19| Lupa

4.1K 860 139
                                    

Halo!

Sesuai janjiku, bertepatan dengan ulang tahun Kim Namjoon aku akan mulai post hari ini sampai akhir tahun nanti. Meski sudah ada dalam bentuk buku, aku akan tetap share cerita selfish sampai epilog.

Untuk ready stock akan aku infokan segera. Follow instagram @idybooks supaya tidak ketinggalan informasi seputar pre-order batch 2.

Bagi yang sudah memiliki bukunya dimohon agar tidak memberikan spoiler dalam bentuk apa pun. Terima kasih.

 Terima kasih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




__ __ __








Barangkali pendengaran Yuchae salah. Barangkali Namjun hanya asal bicara. Barangkali semua yang terjadi pagi ini masih punya benang tipis dengan mimpi. Barangkali...

Ah, sudahlah. Terlalu banyak barangkali.

Kata barangkali hanyalah ungkapan menghibur. Yuchae tahu dia harus pulang hari ini, meninggalkan Ilsan dan paling penting pergi dari Namjun. Ia menatap keluar jendela cahaya pagi Korea yang memesona—danau yang mulai aktif, udara yang masuk dari mulut jendela balkon—Yuchae suka semua. Tak tahu mengapa Korea jadi begitu menyejukkan.

Sementara Namjun turut membantu mempersiakan segala sesuatu untuk kepulangannya. Saat ini lelaki dewasa itu baru masuk mendorong troli makanan yang di atasanya tersaji beberapa menu sarapan. Namjun menatanya di meja sudut persis seperti kencan satu hari dengan pria dalam kamar hotel. Yang berbeda adalah, tak ada alkohol di antara mereka.

"Aku bisa makan di luar, tak perlu bawa ke dalam," sungut Yuchae yang tak digubris Namjun.

Sejak kejadian malam itu, Namjun jadi agak berhati-hati dengannya. Yuchae tak suka bahwa pria itu tidak lagi bersikap kasual, menjaga jarak, bagaikan mereka punya dinding penyekat.

"Makanlah dulu. Aku temani."

Mereka duduk berhadapan. Sama-sama menyantap daging panggang kehitaman. Namun rasanya sangat lezat.

Namjun memotong dagingnya dan menatap Yuchae. "Pagi-pagi sekali aku dipanggil ke kantor polisi."

Mata Yuchae melebar. "Kenapa?" tanyanya cukup  kaget.

"Bertemu dengan anak yang mengambil barangmu. Setelah itu aku bicara berdua dengannya. Namanya Kang Bin. Katanya, dia melakukan semua itu tanpa alasan."

"Apa maksudnya? Bukankah sudah jelas dia menginginkan barangku?"

Namjun menggeleng gamang. "Dia dimanfaatkan. Meskipun kemampuan motoriknya bagus, tapi aku tahu Kang Bin mengalami keterlambatan kognitif. Hal inilah yang sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang lebih dewasa darinya. Kemampuan emosionalnya juga terhambat."

Yuchae terus mendengarkan sementara Namjun menjelaskan.

"Ayah dan ibunya meninggal saat usianya sembilan tahun. Ia hidup bersama neneknya yang merupakan penjual hotteok*. Karena selalu sibuk setiap pagi dan pulang larut malam, sang nenek tidak sempat mengurus cucunya sampai punya pergaulan buruk meski kini beliau sudah meninggal."

SelfishWhere stories live. Discover now