CHAPTER 32

562 95 10
                                    

Hiruk pikuk musik menggema di setiap sudut ruangan. Beberapa orang menari di lantai dansa entah sadar atau bergelayut mabuk. Teriakan orang menggema mencoba mengalahkan suara musik yang memekakkan telinga. Beberapa gelas alkohol memenuhi setiap meja. Liukan tubuh di lantai dansa serta makian bercam[ur menjadi satu.

Minjae terkekeh ketika melihat seorang gadis mengamuk lantaran mabuk yang digeret keluar dari klub. Seseorang menepuk pundaknya. Pria bersurai pirang tersenyum miring lantas mendekatkan mulutnya ke telinga Minjae setengah berteriak.

"Kau tak mau menari?!"

Minjae menggeleng sambil terus menganggukkan kepala menikmati alunan musik hip-hop. Lantas pria bersurai pirang itu mengendikkan bahu sambil terus menggoyangkan bahunya mengikuti irama musik dan turun ke bawah menuju lantai dansa. Membaur diantara para wanita berpakaian seksi dan ketat. Minjae terkekeh.

Tiba-tiba handphonenya bergetar dalam saku jaketnya. Minjae meletakkan gelas winenya di meja dan meraih handphone.

Sepertinya Taehyung, begitu pikirnya. Sudah semenjak dua hari yang lalu ia menghubungi kawannya itu. Namun tak satupun balasan yang ia dapat. Dan hari ini pun sebelum ia berangkat ke klub malam ia mengirim pesan kepada Taehyung. Hanya menanyakan dimana pemuda itu sekarang dan mengapa tak membalas semua pesan.

Ia tahu Taehyung adalah selebritis dan pastinya sangat sibuk dengan jadwalnya. Namun apa susahnya, sih, membalas satu pesan darinya. Bahkan pesannya pun belum dibaca.

Kening Minjae berkerut. Bukan Taehyung yang mengiriminya pesan melainkan Yoojung. Tumben sekali gadis itu memnghubunginya. Jari Minnjae bergerak membuka pesan tersebut.

| Geumcheon-gu, Doksan-dong 12, Han Yoosung. Datanglah kesini sekarang bersama polisi. |

***

Yoojung bergetar mendorong pintu rumahnya yang menimbulkan bunyi derit memecah keheningan rumah. Gelap dan dingin menyambutnya. Suasana rumah lamanya sempurna layaknya rumah hantu yang dapat digunakan untuk syuting film horror. Ia dapat melihat banyak sekali jaring laba-laba menyelimuti berbagai sudut ruangan dan barang-barang lama peninggalan keluarganya.

Kaki Yoojung masuk dua langkah dan berhenti. Ia menarik nafas panjang mengumpulkan keberanian. Telinganya berusaha mencari suara-suara mencurigakan. Matanya menyapu setiap sudut mencari sosok bernama Taehyung yang menyuruhnya kesini meski ia ragu bahwa Taehyung lah yang mengirimnya.

Tangannya memegang handphonenya erat. Ia mencoba menghubungi nomor Taehyung namun nomor itu tak dapat dihubungi. Lantas ia menyalakan senter melalui handphonenya. Kakinya mulai berjalan pelan masuk lebih dalam.

Rumah ini mengirimkan banyak kenangan dalam benak Yoojung. Dapur yang nampak berdebu itu, dulu mama selalu mengajaknya membuat pancake disana. Sofa di ruang keluarga yang telah ditutupi kain putih itu, ayahnya dulu sering memangkunya disana sambil menonton televisi bersama mama. Sejenak ia melupakan tentang tujuannya kemari begitu membuka kamar lama mendiang ayah-ibunya.

Mendadak ia merindukan mereka. Apakah mereka baik-baik saja disana?

Mendadak suara benda jatuh mengagetkannya. Ia dengan cepat menoleh ke belakang ke sumber suara. Suaranya terdengar di bagian barat rumahnya. Lantas ia berjalan pelan menuju suara tadi. Ia menelan salivanya berat. Kakinya melangkah menuju loteng rumahnya yang sedikit menjorok ke bawah tanah.

Ia melewati lorong gelap dengan berbagai foto pajangan menempel dinding kanan-kirinya. Itu adalah foto keluarganya. Sudah berdebu dan beberapa foto telah jatuh ke lantai dan pecah. Di sudut lorong ada tangga menuju ke bawah menuju ke sebuah pintu loteng rumahnya.

Yoojung berhenti sebentar di depan pintu kayu tersebut yang nampak sedikit terbuka. Senter handphone di tangannya bergetar. Jantungnya berpacu cepat. Kemudian tangannya bergetar mendorong pintu loteng. Cahaya senternya menerjang menerobos kegelapan ruangan.

Disana, di tengah ruangan tempat senter ponselnya menyorot, Taehyung duduk di sebuah kursi. Terikat oleh sebuah tali. Mulutnya dibungkam dengan lakban hitam. Wajahnya terlihat babak belur dengan kepala yang jatuh. Taehyung pingsan.

"T...Taehyung-a?"

***

Minjae mengerutkan keningnya serius. Ia berjalan cepat keluar klub menuju mobilnya. Tangannnya masih memegang ponselnya dan menekan nomor polisi. Ia tak tahu mengapa Yoojung menyuruhnya kesana membawa polisi. Namun sepertinya sesuatu yang serius terjadi disana.

"Geumcheon-gu, Doksan-dong 12, Han Yoosung. Seseorang membutuhkan bantuan disana." Ucapnya cepat begitu polisi mengangkat telponnya.

"Bisa jelaskan apa yang terjadi."

"Cepatlah kesana! Jangan banyak bertanya, bang**t!" Minjae berteriak dan mematikan ponselnya dengan cepat. Ia melempar ponselnya ke kursi sebelahnya. Memasukkan kunci mobil dan mulai menyalakan mobil. Firasatnya buruk mengenai hal ini. Ia merasa harus mengebut untuk tiba disana.

Jarak yang harus di tempuh untuk kesana sekitar setengah jam. Ia hanya berharap Yoojung baik-baik saja disana.

"Bertahanlah Yoo."

***

Yoojung bergetar mendekati Taehyung yang terikat pada kursi. Ia bisa melihat darah kering di pelipis pemuda itu. Pikirannya langsung tertuju pada kakaknya. Dongha pasti yang telah melakukan semua ini.

Yoojung berlutut begitu mencapai Taehyung. Tangannya bergetar mengusap pipi pemuda itu. Mata taehyung nampak biru . Nafasnya tak beraturan.

Sejurus kemudian suara derit pintu dan suara 'blam' keras memenuhi ruangan. Yoojung berdiri dengan cepat dan berbalik. Pintu loteng telah tertutup sempurna. Senter ponselnya mengarah cepat ke pintu loteng tersebut. Seseorang tengah berdiri disana mengunci pintu.

"Kakak?" Yoojung bertanya pelan. Orang itu berbalik selepas mengunci pintu. Ia mengenakan hoodie hitam yang menutupi kepalanya.

Dongha berdiri disana tersenyum miring. "Selamat datang, Yoo."

Sedang ditengah sorotan senternya ia bisa melihat sesuatu berwarna hitam di tangan kakaknya. Itu bukan pisau yang biasa Dongha pakai. Bukan lagi senjata tajam mengkilat. Dongha mengangkat tangannya yang membawa benda itu.

Yoojung menelan salivanya berat. Darimana kakaknya mendapatkan pistol itu?

To be continued.

Crystal Snow ✔ Where stories live. Discover now