Bab Dua Belas

8.7K 715 355
                                    

Aku update lagi gais.

Koreksi typo.

Thank you.

**

Ini adalah indekos keempat belas yang Ratu datangi, dan tetap menolak untuk DP di awal hanya 200 ribu, sedangkan indekos yang paling murah ia datangi 700 ribu perbulan bayarannya, dan mereka sama-sama ingin DP 50%.

Akhirnya Ratu pasrah, kakinya sudah tidak sanggup berjalan, ia pun duduk di emperan toko di pinggir jalan yang kebetulan sudah tutup sembari memandangi langit malam yang penuh taburan bintang.

Ia tidak punya apa-apa yang bisa dijual, kecuali ponsel yang digenggamannnya, pemberian Devan tempo hari.

Ratu memandangi ponsel tersebut. "Enggak, gue enggak boleh jual ponsel ini, ini adalah ponsel dari Kak Devan harus dijaga."

Minggu depan Ratu sudah gajian, dan ia pasti akan tidur indekos setelah itu, tetapi buat seminggu ini mungkin Ratu akan tidur di jalanan, di mana saja, ia bisa berteduh dan terlindung dari kehujanan dan kepanasan.

Ratu melihat isi chatnya, ternyata tadi sore Devan membalas chatnya.

Kak Devan: oke hati-hati, semoga dapat yang terbaik :)

Ratu hanya mengulas senyuman tipis, kemudian ia mengetik balasan.

Ratu Azalea: iya, Kak. Terima kasih.

Namun, balasan itu tidak sampai kepada Devan, centang satu. Ratu pun melihat foto profilnya, status, dan info WhatsApp Devan dan semuanya kosong. Sekarang Ratu sadar kalau Devan memblokir kontaknya.

Air mata pun menetes di pipinya, padahal Ratu pikir walaupun mereka tidak satu atap, tapi masih bisa berkomunikasi dan menjadi teman yang baik. Namun, nyatanya Devan sudah tidak menginginkan Devan walaupun hanya teman via chat.

Kadang gue heran, tujuan gue di dunia itu apa? Cuma buat kesiksa fisik atau batin?

Ratu langsung menyeka air matanya, mengnyahkan pikiran aneh yang mengganggu pikirannya.

Ratu, lo harus bisa jadi perempuan mandiri yang hebat, semangat.

Karena merasa sudah lelah dang ngantuk, Ratu pun merebahkan badannya di emperan toko itu, dengan tas yang menjadi bantal.

Ratu berharap semoga saat ia bangun, harinya lebih indah dan penuh aura positif.

***

Setelah pulang dari kantor, Ara dan Devan mampir ke restoran jepang karena kali ini Ara sedang ingin makan makanan itu.

"Ara, kamu belum ceritain silsilah keluarga kamu ke aku," ujar Devan di sela menikmati sushi.

"Mami aku orang Solo, daddy aku orang spanyol, tapi menetap di Jakarta dari seebelum nikah, karena sama-sama kerja di sini. Aku anak tunggal, terlahir dari keluarga yang gila kerja."

"Kenapa ngekos?"

Ara meneguk air putih di hadapannya. "Soalnya daddy bosan lihat aku yang sering shopping dan selalu hidup mewah, akhirnya daddy aku nyuruh buat ngekos, dengan uang kiriman pas-pasan sebulan, tapi untungnya aku ada uang tambahan dari beasiswa di kampus."

Devan semakin yakin untuk menikahi perempuan di hadapannya ini, perempuan yang bisa hidup mandiri meskipun terlahir dari keluarga kaya, pintar, dan juga cantik. Sebenarnya fisik itu bukan menjadi kriteria utama, melainkan bonus.

"Tapi aku punya sifat yang entah buruk atau baik, tapi aku enggak suka pasangan aku terlalu dekat sama perempuan lain, aku orangnya cemburu banget, dan ingat aku udah jauhi Raka demi kamu, bahkan setiap dia chat kalau enggak penting enggak aku balas."

Devan mengacak rambut Ara. "Iya, Sayang. Kamu itu cinta pertama aku, dan pacar pertama aku."

Ara menopang dagunya. "Katanya cinta pertama itu enggak akan berakhir bahagai. Benar enggak?"

"Kita akan berakhir di pelaminan, lalu membesarkan anak yang lucu bareng-bareng."

Ara melebarkan senyumannya. "Tunggu aku sampai wisuda, mau ya?"

Devan mengangguk. "Oke, Sayang."

Setelah itu mereke barjalan bergandengan tangan keluar dari restoran itu, lalu mengantar Ara pulang.

Setelah sampai di depan indekos, Devan mengacak pelan rambut kekasihnya itu. "Good night, Ra."

"Kiss me," ujar Ara dengan manja.

Devan mengecup sekilasa bibir Ara, tetapi sebelum Devan menjauh, Ara langsung menarik tengkuk Devan untuk memperdalam ciuman itu. Hal yang dilakukan oleh Ara tersebut, biasanya dilakukan oleh pria, tetapi Ara berbeda, perempuan bisa juga melakukannya.

Setelah itu Ara langsunh keluar dari mobil Devan, dan Ara melajukan mobilnya ke apartemen.

Saat masuk ke apartemen, Devan melihat makanan kesukaannya sudah tertata rapi di atas meja, lalu meraih secarik kertas putih yang berisi pesan.

Padahal aku bilangnya besok, biar aku yang antar, kenapa malah keluar hari ini?

Devan langsung mengeluarkan ponselnya, untuk mencari nomor Ratu, namun kosong, perasaan ia tidak pernah menghapusnya, dan ia langsung ke riwayat chatnya dengan Ratu, kosong juga, padahal dia tidak pernah endchat.

Ara? Ara yang hapus, soalnya yang tahu passoword dan pegang hape aku cuma dia.

Devan langsung ke kamar Ratu, barang-barang yang ia kasih tidak dibawa semua, hanya beberapa lembar pakaian.

Astaga, Ratu. Kamu kenapa buat aku khawatir?

Devan puna langsung keluar untuk mencari Ratu, ia harus memastikan sendiri bahwa gadis itu mendapat tempat yang layak, aman, dan nyaman.

Namun, sudah hampir satu jam ia tidak menemukan Ratu, akhirnya Devan memutuskan untuk kembali ke apartemen.

Ia memanaskan kembali makanan itu, dan memakannya sampai habis. Masakan yang selalu enak, padahal yang masak hanya gadis 15 tahun.

***

Seseorang menyiram wajah Ratu dengan Air satu ember, hingga gadis itu terbangun dari tidurnya, padahal ini baru jam 5 pagi.

Ratu langsung mengucek matanya, dan mengubah posisinya mejadi berdiri.

Seorang wanita yang berbadan besar, menatap Ratu dengan tajam.

"Siapa yang suruh kamu tidur di depan toko saya, hah? Pergi sana!"

Ratu langsung pergi dari tempat itu, sambil memeluk tubuhnya sendiri, rasa dingin sekarang benar-benar terasa.

Akhirnya Ratu memutuskan untul berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki yang jaraknya sekitar 30 menit.

Setelah sampai gerbangnya belum dibuka, akhirnya Ratu memutuskan untuk memanjat pagar tersebut, untung saja tidak terlalu tinggi jadi masih bisa dijangkau.

Kemudian Ratu langsung ke toilet untuk mandi dan siap-siap pakai seragam.

Setidaknya hari ini ia bisa masuk sekolah di hari pertama tercatat sabagai siswi kelas 1 SMA.

Setelah selesai, Ratu langsung bergegas ke kelasnya yang ada di 10 MIPA 1. Untung saja pintunya sudah dibuka.

Kemudian Ratu memutuskan untuk duduk di bangku pojok kiri di deretan pertama.

Ratu melihat ponselnya yang tersisa 15%, dan tidak ada tanda-tanda Devan buka blokirannya, kemudian ia mengisi daya baterai pada colokan yang ada di kelas itu.

Oke, Ratu. Jangan mikirin hal itu, fokus sekolah aja untuk menuntut ilmu, agar bisa capai cita-cita. Jangan nyusahin orang, harus bisa mandiri.

Sekarang baru jam 6 pagi, jadi ia memutuskan untuk tidur, karena bel masuk akan berdering satu jam lagi, ia masih punya waktu untuk kembali men-charger tenaganya.

***

Nanti aku update lagi ketika part ini komentarnya 500 wkwkw

SAVIOR (END)Where stories live. Discover now