CHAPTER 12

697 106 8
                                    

Bukan Minjae namanya jika ia tak berusaha keras demi mendapat hadiah yang dijanjikan oleh Taehyung. Sama seperti kemarin yaitu mentraktirnya makan sepuasnya. Minjae suka makan dan ia menyanggupi permintaan Taehyung lagi untuk mendekati Yoojung dan menjadi teman gadis itu. Well, ia akan berteman dengan Yoojung juga bukan karena imbalan yang diberikan oleh Taehyung. Baginya, tak ada salahnya juga mendekati teman lama SMAnya dan berteman lagi dengan gadis itu.

Sebelumnya ia juga telah memberitahu perihal jepit rambut yang ia berikan kepada Yoojung. Ia mengatakan bahwa kakak Yoojung yang mengembalikannya. Taehyung terlihat kesal mengetahui jika kado asli yang ia berikan telah dihilangkan oleh Minjae. Dimana lagi ia bisa menemukan gantungan manis seperti itu?

Mengingat perkataan kakak Yoojung dulu yang mengatakan padanya untuk tak memberikan apapun lagi kepada Yoojung, Minjae tak peduli. Toh, apa urusannya? Jika Yoojung saja menerimanya kenapa harus dikembalikan lagi lantaran kakaknya tak suka. Aneh bukan?

Minjae membawa nampan makan siangnya menuju bangku tempat Yoojung duduk menyendiri sambil membaca sebuah buku. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan terlihat sedikit terkejut.

Tak peduli dengan tatapan sebal Yoojung, Minjae memakan makan siang yang memang telah disediakan oleh kampusnya dengan percaya diri.

Baiklah, Yoojung tak akan keberatan dengan kehadiran pria yang tak dikenal itu. Lantas kembali terfokus dengan bukunya mengabaikan tatapan intens para gadis yang memandang ke mejanya.

"Wah, bacaanmu.." Minjae menatap buku yang dibaca Yoojung. Sebuah buku sastra karya Hermann Hesse berjudul Demian yang sekarang dipegang Yoojung membuatnya salut. Ia pernah membacanya sekilas dan itu benar-benar membuatnya mual dengan kalimat-kalimat memusingkan itu.

Yoojung tak menanggapinya dan menutup buku tersebut lantas segera menghabiskan makanan yang tersisa. Ia hendak berdiri membawa nampannya dan bukunya ketika Minjae menahan tangannya membuatnya kembali duduk.

"Kau tak mengingatku?"

"Siapa?"

"Kim Minjae."

Yoojung tampak berpikir sebentar. "Ah, mahasiswa populer yang sering disebut itu? Kau yang memberiku hadiah itu, kan?"

Minjae mengangguk cepat dengan senyum yang menampakkan giginya.

"Bukan hanya itu. Kau benar-benar tak mengingatku? Teman SMAmu!" Minjae mengingatkan Yoojung.

Namun Yoojung hanya terpaku. Bagaimana ia bisa ingat jika ia saja kehilangan ingatannya satu tahun yang lalu. Mendengar pengakuan Minjae, Yoojung merasa tertarik untuk bertanya akan banyak hal mengenai dirinya di masa lalu.

"Teman?"

Minjae mengangguk cepat. "Teman sekelas. Ah, maafkan aku baru mengenalimu. Ternyata kita satu kampus juga." Ujarnya bohong. Tentu saja ia sudah mengetahui sejak lama jika Yoojung kuliah di universitas yang sama dengannya. Hanya saja ia tak pernah ada niatan menyapa gadis pendiam itu.

Gadis itu terlihat mengangguk pelan dan nampak memikirkan sesuatu.

"Oh ya, kenapa kakakmu mengembalikan hadiah yang kuberikan kepadamu?" tanya Minjae. Ia sudah penasaran dari kemarin. Tak terkecuali dengan Taehyung. Bahkan bocah sialan itu juga menyuruh Minjae mencari tahu. Ia pikir ia detektif apa, seenak jidat menyuruhnya ini-itu. Tapi tak apalah, demi makanan gratis yang akan ia dapat nanti.

"Yah, karena kakakku tak suka aku mendapatkan barang dari orang lain." Jawabnya jujur. Memang benar, Dongha tak pernah suka ia mendapat barang apapun dari orang lain, terlebih dari seorang pria. Kakaknya semacam seorang sister complex atau bahkan lebih dari itu. Entahlah. Karena baginya kakaknya lebih mengerikan dari itu.

"Karena kakakmu tak suka, kau tak boleh menyimpannya?" tanya Minjae lagi. Yoojung mendesah kesal. Ia tak ingin membahas tentang kakaknya.

"Jadi, apa maksudmu memberiku hadiah itu?" Yoojung balik bertanya. Sedang Minjae termenung sejenak. Benar juga, ia kan, memberikan hadiah itu karena permintaan Taehyung. Taehyung juga menyuruhnya untuk menyembunyikan fakta bahwa ialah si pengirim asli.

"Yaah, hanya ingin saja." Minjae tersenyum tipis. Namun sepertinya jawaban itu tak memuaskan Yoojung. Jadi ia menambahkan, "karena aku tertarik denganmu." jawabnya bohong. Ah, tidak bohong juga. Ia memang benar-benar tertarik dengan gadis itu. Bukan tertarik dalam artian memandang Yoojung sebagai wanita atau sejenisnya. Namun tertarik akan kehidupan gadis itu. Ia merasa bahwa kehidupan Yoojung terlalu banyak misteri.

Perkataan Minjae tak lantas membuat Yoojung menyimpulkan bahwa lelaki di depannya menyukainya. Kata tertarik memiliki banyak makna. "Tertarik karena apa?"

"Kehidupanmu." Jawab Minjae sontak membuat Yoojung terdiam.

Kehidupannya? Ia saja tak mengerti akan kehidupannya. Memang apa yang menarik dari kehidupannya. Toh, ia hanya gadis biasa yang tinggal bersama kakak laki-lakinya. Ya, seorang gadis biasa yang bahkan dapat membuat kakaknya kalap hanya karena ia dekat dengan seseorang.

Teringat akan fakta itu membuat Yoojung lantas dengan cepat mengangkat nampan makannya dan bukunya. Lebih baik ia tak memperpanjang obrolan ini, jika tidak, Minjae akan merasa mereka sudah cukup dekat bagi pemuda itu untuk mendatanginya lagi besok. Tidak. mereka tak boleh berteman. Sebaiknya ia menutup jalan pertemanan itu sebelum Minjae membukanya semakin jauh.

Sebelum ia berlalu meninggalkan Minjae ia berkata, "Kehidupanku adalah sesuatu yang tak perlu kau ketahui."










[]

Crystal Snow ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang