23| Raih

2.7K 737 159
                                    

Dua malam berlalu. Yuchae kekurangan waktu tidur. Ia berusaha mengais pikiran baik dan menepikan firasat buruk lantaran Jungkook belum kunjung membalas pesannya. Nomor pria itu juga tidak aktif sejak kemarin. Kini, rumor jahat itu telah sampai di telinga kedua orang tuanya. Tanpa bertanya, Yuchae tahu kalau kedua orang tuanya khawatir atas berita palsu yang menimpa Jungkook.

Sore itu Yuchae duduk lama di balik meja belajarnya. Musik itu telah berhenti dan ia mencabut earphone dari kedua telinganya. Ia meletakkan benda itu sembarangan di meja dan menghidupkan laptop Jungkook yang ditinggal pemiliknya di rumah jika sewaktu-waktu pria itu pulang.

Ia mengecek ulang sejauh mana berita mengenai kakaknya berlangsung. Komentar yang muncul semakin mengerikan sementara Jungkook dan agensi belum memberikan klarifikasi apa pun. Terdapat satu komentar makian yang melukai matanya 'mati saja' seolah ujaran itu adalah doa. Ia merasakan sakit hati. Meskipun Jungkook kerap bersikap usil, namun tetap saja hatinya sedih apabila orang lain menghina salah satu anggota keluarganya.

Terlebih Yuchae masih belum mengerti mengapa orang lain mudah sekali melemparkan komentar kebencian terhadap apa yang tidak ada kaitannya dengan mereka.

Yuchae turun ke dapur dan melihat ibunya sedang memasak sesuatu padahal makan malam masih sekitar tiga jam lagi. Ibunya membuat tiga chungmu-gimbab.

"Antarkan ini ke kamar kakakmu." Ibunya memberikan piring putih itu pada Yuchae.

"Oppa? Jungkook Oppa ada di rumah?"

Ibunya mengangguk ketika Yuchae menerima piring itu.

"Sejak kapan?"

"Baru saja pulang," sahut ibunya sambil membereskan perkakas dapur di wastafel. "Cepat antar makanannya. Jangan membuatnya kesal sementara waktu. Ibu mohon tidak bertengkar."

Yuchae mengangguk dan ia menarik napas sebelum mengetuk pintu kamar Jungkook. Kapan terakhir kali Yuchae mengantar makanan ke kamar Jungkook? Oh, Yuchae ingat, itu sudah sekitar lima tahun lalu saat Jungkook sakit dan sebelum ia pergi ke Jepang.

Jungkook mengatakan, "Buka saja," dengan suara yang terdengar payah.

"Oppa...," Yuchae ragu sejenak, "sudah pulang?" pertanyaan retorik.

Terdengar bodoh namun justru membuat Jungkook tersenyum. "Kenapa? Berita itu membuatmu khawatir?"

"Tentu saja tidak. Hong Jungkook, artis paling sombong semenanjung Korea pasti bisa menghadapi masalah kecil begini, kan." Kata-kata itu bukanlah cercaan melainkan dorongan semangat agar kakaknya merasa aman.

Jungkook hanya tersenyum ketika berjalan ke mejanya dan duduk mengambil satu gulung gimbab dengan sumpit. Memakannya dalam satu potongan, lalu menyumpit cumi dan kimchi bergantian. Di mata Yuchae, pria ini agak berbeda. Ini bukan seperti Jungkook yang banyak bicara atau Jungkook yang senang memancing keributan.

Kemudian ia duduk di sudut meja Jungkook sambil memperhatikan baik-baik kakaknya yang sedang makan lahap.

"Kau sudah makan?" tanya Jungkook mendongak.

"Aku bisa makan nanti."

Walaupun berusaha menjaga emosinya, Yuchae bisa melihat mata Jungkook yang lelah dan dipenuhi kesedihan. "Bagaimana... dengan kasusnya?"

Tiba-tiba Jungkook memelankan kuyahannya dan meletakkan sumpitnya. Pada saat itu Yuchae sadar pertanyaannya menghilangkan selera makan Jungkook.

"Aku sudah menemukan pelakunya," jawab Jungkook tanpa mengangkat pandangan pada Yuchae. Wajahnya menjadi amat serius.

SelfishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang