20| Pertama

4K 799 170
                                    

Tepatnya pukul dua siang, Yuchae bergegas menemui rekan Namjun atas permintaan pria itu. Jihun juga mendadak tidak ada di segala penjuru penginapan. Ia bahkan memeriksa sampai ke peternakan di belakang gedung. Karena terlalu lelah mencari, ia mengutuskan pergi ke salah satu ruangan yang biasanya digunakan untuk rapat kecil. Pintunya ada dua. Besar dan tinggi. Warnanya cokelat kayu mengilap.

Yuchae mencoba mengetuk pintunya sekali dan tidak mendapatkan hasil. Dia mengetuknya sekali lagi, namun masih sunyi. Prasangka buruk mulai berkelebatan.

Siapa teman Namjun? Teman Namjun yang mana? Teman seperti apa? Pria atau wanita? Yuchae mulai bergidik membayangkan kemungkinan Namjun berkedok sebagai jasa antar atau kurir eksploitasi manusia.

Yuchae meneguk ludahnya susah payah. Ya ampun, bagaimana kalau sebetulnya Namjun cuma pura-pura?

Sebelum pikiran negatifnya berkelakar semakin parah, pintu ruangan terbuka otomatis. Yuchae sontak melangkah mundur, kaget.

"Kenapa diam di situ?" Pria yang sekiranya seusia dengan Namjun berdecak malas. Sepintas Yuchae memperhatikan bagaimana bentuk, penampilan, dan kondisi pria ini. Dilihat sekilas, perawakan pria ini cukup normal. Akan tetapi Yuchae agak tidak suka warna rabut ash-gray yang kurang cocok di kepala lelaki itu. Lalu ia menilai hal lain seperti, kacamata trendi berbingkai besar itu bisa menutupi kekurangan di wajahnya. Yuchae akui, pria ini manis.

"Aku menunggu. Masuklah."

Yuchae justru mengambil satu langkah mundur.

Saat pria itu hendak menggapai tangannya, ia kembali mundur diikuti pria itu.

"Kau ini kenapa? Ayo masuk. Waktu kita sedikit."

"Ahjussi harusnya jelaskan dulu padaku. Perkenalan atau apa pun."

"Kim Namjun tidak cerita?"

"Cerita apa?"

Lelaki itu memutar bola mata dengan jengah. "Tentu saja tentangku."

Yuchae menggeleng pelan.

Lalu pria itu mendesah lelah. "Ah, sudah kuduga." Kemudian kembali memusatkan perhatian pada Yuchae. Masuklah. Kujelaskan di dalam."

Namun Yuchae kembali bergerak mundur dan mengangkat dagu. Suaranya menajam, "Tidak mau. Memangnya kau siapa?"

Sejenak, lelaki itu menutup mata saat menghela. "Baiklah." Ia membuka mata yang langsung tertuju pada tatapan sinis Yuchae. "Biar kujelaskan secara singkat—"

"Hei, Hong Yuchae!"

Yuchae mengalihkan pandangan pada sebuah kepala yang menyembul di pintu. Yoon Jihun tersenyum lebar dan melambai. "Masuklah. Di sini seperti surga."

Yuchae berkedip bingung. Ia memandangi Jihun dan pria di depannya bergantian, kemudian kembali tertumbuk pada Jihun. "Apa?"

"Cepat masuk. Kau akan suka."

☙ ❧

Ternyata ruangan ini tidak sekecil perkiraannya. Begitu pintunya terbuka, Yuchae melihat penampakan logo besar yang berdiri sekitar tujuh meter di belakang pintu pintu. Logonya terbuat dari bongkahan logam putih perak. Berkilau, membentuk lambang MB. Cahaya ruangan di tempat ini meredup dua tingkat daripada ketajaman cahaya di luar. Lantainya dari kayu mahoni hitam, dindingnya berwarna kelabu terang, dua televisi LCD 90 inci dipasang pada bagian kanan dan kiri dinding dekat pintu masuk. TV itu menampilkan dua acara yang berbeda. TV sisi kiri menayangkan acara turnamen League of Legends di China musim gugur dan TV di seberangnya hanya tayangan ulang turnamen kecil yang diadakan di Amerika kemarin.

SelfishWhere stories live. Discover now