CHAPTER 17

789 109 32
                                    


"Kakak harus pergi ke Jepang selama seminggu."

Yoojung menatap Dongha yang duduk di hadapannya. Ia menghentikan makannya mendengar berita tersebut. Jarang-jarang Dongha pergi berbisnis yang menghabiskan waktu lama. Biasanya paling lama 2 hari. "Kau tak apa, kan?"

Yoojung mengangguk pelan. "Em, tak apa. Kapan kakak berangkat?"

"Besok pagi."

Dongha tampak terdiam sebentar sambil mempoutkan mulutnya. "Apa aku utus orang lain saja, ya." Gumamnya.

"Kakak mengkhawatirkanku?"

Dongha mendongak dan tersenyum menampakkan giginya. "Tentu saja. Bagaimana nanti sarapan dan makan malammu. Juga, tak ada yang membersihkan rumah selain diriku."

"Maksud kakak aku tak bisa memasak dan bersih-bersih? Kakak kira aku anak manja yang selalu bergantung pada kakak. Aku bisa mengatasi semua itu. Jangan khawatir!"

Yoojung menenangkan kakaknya. Dongha terlalu sering mengkhawatirkannya sehingga sering kali jika ada urusan bisnis yang mengharuskan ia pergi jauh, terkadang kakaknya itu akan lebih memilih tinggal di Seoul dan mengutus orang menggantikannya. Namun nampaknya untuk urusan kali ini Dongha tidak bisa mengutus orang lain. Mendengar penuturan Yoojung setidaknya Dongha merasa sedikit tenang. Ia tertawa renyah dan mengacak rambut Yoojung.

"Kau benar. Kakak lupa, kau bukan bocah umur 6 tahun lagi yang suka menangis hanya karena semut menggigitmu. Baiklah. Aku yakin kau sudah cukup besar untuk mengurus dirimu. Ah, kau harus menelpon kakak jika butuh sesuatu, oke?!"

Yoojung tersenyum dan mengangguk cepat. Makan malam hari ini terasa nyaman. Setidaknya karena Dongha berperilaku layaknya seorang kakak. Dengan senyumnya yang seperti itu, Yoojung seakan lupa bahwa Dongha adalah sosok yang selama ini sering membuat nyalinya ciut.

 Dengan senyumnya yang seperti itu, Yoojung seakan lupa bahwa Dongha adalah sosok yang selama ini sering membuat nyalinya ciut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku akan membunuhmu jika kau macam-macam lagi terhadap Yoojung!"

Minjae menutup telponnya dari Taehyung selepas mendapat peringatan itu. Ia mendesah jengkel. Jika Taehyung bukan kawannya, ia pasti akan menolak mentah-mentah. Ya, bukan kawan namanya jika kalian tidak bisa saling ancam untuk membunuh satu sama lain. Ancaman itu serius, namun bukan dalam makna membunuh yang dimaksud. Setidaknya itu cukup untuk membuat Minjae merasa pegal selama seminggu penuh jika harus bergulat bersama Taehyung.

Minjae memasukkan handphone pada saku celananya. Ia hendak berbalik untuk pergi ke kelasnya ketika dua obsidiannya bertemu dengan Yoojung. Gadis itu buru-buru mengalihkan pandangannya dan berjalan cepat. Sedikit berdecak kesal mendapati gadis itu sepertinya masih sangat kesal dengannya, Minjae memutuskan berlari menghampiri Yoojung. Ia menangkap lengan gadis itu dan membuatnya berbalik.

"Aku tahu matamu cantik. Tidak usah melotot seperti itu. Kalau boleh jujur, kau sangat cantik saat marah." Goda Minjae kontan membuat Yoojung mendengus kesal dan membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan Minjae. Namun pegangan tangan Minjae di lengannya lebih kuat dari dugaannya sehingga membuatnya kembali berhadapan dengan Minjae.

Crystal Snow ✔ Where stories live. Discover now