Bab Dua Puluh Empat

7.7K 706 462
                                    

Guys, yang belum follow akun ini, boleh dong follow. Itung2 nambah pahala wkwkw

Kan kalau aku ada info atau updatean terbaru, muncul di notif kalian hehe

Happy reading, komentarnya ditunggu

***

Kehidupan Ara di London tidak baik-baik saja, meninggalkan Devan ternyata bukan keputusan terbaik, raganya memang di London, tetapi hatinya masih berada di Indonesia, tepatnya di Jakarta.

Ara memiliki semuanya di sini, pacar, teman, lingkungan pergaulan yang high class, prestasi, dan banyak orang yang mengaguminya, tetapi Ara sadar semua itu belum bisa membahagiakannya.

Yang ia inginkan sekarang adalah bertemu Devan lalu memeluknya dengan erat, dan... meminta laki-laki itu menikahinya.

Ah sial, tapi Ara yakin bahkan pintu maaf pun tidak bisa diberikan oleh Devan setelah apa yang ia lakukan, membatalkan pernikahan H-1, atau mungkin Devan sudah mendapatkan perempuan lain?

Memikirkan itu semua membuat Ara jadi sakit kepala, ternyata kehilangan sesakit ini, kalau tahu akhirnya begini, lebih baik Ara membatalkan beasiswanya dan hidup bahagia bersama Devan dan keluarga kecilnya. Dan pada kenyataan, itu adalah mimpi indah yang berakhir buruk.

Namuan sekarang nasi telah menjadi bubur. Tidak ada lagi kisah cinta antara Ara dan Devan. Kalau dilihat-lihat Ara itu like princess, dan Devan itu like a prince. Keduanya sangat cocok. Perfect couple.

Raka? Laki-laki itu memang telah menjadi miliknya, bahkan Raka suka mendapatkan sesuatu yang berharga dalam dirinya. Ya, secara seutuhnya diri Ara sudah dimiliki oleh Raka. Tetapi, hati Ara masih untuk Devan. Ara hanya menganggap Raka tetap sahabat yang baik, walaupun pada kenyataannya status mereka lebih dari itu.

Lamunan Ara buyar, saat mendapat chat dari Nelvan, sepupunya, diJakarta.

Nelvan: Kak Ara, breaking news, Ratu dan Devan sekarang pacaran!

Ara langsung membanting ponselnya di lantai hingga layarnya pecah. Padahal itu ponsel apel digigit keluaran terbaru yang ia beli beberapa waktu yang lalu, tanpa rasa bersalah ia memandang benda pipih itu.

"Gue kalah telak dari anak kecil itu! Gue udah duga dari awal, dia bibit pelakor! Mungkin dia kebanyakan nonton drama korea atau FTV di channel ikan terbang!"

Emosi Ara memuncak, ia membanting semua benda yang ada di kamarnya, termasuk TV, benda-benda yang ada di meja rias, dan remot AC pun menjadi korban.

Bahkan sampai detik ini Ara masih tidak rela jika Devan jatuh ke tangan Ratu.

Hah? Seorang Ara yang cewek pintar, cantik, kaya, dan punya segalanya, kalah dari cewek kayak Ratu yang asal usulnya enggak jelas? Yang benar aja!

Raka yang baru masuk kamar Ara, terkejut melihat kamar itu seperti kapal pecah, padahal barang-barang yang dibanting oleh Ara adalah barang baru semua.

"Ra, kamu sadar? Ini semua barang branded!"

Ara terkekeh pelan. "Enggak peduli, aku masih mampu buat beli lagi, bahkan 10 kali lipat dari ini semua!"

Raka tahu Ara tidak baik-baik saja, wajahnya menahan tangis tetapi dia berusaha tegar dengan melampiaskan ke barang-barang itu.

Raka langsung merengkuh Ara ke dalam pelukannya, dan membiarkan Ara menangis, mengeluarkan emosinya dalam bentuk air mata.

Ara memukul-mukul dada Raka seraya menangis. "Gue cinta Devan," ujarnya di balik isak tangisnya.

Hati Raka perih mendengar ucapan Ara, perempuan yang menjadi kekasihnya ini masih sangat mecintai mantan yang ia campakan dulu. Seharusnya Raka sadar, dari dulu ia tidak bisa mendapatkan hati Ara. Ara hanya menganggap dirinya tak lebih dari sahabat.

"Gue cinta Devan ...."

Raka berkali-kali mengusir rasa sesaknya saat mendengar kalimat itu.

***

Hubungan Ratu dan Devan kian harmonis, mendapatkan restu dari keluarga semakin membuat mereka bahagia.

Walau Nelvan masih mengganggu Ratu, tapi selalu ia abaikan. Devan juga selalu menjemput Ratu sekolah sebelum Nelvan yang membawanya kabur.

Devan memang posesif, tapi terlihat sangat menggemaskan.

Setelah menjemput Ratu, Devan langsung membawanya ke apartemen.

"Kak, malam ini mau olahraga enggak?" tanya Ratu seraya mendaratkan bokongnya di sofa sebelah Devan.

Devan mengernyit. "Buat apa?"

"Itu kata Tante Kinan olahraga malam biar enggak tegang."

Devan yang mendengar hal itu langsung memijat kepalanya. "Ratu, polos amat sih."

"Kenapa?"

"Maksud Mama itu olahraga malam itu adalah adu goyangan."

Ratu manggut-manggut dengan tampang polos. "Goyang dombret atau goyang gergaji? Bisa aja aku mah sambil lihat YouTube."

Ratu ini pintar dalam hal sekolah, tetapi kalau bahas hal ini ia jadi lemot banget. Apa karena umurnya yang masih belum 17 tahun?

Devan mendekatkan bibirnya ke telinga Ratu. "Adu goyangan buat dedek bayi, Ratu." Devan langsung menggigit telinga Ratu, setelah itu langsung beranjak dari sofa.

"Kok digigit?"

"Pembalasan buat yang waktu itu." Setelah itu Devan berlalu ke kamarnya.

Emang kalau buat bayi itu adu goyangan? Gimana caranya?

Setelah sampai di kamarnya, Devan langsung berdiri depan cermin.

"Kenapa kepolosan Ratu itu sangat menggemaskan?"

Tak lama kemudian Ratu muncul dari arah pintu kamar Devan. "Kak..."

"Apa, Ratu?" Devan menoleh.

"Mau nanya, adu goyangan sama buat bayi itu hubungannya apa?"

Devan rasanya mau menangis mendengar pertanyaan Ratu, kalau saja Ratu ini istrinya, sudah pasti ia ajari cara goyangan yang mantap, tetapi masalahnya dia masih polos.

Devan pun menghampiri Ratu, lalu berbisik. "Maksudnya itu cara buat bayi."

"Caranya adu goyangan gimana, Kak?"

Devan menghela napas kesal. "Nanya lagi, aku kasih kamu piring cantik!"

"Padahal kan Ratu cuma nanya karena kepo."

Devan mencubit pipi Ratu. "Nanti aja kalau kamu udah sah jadi istri, Kak Dev bakal ajarin kamu sampai enggak bisa jalan."

"Kok enggak bisa jalan, Kak?"

"BODO AMAT, RATU!"

***

Ratu itu....

Devan itu...

Kinan itu...

Andre itu...

Ara itu...

Kejora itu...

Kennard itu...

Raka itu....

KOMEN JANGAN LUPA HAHA.

SAVIOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang