CHAPTER 19

632 103 15
                                    

"Aku tak ingin melarikan diri lagi, dan izinkan aku untuk merengkuhmu dalam pelukanku."

***

Malam semakin larut dengan hembusan angin malam yang entah mengapa sangat kencang malam ini. Dahan pohon buah persik yang terjulur mencapai jendela kamar Yoojung mengetuk-ngetuk kaca jendela. Yoojung duduk menekuk lutut di atas ranjangnya. Pikirannya berkecamuk. Selepas melihat kumpulan foto mengerikan yang disimpan Dongha ia mulai banyak berspekulasi. Mungkin saja itu bukan mayat wanita sungguhan, mungkin sebuah boneka, atau itu hanya foto wanita yang berpura-pura mati. Bodoh memang, karena itu terlihat sangat nyata dan bahkan terlihat sangat tak mungkin jika foto itu hanya rekayasa. Yoojung hanya ingin menenangkan dirinya dengan spekulasi lain meyakinkan bahwa itu bukan mayat sungguhan.

Yoojung terlalu takut memikirkannya. Tingkah kakaknya memang aneh. Selalu menyembunyikan banyak hal terlebih tentang masa lalu yang dilupakannya. Melarangnya masuk ke dalam kamarnya, dan melarangnya berteman dengan siapapun. Bahkan Dongha tanpa ragu menciumnya. Itu bukanlah hal yang biasa dilakukan seorang kakak.

Yoojung tengah menunggu pesan dari Taehyung. Beberapa jam yang lalu, Taehyung sudah berkirim pesan dengannya. Hanya singkat dan itu karena Taehyung harus segera melanjutkan pemotretan. Pemuda itu berjanji akan menghubunginya lagi jika semua urusannya telah selesai.

Pesan yang sedari tadi ia tunggu pun muncul. Ponselnya bergetar dan Yoojung tahu jika itu adalah Taehyung. Pemuda itu menelponnya untuk pertama kali. Dengan cepat Yoojung mengangkatnya.

"Apakah aku membangunkanmu?" tanya Taehyung di seberang.

"Aku bahkan belum tidur."

"Ah, begitu. Aku baru saja tiba di asrama. Kenapa kau belum tidur?"

Yoojung menggigit bibir bagian bawahnya kemudian membasahinya karena sedikit kering. "Jujur saja, aku menunggumu menghubungiku."

Jika seandainya Yoojung tahu, Taehyung tengah tersenyum disana. Ia senang Yoojung menunggunya. "Apakah kau tak lelah?" tanya Yoojung lagi. Kini ia membaringkan tubuhnya di ranjang sambil menatap langit kamar. Meringkukkan tubuhnya dan menatap layar ponselnya. Ia me-loudspeker telfonnya dan meletakkan di samping wajahnya di atas kasur. Membiarkan suara Taehyung mengisi kesunyian rumahnya.

"Lelah? Tentu saja. Tapi tak masalah." Taehyung mengusap suarainya. Masih dengan senyum yang mengembang, ia duduk di atas ranjangnya. Hening di seberang dan Taehyung menggigit bibirnya. Berbicara langsung seperti ini membuatnya bingung akan topik yang bisa dibahas. Terasa sedikit canggung dan kaku. Ia yakin pasti Yoojung juga merasa seperti itu.

"Taehyung-a..." Yoojung memanggil namanya pelan. Degup jantung Taehyung berdetak cepat karena hal tersebut. "Sebenarnya aku menemukan sesuatu hari ini," lanjutnya.

Hening lagi dan Taehyung dapat mendengar helaan panjang Yoojung. "Katakanlah."

"Aku sangat takut." Ucap Yoojung. Gadis itu menggigit bibir bagian bawahnya. Entah mengapa rasanya ia ingin menangis. Tenggorokannya sedikit tercekat dan terasa sakit karena ia berusaha menahan tangisnya. Yoojung tak bisa terus menahan air matanya untuk tidak turun. Dan ia menangis. "Aku sangat takut." Ulangnya.

Taehyung dapat mendengar suara Yoojung yang bergetar. Ia tidak terlalu yakin, namun ia merasa bahwa Yoojung sedang menangis disana. "Kau menangis?"

Mengetahui bahwa Taehyung menyadari dirinya terisak, Yoojung semakin terisak. Ia tahu ia tidak terlalu dekat dengan Taehyung yang bahkan baru berbicara dengannya beberapa hari yang lalu. Lebih pantas jika ia menelpon Sohyun kawan dekatnya dan menangis kepadanya, namun entah mengapa ia merasa Sohyun juga bukan orang yang tepat untuk mendengarkan masalahnya. jadi, untuk sekarang ia memilih tak masalah jika harus menangis kepada Taehyung.

"Taehyung-a..." lirih Yoojung lagi. Kini Taehyung dibuat khawatir disana. Ia tak tahu apa yang telah terjadi terhadap Yoojung dan ingin sekali berlari memeluk gadis itu bukan hanya mendengar isak tangisnya dari telfon.

"Yoojung-a, ada masalah? Ceritalah padaku, huh?" tanya Taehyung. Namun di seberang hanya terdengar keheningan dan isakan tangis. Taehyung menggenggam erat ponsel di telinganya. Semakin merasa khawatir karena gadis itu tak kunjung bersuara. "Yoojung-a!" panggilnya lagi dengan lembut.

"Aku memang selalu hidup dalam ketakutan. Aku selalu tertekan seakan merasa bahwa aku tak akan pernah menemukan titik terang. Aku memang selalu ketakutan setiap hari. Menghadapi kehidupanku, menjalani hariku, dan menghadapi kakakku. Itu menakutkan. Kupikir ketika ia mengatakan padaku untuk tak pernah mencari tahu tentang masa laluku, itu adalah hal baik. Namun sekarang aku merasa penasaran dan takut disaat bersamaan. Aku tak tahu, haruskan aku menggali masa laluku lagi atau melupakannya. Aku sangat takut, Tae."

Mendengar rentetan kalimat terpanjang yang pernah gadis itu katakan kepadanya seperti itu membuat Taehyung semakin khawatir. Taehyung memang tak mengerti apa yang dimaksud Yoojung. Namun itu benar-benar membuat dirinya gelisah. Bahkan isakan di seberang terdengar semakin jelas. Itu membuat Taehyung benar-benar ingin menemui gadis itu dan merengkuhnya.

"Yoojung-a, haruskah aku datang dan memelukmu?"

Hening sesaat, begitupula isak tangis Yoojung.

"Datanglah. Kumohon."






Crystal Snow ✔ Where stories live. Discover now