Bab Dua Puluh Satu

7K 729 364
                                    

Seperti ucapan Devan, kalau weekend ini mereka ke Bandung.

Ini adalah kali pertama bagi Ratu Azalea mengunjungi kota kembang itu, yang sebelumnya ia hanya bermimpi. Sekarang Devan benar-benar mewujudkannya.

Bandung itu kota terpadat penduduk se-Jawa Barat, cuacanya di kota juga sudah panas, tidak seperti yang orang-orang katakan kalau Bandung itu sejuk, karena polusi sudah merusak udara di kota.

"Kak, Bandung enggak sesejuk yang aku bayangkan," ujar Ratu sambil melihat ke arah sekitar.

"Iya, kalau kotanya emang udah enggak dingin karena makin kesini semakin padat, kalau mau yang masih sejuk itu di Lembang, terus di Dago juga masih asri."

Ratu menatap Devan. "Ajakin aku ke sana, Kak Dev."

"Mau ke Lembang?"

Ratu mengangguk.

"Iya nanti kita ke sana kapan-kapan ya. Di sana banyak tempat-tempat bagus, kayak floating market, farm house, terus banyak lagi tempat lainnya."

Sebelah tangan Devan langsung menggenggam sebelah tangan Ratu, dan tangan satunya fokus menyetir.

Ratu terkejut. "Kok digenggam? Kan kita enggak lagi nyeberang?"

Devan mendelik. "Emang enggak boleh?"

"Boleh sih."

Tinggal beberapa menit lagi, mereka akan sampai di rumah Devan, ini adalah kedua kalinya ia memperkenalkan gadisnya ke hadapan Andre dan Kinan, walau yang sama Ara harus kandas di tengah jalan karena dia memilih pendidikannya dari menikah.

Akhirnya mobil Devan berhenti dengan sempurna di depan rumah megah itu.

Jantung Ratu semakin berdebar tak menentu. Ia takut bertemu keluarganya Devan, tetapi pria itu memberikannya kekuatan bahwa semua akan baik-baik saja.

Dengan saling menggenggam jemari, sepasang kekasih itu berjalan masuk ke rumah yang membuat Ratu terpaku. Seumur-umur Ratu belum pernah masuk ke rumah megah seperti ini.

Kebetulan di ruang tamu sedang ramai, ada Andre, Kinan, Kennard, dan Kejora yang sedang hamil muda.

Devan langsung mencium tangan orangtuanya, begitu pun Ratu melakukan hal yang sama.

"Kenapa Ratu ikut?" Itu adalah pertanyaan pertama yang Kejora lontarkan saat Ratu dan Devan ikut bergabung bersama mereka.

"She is my future wife."

Bukan hanya Kejora yang terkejut, tetapi tiga orang lainnya juga merasakan hal yang sama. Lebih-lebih Kinan, ia tidak menyangka akan jatuh cinta dengan gadis yang bahkan belum genap 17 tahun, apalagi dia adalah Ratu, seorang gadis yang memiliki latar belakang keluarga tidak baik.

Kejora terkekeh pelan. "Apa? Menikah sama Ratu? Enggak, Kak." Kejora menatap Ratu. "Sorry, Ratu, aku mungkin bakal setuju kalau kamu bukan adiknya Dewa, aku enggak pernah lupa kejahatan yang dilakukan kakakmu itu dulu. Karena kejahatan kakakmu itu aku harus diseret kembali ke Bandung, dan hubungan aku enggak direstui sama papa dengan alasan Kennard enggak bisa menjaga aku dengan baik. Banyak lika-liku hidup yang aku lalui hanya karena perbuatan Dewa!"

Benar apa yang ditakuti oleh Ratu, Kejora pasti tidak akan menyetujui adik Dewa menjadi istri dari kakaknya.

"Kejora, Dewa ya Dewa, Ratu ya Ratu, kenapa jadi kaitin Dewa sama Ratu?" Devan protes.

Kejora tetap menggeleng. "Kalau kalian menikah, itu artinya keluarga Ratu akan menjadi keluarga kita juga. Dan aku enggak mau berurusan lagi dengan Dewa."

"Ra, tapi Kak Dev cinta sama Ratu."

"Kak Dev selalu bilang kan sama aku, kalau Kak Dev akan mencari perempuan itu yang bisa menyatu dengan aku. Sekarang aku menolak Ratu menjadi iparku, apa Kak Dev bakal tetap menikahinya?"

Devan pikir hubungannya dengan Ratu akan berjalan mulus, tapi nyatanya ada kerikil yang harus mereka lewati.

"Dan Kak Dev juga pernah bilang enggak mungkin suka sama Ratu, Kak Dev enggak lupa, kan?" lanjut Kejora.

Devan tentu ingat dengan perkataannya itu, tetapi ia juga tidak bisa memungkiri bahwa ia juga mencintai gadis ini.

Akhirnya Ratu ikut bersuara. "Maaf, Kak. Untuk semua kesalahan yang pernah Bang Dewa lakuin ke Kakak, aku minta maaf banget, karena jujur aku sebagai adiknya juga kecewa." Ratu berusaha menahan tangisnya. "Tenang aja, Kak. Kak Dev enggak mungkin menikahi perempuan yang keluarganya enggak suka. Apalagi Kak Dev ini sayang banget sama Kak Kejora."

"Ratu!" ujar Devan.

Kinan ikut berpendapat. "Sudahlah, Dev. Kamu ini 28 tahun yang sebentar lagi 29, masa mau nikah sama bocah ingusan kayak dia. Mana bisa dia mengurus suami dan anak di umur yang masih ingin menghabiskan masa remajanya dengan main-main."

Kinan berkata seperti itu, seolah-olah tahu betul tentang Ratu, padahal ia hanya melihat dari tampilan luarnya.

Kennard yang gemas dengan obrolan ini, ikut menimpali. "Begini kalau aku boleh berpendapat. Dewa? Aku juga enggak bisa mentolerir kesalahan abangnya Ratu, apalagi Ratu yang ikut bersekongkol dengan Gita." Kennard menatap Devan. "Dev, lo enggak mungkin lupa dengan kejadian yang kita datangi sekolahnya Ratu cuma mau tahu keberadaan Gita, dan kita harus ancam Ratu dulu baru dia kasih tahu, gue harap lo enggak lupa."

Tentu saja Devan masih ingat. Dia enggak akan pernah lupa kejadian Gita yang mencelakai Kejora, tapi Ratu enggak ada kaitannya dengan itu semua.

"Saat itu dia masih SMP yang bahkan pikirannya masih dikendaiin sama orang lain, Ken!" balas Devan.

Andre merasa lucu dengan perdebatan sore ini, semua memojokkan Ratu. "Dev, dari semua perempuan yang ada di dunia ini kenapa harus Ratu? Minimal carilah dari keluarga dengan latar belakang yang bagus." Andre menatap Devan. "Jangan kira Papa enggak tahu kamu mengambil uang perusahaan untuk membebaskan Ratu dari orangtuanya yang kejam! Papa cari tahu semuanya tentang Ratu!"

Ratu hanya bisa menahan sesaknya, air mata yang sedari tadi ia tumpahkan ingin sekali ia keluarkan.

"Apa pun alasannya aku tetap akan menikahi Ratu!" Devan tetap bersikeras.

Andre terkekeh. "Menikahi Ratu? Kalau gitu semua fasilitas Papa ambil semua, termasuk kamu harus keluar dari kantor, dan enggak akan dapat warisan!"

"Oke," ujar Devan dengan enteng.

"Aku kayak kehilangan Kak Devan." Kejora menangis sembari menatap Devan. "Laki-laki yang selalu menjaga aku, yang menghibur aku di kala sedih, laki-laki yang selalu melindungi. Aku kayak kehilangan itu semua."

Devan sama sekali tidak ingin membuat Kejora menangis, tetapi dia juga mencintai Ratu.

"Dulu Kak Dev selalu ingin mencari istri yang bisa menyatu sama aku, tapi Kak Dev mengingkari," lirih Kejora di balik isak tangisnhya.

Kejora memeluk suaminya dengan tangisan yang tidak tertahan.

"Kejora, Kak Dev mohon, restui kami. Jangan membuat keadaan semakin sulit."

Akhirnya air mata yang ditahan oleh Ratu terjatuh juga. "Maaf, kalau kehadiran aku buat kalian berdebat, aku tahu posisi aku salah."

Devan menggenggam tangan Ratu. "Ratu ...."

Ratu menyeka air matanya kemudian tersenyum. "Jangan buat Kak Kejora menangis, Kak. Lebih baik aku mundur. Aku enggak mau Kak Dev kehilangan semuanya hanya karena bocah kayak aku."

Percayalah, tetap tersenyum di saat hati sudah retak, itu amat sangat menyiksa.

***

Wkwk, nah lho enggak direstui.

Feelnya dapat kah guys?

500 komen tanpa spam buat lanjut bab berikutnya

SAVIOR (END)Where stories live. Discover now