21| Peduli

3.2K 767 180
                                    

Haloo, aku harap kalian masih mau tetap ramaikan kolom komen yaa.

Well, aku juga bawa kabar gembira. Soon, I'll be doing a selfish fanbook giveaway. Bisa dicek di instagram @idybooks nanti. Ditunggu

 Ditunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


__ __ __

Sejak SD, Yuchae menghindari guru wali kelas apa pun masalahnya.

Dia anak yang lumayan pendiam saat di kelas. Tak banyak bicara dan memilih duduk di baris belakang. Namun beberapa guru telah menyadari Yuchae kurang aktif belajar. Nilainya tak pernah lebih dari lima puluh. Pelajaran Bahasa Asing dan Ilmu Komputer lah yang membantu Yuchae lulus. Setelah diselidiki orang tua dan para guru, Yuchae hanya tidak punya minat dalam ilmu konkret. Setiap kali ditanya, dia akan menghindar.

Sampai hari itu, sepulangnya dari rumah Kakak Pipi Lubang, Yuchae mengaku kalau belajar matematika membuatnya sakit kepala seperti ada cacing alaska mengontrol pusat otaknya. Seperti biasa Kakak Pipi Lubang hanya tertawa-tawa sambil mengusak rambut kusamnya.

Kakak Pipi Lubang jelas berbeda dengan orang tuanya. Pemuda itu punya cara yang lebih efektif agar Yuchae mau tetap sekolah dan terus belajar.

Jauh berbeda dengan orang tuanya yang melakukan berbagai cara membujuk Yuchae agar tetap giat belajar supaya bisa masuk Universitas Kedokteran. Mendaftarkan banyak les supaya otaknya terlatih. Namun Yuchae terus menangis sepanjang malam dan kesulitan berkonsentrasi. Dia selalu kabur melalui jendela untuk pergi ke tempat permainan arkade.

Saat-saat itulah di mana hari-hari baiknya terjadi. Dia selalu bertemu Kakak Pipi Lubang yang baru kembali dari tempat les. Kakak Pipi Lubang selalu mentraktir es krim melon dan membelikannya koin bermain tidak lupa banyak permen.

Baginya, Kakak Pipi Lubang adalah pria pintar. Selalu berangkat pagi dan pulang malam dengan isi kepala penuh pelajaran. Tiap kali Yuchae bertanya, Kakak Pipi Lubang akan memberikan jawaban kompleks. Apalagi ketika Kakak Pipi Lubang memujinya jago bermain arkade di depan toko kelontong tahun sembilan puluhan. Sementara Kakak Pipi Lubang akan duduk menemaninya sampai selesai.

Mereka bertukar informasi harian, seperti: "Hari ini apa menu makananmu di sekolah?" biasanya pertanyaan dimulai dari Yuchae. Begitu Kakak Pipi Lubang menjawab, Yuchae masih akan bertanya, "Hari ini pelajarannya sulit tidak? Dapat nilai berapa? Kakak tidak bosan belajar? Katanya, Kakak mau masuk jurusan Hukum ya? Kalau aku sih tidak sanggup menghapal pasal. Kasihan otakku" biasanya jika sudah begitu, Kakak Pipi Lubang akan tertawa manis lalu bangun dari kursinya memesan dua mi kedelai hitam untuk mereka.

Dan Yuchae tidak sekalipun sadar betapa cerewetnya dia pada Kakak Pipi Lubang. Yuchae hanya merasa nyaman.

Sore itu, Kakak Pipi Lubang libur sekolah dan janji menemaninya bermain arkade sambil memintanya mengajari bermain game. Mereka bermain sampai petang. Sebelum berpisah ke rumah masing-masing Kakak Pipi Lubang memberikannya gantungan kayu berukirkan 'mono.' Sementara sisi baliknya terdapat ukiran hangul bertuliskan; Gelap tidak selalu buruk.

SelfishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang