

"Menyingkir, hyung. Kumohon. Aku harus bertemu Yoojung."

"Sadarlah, Tae. Gadis itu sudah meninggal."

"TIDAK!" Taehyung berteriak keras membuat Sejin terkejut. Nyaris membuatnya jantungan. "Yoojung masih hidup. Yoojung masih hidup. Katakan padaku, hyung, Yoojung masih hidup." Suara Taehyung mulai bergetar. Tubuhnya merosot dan terduduk di lantai sementara air mata mulai mengalir di pipinya.

Ia tak mau percaya hal itu. Yoojung masih hidup. Ia memohon dalam hatinya. Memohon untuk tak membawanya dalan realita.

Tubuh Taehyung bergetar lantaran menangis. Tangannya mengepal di lantai. Rasa sakit di tubuhnya sudah tak ia pedulikan lagi. "Maafkan aku, Yoo. Maaf."

***

Malam itu adalah malam terakhir bagi Taehyung melihat wajah Yoojung. Tangannya bergetar begitu menarik Yoojung dalam pelukannya. Peluru menembus leher gadis itu. Darah mengalir dimana-mana. Membasahi lantai. Membasahi kemejanya. Dan membasahi tangannya.

Taehyung tak peduli. Ia menahan tangisnya dan menyentuh pipi Yoojung pelan. "Yoojung-a.." lirihnya menatap mata Yoojung dalam.

Yoojung menatap Taehyung. Senyum kecil terukir di wajahnya. Ia ingin mengatakan sesuatu kepada Taehyung. Namun entah mengapa mulutnya terkunci. Nafasnya semakin tak beraturan dan ia mulai merasa sebagian tubuhnya mati rasa. Rasa sakit tak lagi terasa di tubuhnya. Sakit dalam hatinya entah menghilang kemana. Mendadak jiwanya merasa tenang.

Yoojung tersenyum. Dan entah mengapa bagi Taehyung, itu adalah senyum paling bahagia yang pernah Yoojung tunjukkan kepadanya. Taehyung tak bisa berkata apa-apa. Ia memaksa dirinya untuk tak menangis agar Yoojung tak memandangnya lemah. Namun seberapa keras ia menahannya, air mata turun juga di pipinya. Menetes, turun membasahi wajah Yoojung.

Detik berjalan melambat. Salju turun perlahan dari atap loteng yang berlubang. Satu butir jatuh di pipi Yoojung. Taehyung mengusap pipi itu lembut. Menggenggam butiran salju yang menjadi cair dalam genggaman tangannya.

Mereka berdua saling pandang dalam diam. Mereka berdua sama-sama ingin mengungkapkan satu hal yang sama. Namun entah mengapa sesuatu seperti mengunci mulut mereka untuk tetap terdiam. Hingga detik terus berjalan dan bahkan Yoojung mulai melemah. meski Taehyung telah menangis ia masih menahan suranya. Sungguh ia ingin berteriak sekarang.

Hingga ketika mata Yoojung mulai menutup. Ketika pegangan tangan Yoojung pada tangan Taehyung melemah. dan hingga semua hal dilepaskan. Ketika satu jiwa akhirnya meninggalkan tubuhnya. Melayang ringan seperti salju terhempas dalam udara.

Taehyung berteriak. Melepaskan semua kesedihannya. Melepaskan seua penyesalannya. Yoojung menutup matanya. Gadis itu telah pergi. Benar-benar pergi untuk selamanya dan tak akan kembali.





To be continued.

Ruu's note :

maaf buat semuanya yaa untuk endingnya.. bukan. ini bukan ending...

Yoojung gadis baik.. alangkah baiknya jika ia mengakhiri semuanya... kita nggak tahu apa yang bakal terjadi kalo Yoojung masih hidup...

Crystal Snow ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang