Bab Tujuh

11.1K 712 114
                                    

Daripada rebutan Devan sama siapa, mending Devan sama aku aja ya haha

***

Devan membelikan iphone 11 untuk Ratu, awalnya Ratu menolak keras, tetapi Devan bersikukuh untuk membelikannya, lagipula Devan tidak akan jatuh miskin karena membelikan ponsel berlogo apel digigit itu.

Juga, Devan membelikan beberapa pakaian, tas, dan sepatu untuk Ratu, karena yang Devan perhatikan milik Ratu sudah tidak layak dipakai.

"Mau skin care enggak?" tanya Devan saat mereka keluar dari toko brand terkenal itu.

Ratu menggeleng. "Ini aja Ratu enggak enak sama Kak Dev."

"Oke, lagian kamu juga belum cukup umur, takut merusak kulit. Atau mau beli bedak bayi, minyak telon, atau perlengkapan anak kecil?"

Ratu mengernyit. "Buat siapa, Kak?"

"Kamu, memangnya siapa lagi?"

"Ish, aku kan bukan anak kecil, Kak Dev."

Devan terkekeh geli. "Masa sih? Tapi ada yang kecil itu, kayak kelereng mungkin isinya."

Ratu mengikuti arah pandangnya Devan. "Ih, Kak Dev mesum."

Devan langsung menarik Ratu. "Cari makan, aku lapar."

"Kan tadi udah makan, Kak."

"Daripada aku makan kamu, hayo!"

Kebahagiaan malam ini adalah kebahagiaan yang tidak pernah Ratu rasakan semenjak perceraian orangtuanya.

Setelah itu, mereka mencari tempat makan seafood di area mal itu.

Sembari menunggu pesanan mereka datang, Ratu bertanya sesuatu, "Kenapa Kak Dev baik banget sama aku?"

"Karena aku punya adik, dan aku anggap kamu adik aku."

"Oh iya, ajarin aku pakai hape ini nanti ya, aku kan sebelumnya pake android."

Devan mengangguk.

Kenapa orang lain yang sama sekali enggak ada hubungan darah sama aku, bisa begitu baik, sementara keluargaku sendiri seakan tidak peduli.

"Oh iya dua hari lagi, kamu ada pemeriksaan di kantor polisi, aku lapor ibu sama bapak tiri kamu."

Ratu yang mendengar hal itu, langsung kaget tak percaya, dia sama sekali tidak ingin ibunya sampai masuk penjara, cukup Dewa.

"Kak, please, jangan masukin mama ke penjara. Aku mohon."

"Ratu, dia bersalah karena udah peralat kamu untuk meras aku."

Seharusnya Ratu dari awal tidak melibatkan Devan dalam permasalahannya, kalau tahu begini lebih baik tidak usah.

"Kak Devan enggak tahu rasanya tumbuh jadi anak broken home." Ratu menghela napas, berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh. "Mama dan papa aku sering bertengkar, papa yang sibuk kerja, dan mama yang selingkuh, sampai akhirnya papa marah dan sering mukul mama. Aku yang masih kecil saat itu hanya bisa menangis mendengar pertengkaran mereka, sementara Bang Dewa justru menjadi anak yang nakal."

Devan terdiam mendengar cerita Ratu, tidak ada air mata yang menggenang, tetapi Devan tahu ada luka yang tercipta di balik senyuman itu.

"Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pisah, papa pindah ke luar pulau dan menikah lagi, sementara mama kerja di Hongkong. Dan Bang Dewa juga jarang ada di rumah, aku kadang merasa sebenarnya aku hidup itu untuk apa? Bahkan enggak ada alasan aku untuk bertahan, kadang terlintas aku pengin mengakhiri semuanya, tapi aku tahu itu bukan cara menyelesaikan masalah, yang ada Tuhan Murka dan aku ditempatkan di neraka."

SAVIOR (END)Where stories live. Discover now