13| Mungkin

8.2K 1.4K 333
                                    

Jantung Yuchae berdebar-debar.

Di waktu tertentu, Yuchae benar-benar tipikal gadis semberono.

Mungkin dia terbiasa menerobos masuk ke kamar Aru ketika pemiliknya sedang tidur lelap, atau dia bisa saja menerobos masuk ke kamar Jungkook ketika lelaki itu sedang telanjang bulat tanpa rasa bersalah. Tetapi Yuchae tak pernah tahu rasanya memasuki kamar pria lain selain Yoon Jihun atau anggota keluarganya akan sebegini mendebarkan.

Salahkan Jihun. Beberapa menit lalu Jihun bilang akan berjalan-jalan sekaligus bertemu teman lamanya yang kebetulan tinggal di Ilsan dan meminta Yuchae agar tidak mengikutinya. Sementara Yuchae tak tahu apa yang harus ia lakukan.

Yuchae tidak suka kebosanan apalagi jika tidak ada game konsol yang bisa dia mainkan. Karena merasa bingung sekaligus lapar, akhirnya ia datang mengunjungi kamar Namjun. Sebelumnya, Namjun juga telah berpesan padanya melalui sambungan telepon, biasanya kalau sedang bekerja akan sulit mendengar suara dan bisa sangat fokus. Oleh sebab itu Yuchae mendapat wewenang langsung untuk langsung masuk dan dibertahukan kode pintu cuma-cuma.

Karena masih tahu aturan, sebelum masuk ke tempat ini pun Yuchae sudah menghubungi Namjun berkali-kali, sayangnya tidak satu pun panggilannya dijawab.

Dikhawatirkan tindakannya akan semakin mengganggu pria itu, pada akhirnya Yuchae memutuskan untuk membuka pintu, berusaha tidak menimbulkan suara sekecil apa pun.

"Ahjussi?" Yuchae menutup pintu di belakangnya, berhati-hati agar tidak meninggalkan suara sama sekali. Ia melihat ke sekeliling. Kamar ini lebih mewah dari miliknya. Mirip seperti Lancaster Suite yang pernah ditontonnya di film Crazy Rich Asian dan beberapa film Eropa lainnya. Berbagai barang minimalis yang dipelitur dengan baik menggunakan warna hitam membuat suasana di tempat ini semakin nyaman untuk ditinggali.

"Ahjussi?" panggil Yuchae lagi yang masih belum mendapat jawaban.

Tujuan awalnya mencari Namjun sempat terlupakan. Yuchae sampai tak sadar sudah melangkah masuk lebih jauh. Kemudian dia mendengar suara percikan air dan mencium aroma sampo pada saat bersamaan. Di satu sisi perutnya menegang. Sialnya, mau berbalik mundur pun kakinya malah terpaku di tempat.

"Pasti mandi. Pantas tidak dengar. Apa sebaiknya aku kembali nanti?" Yuchae menimbang dan berniat akan meninggalkan kamar ini.

Tetapi tidak bisa. Rupanya rasa penasaran Yuchae bagaikan mata pisau yang bisa membunuhnya sewaktu-waktu. Jadi, Yuchae memutuskan berjalan ke sisi lain kamar dan melihat beberapa buku di sana. Adapula foto Namjun bersama kedua orangtuanya di bingkai perak di samping tempat tidur.

Karena terlalu menganggumi kamar ini, Yuchae sampai tak sadar jika telinganya tidak lagi menyerap suara dari kucuran air. Akan tetapi sebelum mengambil keputusan pergi pun ternyata pintu kamar mandi sudah terbuka.

Namjun keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk penginapan yang dililitkan ke pinggang. Perut Namjun tidak seperti tokoh utama pria dalam film laga. Walaupun begitu, tubuh Namjun bisa membuat Yuchae sesak napas.

Namjun terperanjat dan berjingit kecil di tempatnya. "K-kenapa kau bisa di sini? T-tutup matamu," kata Namjun dengan suara kabur dan gagap. Alih-alih mengusir karena terkesan tidak sopan, Namjun akan membiarkan Yuchae tetap di sana.

Yuchae menutup mata dengan bantuan kedua telapak tangannya. "Sudah belum?" Entah mengapa debaran jantung yang Yuchae rasakan tidak seburuk beberapa detik lalu. Ia merasa ingin menggoda pria itu.

"Sudah belum?" ulang Yuchae. "Aku buka mata ya Ahjussi?"

"Jangan buka matamu dulu. Tolong." Namjun mengantisipasi gadis itu dan terus berjalan tanpa membelakangi. Tangannya meraba sepanjang lemari dinding dan mengambil satu stel pakaian dengan gerakan terburu-buru.

SelfishWhere stories live. Discover now