CHAPTER 7

953 136 10
                                    

"Hyung, aku kemarin melihatmu memberikan gelang keramatmu ke seorang gadis. Bagaimana kau bisa memberikannya dengan mudah sementara tahun lalu kau bahkan memukul kepalaku karena memakai gelang itu tanpa izin?"

Jungkook memainkan ponselnya dan sekarang ia sedang duduk di samping Taehyung di ruang ganti. Satu jam lagi adalah giliran mereka untuk tampil. Ia sudah siap dengan pakaian panggung dan juga telah menyelesaikan make upnya. Mereka berdua duduk saling menyenderkan bahu.

Namjoon dan Jin sedang mengulang dance mereka bersama Hoseok dan Jimin. Sementara Yoongi duduk di atas sofa lain, melipat tangan di dada, dan berusaha untuk tidur sejenak.

"Kau melihatnya?"

"Tentu saja. Tapi hyung, aku merasa tak asing dengan gadis itu."

Taehyung terdengar menghela nafas pelan. "Kau ingat gadis yang datang ke asrama kita 2 tahun yang lalu?"

"Yang terluka itu?" Jungkook nampak tertarik. Ia menolehkan wajahnya demi melihat wajah Taehyung yang nampak memikirkan banyak hal. Taehyung mengangguk. Kedua tangannya bertautan sedang kedua ibu jarinya saling menggesek satu sama lain. Ia menghela nafas lagi. "Kau mengenalnya, hyung?"

Taehyung mengangguk lagi. "Ya." Kali ini ia menegakkan tubuhnya dan merenggangkan tangannya ke atas. Kemudian tangannya meraih botol mineral di meja depannya dan meminumnya setengah.

"Benarkah? Teman SMA mu?"

"Ya." Jawabnya singkat lantas menyenderkan tubuhnya di bahu sofa. Menghela nafas sekali lagi dengan pikiran yang melayang memikirkan sosok Yoojung. Gadis itu tak berubah banyak. Masih terlihat murung seperti dulu. Sepertinya juga masihlah seorang gadis pendiam. Yang berbeda adalah tampilannya. Semakin dewasa. Ah, tentu saja semakin dewasa, kan mereka juga sudah berumur 23 tahun.

Ah bukan. Yoojung kan satu tahun lebih muda dari dirinya. Berarti gadis itu sekarang 22 tahun. tubuhnya semakin tinggi. Gaya rambutnya pun masih sama. Selalu rambut panjang lurus tanpa poni tersebut dan selalu nampak tergerai.

Yang membuat Taehyung penasaran sekarang adalah mengapa gadis itu tampak tak mengingatnya sama sekali. Apakah dulu kehadirannya di kelas tak menarik perhatiannya? Padahal saat SMA dulu dia adalah salah satu murid yang selalu membuat kehebohan di kelas. Apakah setakpedulinya kah gadis itu dengannya sehingga tak mengenalinya? Namun bukankah saat di belakang gedung sekolah itu Yoojung melihatnya?

Taehyung menghela nafs berat untuk ke sekian kalinya. Entahlah. Memikirkannya membuatnya lelah.

"Lantas kenapa kau memberinya gelangmu? Ah, apakah kau menanyakan soal kejadian malam itu, yang dia datang ke asrama kita tengah malam?"

"Kenapa kau banyak tanya, sih! Diamlah, aku sedang berpikir!"

Jungkook mempoutkan mulutnya sebal. Apa salahnya? Ia kan hanya penasaran.

"Ah, kalau begitu, siapa namanya?"

***

Yoojung baru saja keluar dari kelasnya jam 12 siang. Dosennya tadi benar-benar membosankan. Ia bahkan bisa melihat beberapa mahasiswa yang menguap dan terkantuk-kantuk. Masuk jurusan seni musik dan mendengarkan dosennya tiba-tiba bersyair panjang membuatnya muak. Kenapa sih, pria botak itu senang sekali bersyair di kala mahasiswanya sendiri tak memahami perkataannya?

Sohyun merangkul pundaknya tiba-tiba dari arah belakang. Tersenyum lebar. Mereka berdua hendak pergi ke kantin kampus untuk makan siang.

"Hei, kau tahu, kau sudah terkenal di kalangan Army." Ucap Sohyun begitu mereka memilih bangku kosong dan duduk disana. Menu hari ini adalah bulgogi. Sohyun bahkan meinta porsi besar kepada pelayan kantin. Tapi tidak bagi Yoojung karena lambung gadis itu kecil. ia tak bisa makan banyak makanan atau dia akan berakhir mual.

"Kenapa?" Yoojung tak tahu apa yang telah ia lakukan hingga ia menjadi terkenal di kalangan Army, fans BTS.

"Masih tanya kenapa? Wah, kau tahu bahwa kau disebut sebagai fans beruntung atau fans kesayangan Taehyung. Ah sial sekali hidupku sebagai fans selama 3 tahun ini. Bahkan sebagai fans besar mereka aku tak pernah seberuntung dirimu."

Yoojung tertawa. Ia menyendokkan sesuap kecil nasi ke dalam mulutnya. Sedang Sohyun dengan suapan besar masuk ke dalam mulut kecil itu. Yoojung geleng-geleng kepala melihat nafsu makan Sohyun yang besar hari ini. Padahal biasanya gadis cerewet itu selalu saja mengomel tentang berapa kalori dalam makanan yang disediakan kampus. Well, mungkin suatu hal telah terjadi padanya, entah itu baik atau buruk.

"Hei, Yoojung! Bolehkah aku memiliki gelang itu?" tanya Sohyun melirik gelang merah yang mneymbul dari baju lengan panjang Yoojung.

"Tidak mau. Ini pertama kalinya aku mendapatkan hadiah dari seorang idol. Terlebih lagi dia adalah seorang Kim Taehyung kesayanganmu itu." Ujar Yoojung menggoda.

"Sialan. Ku doakan kau terjatuh di suatu tempat nanti."

"Jahaat!" Yoojung menyenggol lengan Sohyun. Lantas sejurus kemudian mereka berdua tertawa.

Yoojung dan Sohyun sudah menyelesaikan makan siang mereka dan kini mereka tengah berjalan hendak menuju parkiran. Sohyun membawa obil sendiri dan ia menawari Yoojung tumpangan. Namun Yoojung menolak. Bisa gawat jika kakaknya tahu Yoojung pulang bersama orang lain.

Yoojung tahu kakaknya adalah orang sibuk. Lantaran selepas kedua orang tua mereka meninggal beberapa tahun silam, perusahan milik ayahnya jatuh ke tangan Dongha, karena ia anak tertua. Terlebih lagi perusahan itu adalah perusahaan mebel terbesar di korea.

Padahal kakaknya adalah lulusan jurusan kedokteran dan bercita-cita menjadi seorang dokter bedah. Namun keadaan memaksanya harus menjadi CEO sebuah perusahaan. Beruntung sejak kecil Dongha selalu mendapat pendidikan bisnis dari ayahnya sendiri. Bahkan di umur Dongha yang baru menginjak 10 tahun, ia sering kali diajak ayahnya mengikuti berbagai rapat penting.

"Kalau begitu antar aku sampai parkiran. Aku meninggalkan sesuatu untukmu di mobil!" ujar Sohyun yang akhirnya membuat Yoojung ikur berjalan ke area parkir.

Sohyun meraih sebuah kotak kecil berwarna coklat tua lengkap dengan pita coklat muda di atasnya. Yoojung mengangkat kedua alisnya. Untuknya? ini kan bukan hari ulang tahunnya.

"Wah, senangnya menjadi gadis cantik. Bahkan tanpa kau bersusah payah mengejarnya seperti gadis kebanyakan, kau berhasil mendapatkan hatinya."

"Apa?"

"Kim Minjae, mahasiswa jurusan psikologi itu."

"Siapa?"

"Ya ampun kau itu kuper sekali ya. Makanya banyak-banyaklah bergaul. Harusnya jika baru kusebutkan marganya saja pasti setiap gadis bisa langsung menebak.Kim Minjae, mahasiswa seangkatan dengan kita yang sangat populer itu."

Yoojung mengerjap. Populer?

Sedangkan itu dari kejauhan seorang pemuda yang lebih dikenal si tampan Minjae berdiri tersenyum miring menatap Yoojung yang telah menerima hadiah tersebut. Ponselnya mendadak bergetar. Tangan kanannya masuk ke dalam saku celananya dan meraih ponselnya. ia mengangkat sebuah telpon dari seseorang tanpa nama tersebut.

 ia mengangkat sebuah telpon dari seseorang tanpa nama tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tenang saja. Aku sudah memberikannya. Hei, jangan lupa imbalannya oke?!"







[]

Crystal Snow ✔ Where stories live. Discover now