32| Afeksi

4.9K 739 153
                                    

Dua jam lalu Namjun dibuat terkejut saat melihat Yuchae berdiri di depan pagar rumahnya. Baju gadis itu basah, dan samar-samar menguarkan aroma minuman yang difermentasikan. Sekarang gadis itu sedang makan malam sehabis membersihkan diri.

Sembari menunggu Yuchae selesai makan, Namjun menyelesaikan beberapa pekerjaan ringan. Sebetulnya banyak yang ingin Namjun tanyakan pada Yuchae; 1) Kapan gadis itu datang dari Tokyo, 2) Kenapa gadis itu bisa datang ke rumahnya jam sembilan malam, 3) Apa yang telah terjadi pada Yuchae dengan kondisi seperti itu.

Setelah makan Yuchae baru menjelaskan semuanya. "Tadi aku datang ke kompetisi Jihun. Kami mulai berbicara satu sama lain dan akhirnya begitu."

"Begitu bagaimana?" Namjun menengok Yuchae dari balik bahunya sambil tetap membilas piring.

"Begitu. Aku menyiramnya dengan minuman dan dia membalasku."

Penjelasan itu tidak cukup untuknya. Bagaimana mungkin mereka saling mengguyur badan satu sama lain. Namjun bukan pria yang mudah cemburu pada sesuatu, tetapi mendengar cerita Yuchae barusan sepertinya mereka lebih akrab daripada kedengarannya. Padahal ia sendiri tahu Jihun masih berpacaran dengan Haze.

"Yoon Jihun memang menyebalkan. Benar kan, Ahjussi?"

Namjun tidak menyahut, masih membereskan piring bekas Yuchae. Karena gadis ini dia mengeluarkan kembali piring yang sebelumnya sudah bersih.

"Kau sudah kabari orang tuamu ada di sini?"

"Belum." Yuchae menggeleng polos.

Namjun melebarkan matanya. "Belum?"

"Saat sampai bandara tadi yang pertama terpikir adalah menemui Ahjussi. Tadinya aku membawakanmu cheesecake dari toko pastry langganan, tapi karena dalam perjalanan aku lapar, jadi kumakan. Aku juga ingin memberi kejutan pada Ahjussi."

Yuchae mengangkat alisnya menunggu reaksi pria itu karena di depannya Namjun hanya terdiam.

Lelaki itu tampak menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan. "Kau pasti lelah. Istirahatlah di kamar biasanya."

"Tidak mau. Aku datang karena rindu Ahjussi. Kenapa malah diminta tidur."

Mata cokelat gelap Namjun menatap mata Yuchae, seolah-olah sedang mencari penegasan. Kenapa anak ini semakin pandai membuat jantungnya sakit.

"Kenapa diam? Jantung Ahjussi sakit lagi?" tanya Yuchae setengah bergurau. Ia sudah tak takut lagi membahas masalah jantung karena itu hanya kisah fiksi yang dibuat-buat oleh si berengsek Jungkook. "Kalau jantung Ahjussi sakit segera katakan padaku. Aku punya obat mujarab."

"Kalau tidak tidur, lalu apa yang kau mau? Kau mau ikut aku bekerja?"

"Mau!" sahut Yuchae menggebu.

"Aku kerja sampai pagi."

Yuchae mengendik tak acuh. "Bukan masalah."

"Kalau begitu nonton film saja."

"Tidak mau. Aku mau memandangi wajah Ahjussi semalaman suntuk."

Namjun merasakan sesuatu di balik tulang rusuknya seperti dipukuli tiada henti. Ia membuka mulut, namun mengatupkannya lagi karena tak kuasa bicara.

"Pasti jantung Ahjussi makin parah ya?" Yuchae mengetuk-ngetuk meja sampai berbunyi tak-tak-tak, "Bunyinya di dalam sana seperti ini bukan? Kalau bunyinya sampai ke telinga artinya sudah parah sekali. Harus cepat-cepat diganti baru. Sudah menemukan pendonor yang cocok?"

Namjun kembali menjauhkan bibirnya, tetapi yang bisa ia lakukan kemudian hanyalah menjilat bibirnya yang terasa kering. "Kalau tidak tidur kau mau apa?"

SelfishWhere stories live. Discover now