16 | Dekap

6.2K 1.2K 148
                                    

Pendar cahaya oranye telah dilahap awan gelap yang gemuk. Suara binatang malam berbunyi saling bersahutan bagai pengiring melodi lullaby.

Semua itu justru membuat kekhawatiran Namjun semakin menjadi-jadi.

Enam kali dia mengecek jarum jamnya sejak dia menaiki mobil patroli. Namjun memalingkan pandangan keluar mobil patroli di mana sisi kanan dan kiri mereka hanya tertutup pohon dan pagar pengaman jalanan setinggi paha orang dewasa.

Ia menarik dan menghembuskan napas tertahan setiap kali polisi yang mengemudi di sampingnya menerima laporan telepon kalau Yuchae belum ditemukan.

"Kita akan melakukan pencarian di lokasi ini." Petugas menghentikan mobilnya dan turun pertama kali.

Begitu Namjun melompat turun dari mobil patroli, rahangnya menggertak karena udara dingin dan rasanya seperti disiram setangki es. Sepatunya bercampur dengan lumpur kering dan kaus kakinya menyerap air yang mungkin sudah terhisap kulit. Dia bahkan tidak tahu apakah kaus kaki itu sudah mengering sejak beberapa jam lalu atau dia kesulitan mengalami berbagai rasa.

Namjun menyalakan senter dan mengarahkan cahaya menyusuri jalanan terjal di antara pepohonan. Ada tiga petugas yang menemaninya. Mereka berpencar ke berbagai sisi.

"Hong Yuchae!" Suaranya seakan dibekap. Terbanting oleh desauan angin dan gemerisik pohon.

Sebagian dirinya ingin menyerah, tetapi lebih banyak dari dirinya menuntutnnya terus berjalan.

Yuchae ada di suatu tempat, sedang menunggunya.

Itu pasti.

***

Yuchae mengintip dari balik bulu matanya. Terlalu sulit menemukan apa yang ada di depannya. Kegelapan sama sekali tidak membantunya. Seluruhnya hanya seperti gambar-gambar yang acak yang berbayang.

Dia merasakan belakang kepalanya yang kesemutan dan gendang telinganya yang berdenging hebat.

Ada suara yang tidak begitu jelas. Suara alam liar yang telah membangkitkan amigdala terhadap ketakutan. Suara barusan hanya terdengar bagai pusara yang telah berhenti total.

Yuchae tidak ingin banyak bergerak. Dia juga seolah lupa bagaimana caranya bergerak. Rusuknya ngilu karena menahan tubuhnya dalam posisi telungkup.

Berapa lama dia berbaring dengan posisi seperti ini?

Gadis itu menahan napas. Mendengarkan suara yang lain. Terlalu hening. Dia mencoba sekali lagi mendengarkan suara di kegelapan yang senyap.

Mustahil ada orang.

Bibirnya terbuka hendak mengatakan 'tolong' 'aku di sini' atau apa pun. Hanya saja setiap kali ia mencoba menjauhkan kedua bagian gerahamnya, urat lehernya terasa seakan ditarik paksa untuk putus.

Dia tidak boleh begini.

Namjun pasti khawatir. Pria itu pasti sedang kebingungan mencarinya.

Atau bagaimana dengan janji temu mereka?

Atau hal mengenai 'sesuatu lebih indah saat malam' yang mau ditunjukkan pria itu?

Yuchae penasaran hal apa yang ingin ditunjukkan pria itu dengan frasa; lebih indah saat malam.

Ada gelombang kekuatan yang tiba-tiba muncul. Bukan dari tubuhnya, melainkan dari hati dan pikiran bahwa dia bisa keluar dari situasi mematikan ini.

Yuchae memejamkan mata dalam waktu lama, berbicara pada dirinya sendiri, menanyakan pada bagian tubuh mana saja yang masih memiliki sedikit kemampuan untuk saling bekerjasama.

SelfishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang