10| Senyum

8.5K 1.7K 393
                                    

Hujan turun tepat ketika mereka meninggalkan rumah makan Mansu Noh beberapa blok.

Terpaksa Namjun dan Yuchae mengambil tindakan aman dengan berteduh di sebuah toko mainan yang sudah tutup atau memang bangkrut.

Sialnya, payung Namjun tertinggal. Paling tidak jika benda itu ada, mereka bisa pergi menuju jalan utama tanpa takut kebasahan.

Di tengah keheningan dan suara ketukan ribuan air hujan, bunyi Namjun saat menarik ritisleting jaketnya terdengar.

Tiba-tiba Yuchae terperanjat dan mengibas-ibaskan tangannya. "Tidak usah, tidak usah."

Kontan Namjun menoleh. "Ada apa?"

"Aku sudah pakai jaket. Jaketku cukup hangat," ucapnya meyakinkan.

Namjun mengerutkan kening.

Yuchae kembali bicara, "Aku tidak mau dipakaikan jaket seperti di drama-drama."

Jawaban Yuchae sontak saja membuat Namjun terdiam, setelah mencerna maksud omongan gadis itu, ia tertawa lebar. "Aku mau mengambil hotpack. Seingatku, aku menyimpan dua."

Mendadak rasa percaya diri Yuchae terkuburu dalam-dalam ke dasar tubuhnya. "A-aah hotpack. Benar sekali. Di sini sangat dingin, kan?" ujarnya diam-diam melirik Namjun. Kemudian menggaruk-garuk sisi kepalanya.

Aduh kenapa otaknya jadi tolol begini sih.

Namjun tertawa lagi. "Kau sangat unik, Hong Yuchae."

"Ya? Apa?" Aduh kupingnya juga makin tuli saja.

Namjun menyodorkan bungkus hotpack diiringi dengan seulas senyum ramah. "Kau sangat unik."

Gugup, Yuchae menerima sesuatu yang bisa ia sebut bantuan dari tangan Namjun dengan perasaan campur aduk.

"Apakah ahjussi tidak lelah senyum terus. Nanti giginya kering," sahut Yuchae, lalu memasukan hotpack itu ke dalam kantong jaketnya. "Terima kasih hotpacknya."

"Ya," jawab Namjun pendek. "Kau mau tunggu di sini sebentar?"

"Ahjussi, mau ke mana?"

"Mengambil payung yang tertinggal di rumah makan tadi."

"Tapi hujannya deras sekali," ucapnya pelan. Tanpa sadar ujung jarinya mencapit lengan jaket Namjun agar lelaki itu membatalkan niatnya.

"Nanti kau pulang kemalaman," balas Namjun. "Kalau kita menerobos hujan, kau bisa sakit."

Yuchae melepaskan tangannya, lalu memukul bahu Namjun sambil tertawa. "Eii, aku tidak pernah kena flu. Ahjussi tenang saja."

Kemudian delapan menit mereka terbang begitu saja dalam kekosongan obrolan.

Sampai saat Yuchae bertanya. "Siapa cinta pertama, ahjussi?"

Namjun menoleh dan menatap Yuchae dengan sebelah alis mengggantung. "Cinta pertama?"

"Waktu itu sudah kubeberkan cinta pertamaku." Yuchae mengadah ke arah Namjun dan bertanya sekali lagi. "Cinta pertama ahjussi, masih ingat namanya?"

Hujan di depan mereka sedikit demi sedikit berkurang. Tetapi mereka sama-sama berpikir meninggalkan tempat ini kalau hujannya berubah menjadi gerimis. Dengan begitu baju mereka hanya akan basah sedikit sampai di kereta nanti.

Sementara itu Namjun belum memberikan jawaban, dan justru sibuk pada pemikirannya.

Cinta pertama? Kejadiannya ketika Sekolah Menengah Atas tahun ajaran senior. Seorang gadis yang ia temui di kafetaria sekolah. Gadis yang selalu menguncir rambutnya dan punya senyum manis, berlesung pipi, terdapat tahi lalat di bawah mata kiri, dan punya senyum menular.

SelfishWhere stories live. Discover now