06| Interval

8K 1.8K 215
                                    

"Tidak ada kenyataan yang lebih buruk bagiku selain memiliki dua kakak terkenal," sesal Yuchae dengan ekspresi yang diliputi kesengsaraan.

Malam ini Jihun dan Yuchae mengutuskan untuk pergi ke warung tenda oranye pinggir jalan sekedar makan dan mengobrol.

Jihun sempat meminum soju di gelas kecilnya, lalu meringis merasakan pahitnya minuman itu, dan barulah angkat suara, "Bukankah itu berita bagusnya? Kau bisa pamer pada teman-temanmu kalau kedua kakakmu memiliki nama di Korea. Mungkin juga nyaris seluruh dunia." Yoon Jihun membuat tanda kutip dengan jari-jari di samping kepala saat menekankan kata 'nama' dan 'seluruh dunia' dengan tampang meledek.

Yuchae melotot kesal sampai membuat Jihun tertawa lebar.

"Itulah mengapa aku membenci fakta ini. Fakta bahwa mereka hanya mempersulitku." Yuchae menyeruput kuah ramennya dan menghabiskannya tanpa sisa. Ia meletakkan mangkuk dan sumpitnya ke meja dengan suara keras. Hampir serupa seperti membanting.

Kemudian gadis itu menuang sojunya pada sloki dan meminumnya sekali teguk, setelah itu ia membesut bibirnya dengan punggung lengan.

"Fakta bahwa kakak pertamaku adalh adalah aktris tersohor dan kakak keduaku adalah idol seperti nimpi buruk bagiku."

"Mereka nampak baik pada semua orang. Termasuk padaku," sambar Jihun ikut meminum soju bagiannya.

Bola mata Yuchae berputar jengah. "Baik untukmu, tidak untukku."

Jihun tertawa. "Baiklah. Kita lupakan masalah kedua kakakmu. Bagaimana kalau satu botol lagi?"

Kening Yuchae berkerut sesaat. "Oke. Satu botol, tidak buruk."

***

Sekembalinya dari kedai pinggir jalan, mereka melihat sosok yang bagi Jihun begitu asing duduk di ruang tamu kekuarga Yuchae. Sejenak lelaki itu berpikir bahwa yang ia lihat kemungkinan adalah teman dari orangtua Yuchae atau kenalan keluarga.

Berbeda lagi dengan Yuchae yang memasang mimik kusut meliha Namjun adalah tamunya malam ini.

"Hong Yuchae, duduklah," perintah sang ayah dengan suara lembut yang rasanya belum pernah Yuchae dengar ketika Namjun tidak ada di antara mereka.

Yuchae berpaling pada Jihun dan berkata dengan suara tipis, "Kau pergi saja ke kamar duluan."

Jihun mengangguk tidak yakin, namun tetap pergi dari sana.

Setelah memastikan Jihun tidak akan kembali lagi, Yuchae berjalan mendekat dan duduk bersebrangan dengan Namjun.

"Baiklah, karena kita sudah ada di sini, bagaimana jika kita membahas lebih jauh tentang masalah pertunangan kalian," sambar sang ayah. Untungnya Yuchae tidak punya serangan jantung atau apa.

"Ayah, usiaku masih dua puluh dua tahun." Belum cukup kejengkelan terhadap kedua kakaknya yang wajahnya tersebar pada papan iklan di jalanan Korea selatan, sekarang masalahnya justru bertambah pada hal kuno begini.

"Aku tidak bisa," bantahnya lagi. "Semua ini hanya akan jadi masalah baru. Terutama Namjun ahjuss h-hyung... Kim Namjun hyung pasti merasa terbebani."

"Hyung?" Ayahnya bertanya penasaran. Semua orang jelas terkejut.

Pasalnya Yuchae sendiri tidak bisa menyebut kata 'oppa' kepada pria yang belum lama ia kenal. Akan terasa aneh bahkan untuk lidahnya sendiri. Lalu, kalau ia menyebut ahjussi di hadapan orangtuanya juga bisa gawat.

"I-iya. Hyung," ralat Yuchae. Otaknya bekerja dengan cepat mencari alasan. "Bukankah itu semacam... apa ya..." matanya berkedip-kedip. Pandangannya berputar-putar di sekitar atap dapur, "kita bisa sebut... swag." Tiba-tiba saja Yuchae menjentikkan jari. "Tepat sekali! Swag! Biasa digunakan young people untuk memberi apesiasi terhadap orang lain."

SelfishWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu