Bab Tiga Puluh Delapan

6.9K 628 342
                                    

Ratu masih bimbang harus operasi atau tidak, ia ingin hamil dan memberikan keturunan untuk Devan. Namun, di sisi lain Ratu sangat takut dengan alat-alat medis yang tajam, tetapi tidak ada cara lain selain operasi. Semuanya membingungkan untuk Ratu.

Devan pun tidak bisa memaksa Ratu, ia ingin memberikan kebebasan untuk istrinya itu, walau jauh dari lubuk hati terdalam kalau Devan ingin memiliki anak dari Ratu, tetapi kalau Ratu takut, Devan tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kak ... Apa nggak ada cara lain selain operasi? Jujur aku takut banget."

"Seperti kata dokter kemarin nggak ada cara lain, Sayang, tetapi kalau kamu nggak mau, Kak Dev nggak bisa maksa."

"Mungkin belum sekarang, Kak, aku harus persiapkan mental dulu. Nggak apa-apa, kan?"

Devan tersenyum tipis. "Iya, Kak Dev akan tunggu sampai kamu siap."

Tak lama kemudian terdengar bunyi bel di ruang tamu, Devan pun segera keluar dari kamarnya untuk melihat siapa yang datang. Ternyata Diandra dan seorang anak kecil yang lucu.

Anak itu langsung mencium tangan Devan dengan sopan. "Namaku Pretty, Om."

Devan langsung menyuruh kedua perempuan berbeda generasi untuk masuk, dan memanggil Ratu untuk menemui tamu.

Ratu agak terkejut melihat Diandra yang malam-malam datang ke rumah ini, sangat tidak etis sekali menurut Ratu, apalagi beberapa hari yang lalu ia memeluk suaminya. Ratu tidak bisa menahan rasa cemburunya setiap kali mengingat kejadian itu.

Diandra membawakan brownis bikinannya untuk Devan dan Ratu.

Diandra langsung mengulurkan tangannya kepada Ratu, ini adalah perkenalan mereka secara resmi. "Aku Diandra, temannya Devan."

Setelah itu mereka langsung duduk di sofa.

"Teman?"

"Karena ini di luar kantor jadi aku ingin memperkenalkan diri sebagai teman, karena kami emang teman masa kecil." Diandra menatap Devan yang duduk di sebelah Ratu. "Iya kan, Dev?"

Devan bilang dalam hubungan harus saling terbuka, bahkan hal ini Devan sama sekali tidak jujur kepada Ratu siapa Diandra sebenarnya.

"Dulu kami itu tetangga di Bandung, terus dari SD-SMA Devan itu kakak kelasku di sekolahan yang sama. Kami akrab, dan bahkan kami mempunyai perasaan yang sama tapi sama-sama nggak tahu." Diandra berbicara seperti itu seolah tidak memikirkan perasaan Ratu sebagai istri sahnya Devan.

"Perasaan?"

Devan langsung berucap, "Itu hanya masa lalu, Sayang, lagian Diandra ini udah punya anak."

"Jangan lupa, aku janda." Diandra terkekeh pelan. "Aku menikah dulu seusia kamu, makanya anakku sekarang udah besar, terus empat tahun lalu kami cerai karena mantan suamiku lebih milih perempuan lain."

"Iya, lagian kami baru ketemu lagi setelah lulus sekolah," jelas Devan.

Seharusnya Ratu tidak boleh cemburu karena mereka hanya masa lalu, dan yang terpenting Devan adalah milik sahnya, tetapi ia harus akui bahwa hatinya tidak bisa mengelak melihat Diandra yang sepertinya begitu akrab dengan Devan.

"Terus kata Devan juga, aku hadir di mimpi basah dia pertama kali."

"DIANDRA!" Suara Devan naik satu oktaf dan Diandra langsung minta maaf, ia tidak menyangka ucapannya bisa membuat raut wajah Ratu berubah. Ucapan itu sangat tidak pantas didengar oleh sang istri.

Ratu tersenyum tipis. "Maksud Kak Diandra berucap seperti itu kenapa, ya?"

Diandra langsung menggeleng. "Bukan maksud apa-apa, Ratu, aku hanya—"

SAVIOR (END)Where stories live. Discover now