CHAPTER 22

668 104 13
                                    

Yoojung membereskan kamarnya begitu Taehyung berpamitan pulang. Ia harus berangkat kuliah jam 10 nanti. Setelah membersihkan diri dan berdandan sekenanya, walaupun sebenarnya menata diri di depan cermin hanya untuk merapikan rambutnya tidak bisa disebut berdandan.

Yoojung menatap dirinya begitu lama di depan cermin. Ia teringat akan foto dirinya bersama seorang wanita yang ia temukan pada sebuah album yang Dongha simpan. Siapa wanita itu? Selama ini ia tak pernah berhubungan dekat selain bersama Dongha dan Sohyun, ditambah lagi dengan Minjae yang terus-terusan mengganggunya dan juga Taehyung.

Dan juga pikirannya terus berkecamuk, memikirkan foto-foto pada album lain. Foto-foto mengerikan itu. Tentu Yoojung tak akan dapat berhenti memikirkannya sejauh apapun ia berusaha membuang berbagai pikiran negatif. Sepertinya ia menjadi bertambah takut dan khawatir akan kakaknya. Banyak pertanyaan yang terus berputar dalam benaknya.

Apakah foto itu asli?

Mengapa kakaknya menyimpan foto mengerikan itu?
Dan berbagai pertanyaan lainnya.

Ia belum bisa mengutarakannya. Tidak pada Dongha maupun Taehyung. Ia berpikir akan lebih baik jika sementara ia menyimpan untuk dirinya sendiri. Mungkin ia akan lebih aman seperti itu. Terlebih lagi mengingat betapa mengerikannya jika Dongha marah. Ia tak masalah jika kakaknya membanting sesuatu, namun ia khawatir jika kakaknya akan melakukan hal buruk terhadapnya.

Yoojung menggelengkan kepala dengan cepat mengusir berbagai pikiran buruk yang menambah kekhawatiran pada dirinya. Yoojung menatap lekat wajahnya pada pantulan cermin. Keningnya berkerut. “Semua akan baik-baik saja, Yoo.” Ucapnya menenangkan diri.

Lantas setelah menatik nafas panjang dan membuangnya perlahan ia bangkit dari duduknya. Ia harus segera berangkat, jika tidak ia akan telat untuk masuk kelas.

“Jadi, aku pergi ke rumah Minjae, teman SMAku, dan yah mengobrol dengannya begitu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jadi, aku pergi ke rumah Minjae, teman SMAku, dan yah mengobrol dengannya begitu lama. Dia butuh solusi dariku untuk masalah cintanya. Emh, kemudian karena sudah terlalu larut aku memutuskan tidur di rumahnya.” Jelas Taehyung kepada Sejin hyung yang nampak melipat tangannya ke dada dan bersandar pada dinding di studio latihan BTS.

Jungkook dan Jin nampak tertawa menatap Taehyung yang terlihat sekali begitu kesusahan untuk menjelaskan.

Sejin mengangkat sebelah alisnya. Dan Taehyung dengan cepat berkata untuk meyakinkan manajernya. “Aku serius, hyung. Temanku itu benar-benar sedang depresi. Jadi aku harus membantunya jika tid..”

“Baiklah. Aku mengerti!” ucap Sejin mengankat sebelah tangannya memotong penjelasan Taehyung. “Tapi jangan ulangi lagi. Kau harus berlatih dengan keras untuk mempersiapakan comeback kalian. Jangan terlalu bersantai-santai. Yah, semuanya ayo lanjutkan latihan kalian!” Sejin melewati Taehyung yang nampak menghembuskan nafas lega.

Pria berkacamata yang bekerja sebagai manajer BTS itu menepuk tangannya dua kali menyuruh member BTS  yang tengah bersantai kembali latihan.

Namun tiba-tiba Sejin meraih handphonenya. Seseorang sepertinya tengah enelponnya untuk suatu urusan penting. “Lanjutkan latihan kalian. Aku harus pergi!” ucap Sejin sebelum keluar dari studio latihan BTS.

“Jadi, beritahu kami, kemana kau semalam?” tanya Hoseok yang sudah melingkarkan tangannya pada bahu Taehyung. Taehyung tertawa menampakkan giginya. “Ra-ha-si-a!”

“Ooh, kau sudah berani main rahasia-rahasiaan dari kami?!” Jimin meninju perut Taehyung pelan.

“Sudahlah, sudah ayo kita lanjutkan latihan kita. Hei Tae, kau masih harus menyempurnakan tarianmu!” ujar Hoseok. Ia sudah melepas rangkulannya pada leher Taehyung.

Sebagai main dancer, sekaligus member dengan dance terbaik, ia memang bertanggung jawab untuk membantu teman-temannya meski bukan tugasnya. Setiap comeback untuk persiapan album baru mereka, Hoseok akan lebih serius dari hari-hari biasanya.

“Aku mengerti, hyung!”

Dongha mendapati rumahnya yang sepi ketika ia tiba setelah perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dongha mendapati rumahnya yang sepi ketika ia tiba setelah perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Jepang.

Jam menunjukkan pukul 1 siang. Pasti Yoojung tengah kuliah sekarang. Dongha melonggarkan dasinya sambil berjalan menuju kamarnya menenteng sekoper kecil bawaannya.

Tangannya merogoh saku celananya mengambil kunci kamar dan segera memasukkan kunci tersebut ke lubang kunci kamar. Ia memutar kunci namun tak dapat bergerak membuatnya mengernyitkan dahi. Lantas tangannya mencoba memutar kenop pintu membuat pintu kamarnya terbuka dengan mudah dan ia menyadari bahwa semenjak kepergiannya ke Jepang, ia tak mengunci kamarnya.

Dengan terburu-buru Dongha masuk ke dalam kamar membiarkan kopernya tergeletak di depan kamar. Sedang langkah kakinya langsung menuju ruangan yang terletak di samping kamar tidurnya.

Ruangan yang dikelilingi rak buku sebagai dinding kamar. Ia terdiam sejenak menggerakkan matanya menyapu seisi ruangan. Lantas setelah dirasa tak ada yang aneh ia beralih menuju meja kerjanya dan dudu di kursi. Ia membuka laci pertama dan melihat kunci yang ia simpan masih berada disana. Tidak berubah.

Kemudian ia menutup kembali laci pertama dan membuka laci kedua. Ia dapat melihat tumpukan kertas dan album-album foto yang sengaja ia sembunyikan. Matanya menyipit menyadari sesuatu yang aneh. Dongha ingat sekali letak album foto itu seperti apa. Seseorang telah membukanya membuat Dongha memejamkan matanya sambil menarik nafas menenangkan diri. Itu pasti Yoojung.

Jika Yoojung sudah membukanya, pasti gadis itu mulai menyadari sesuatu yang aneh. Mungkin adiknya itu sudah mulai bertanya-tanya akan banyak hal. Dan mungkin Yoojung akan kembali berusaha mengingat ingatannya yang hilang.

Dongha menghembuskan nafas panjang secara perlahan. Ia membuka matanya lantas menarik satu album berwarna hitam dari laci. Ia membukanya halaman demi halaman. Semua foto yang selalu ia simpan. Foto yang telah membuat Yoojung bergidik ngeri.

Dongha mengusap salah satu foto, dimana terdapat sosok wanita yang terikat di atas kursi berselimut darah yang mengalir di sekujur tubuhnya. Dongha tersenyum menatapnya begitu lama.

Bukankah mereka begitu cantik? Wanita-wanita itu…

Mereka tampak begitu cantik dengan warna merah itu.

Haruskah ia memotret satu lagi?



[]



Crystal Snow ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang