Empat puluh empat

7.6K 639 204
                                    

Beberapa bulan kemudian

***

Di dalam ruangan persalinan, terdapat seorang wanita yang sedang berjuang keras untuk melahirkan seorang bayi. Sang suami terus menggenggam tangan sang istri, memberikan kekuatan bahwa semua akan baik-baik saja. Itulah mengapa seorang ibu itu istimewa karena ia telah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan seorang penerus.

Tarikan napas memburu dan di tempat jalan lahir terasa sakit sekali, ternyata menjadi seorang ibu tidak semudah itu, di balik terlahirnya anak yang lucu dan menggemaskan ada seorang wanita yang melawan nyerinya rasa sakit.

Sudah 30 menit ngeden, tetapi bayi itu belum kunjung keluar, sementara mereka semua yang ada di ruangan masih sabar untuk menanti dan sama-sama berjuang. Ruangan ini Ber-AC, tetapi keringat dingin terus saja membanjiri wajah wanita yang sedang terbaring lemah itu. Saat melihat istrinya yang berjuang keras seperti ini, ia jadi merasa bersalah kepada ibunya karena waktu kecil sering membantah ucapan Kinan.

Devan ingin berterima kasih kepada ibunya karena sudah berjuang melahirkannya, sekaligus meminta maaf kalau selama ini dirinya belum bisa jadi anak yang baik.

"Dikit lagi, Bu ... Terus tarik napas dan embuskan, jangan ditahan, Bu," perintah sang dokter yang sedang berusaha.

Devan sudah menyarankan agar Ratu operasi saja karena bayi yang akan ia lahirkan ada bayi kembar, tetapi Ratu menolak, ia ingin melahirkan secara normal.

"Pengin BAB," ujar Ratu di balik dirinya yang sudah tak berdaya. "Udah kebelet banget."

"Jangan ditahan, keluarkan." Dokter terus memberi intrupsi.

Beberapa menit setelahnya, terdengar tangisan seorang bayi merah yang memenuhi ruangan. Rasa lega menghampiri Devan dan Ratu melihat bayi mungil itu telah berada dalam gendongan sang dokter, selang lima menit setelah itu, seorang bayi laki-laki lain pun hadir ke dunia ini.

"Telah lahir bayi kembar laki-laki yang tampan seperti ayahnya," ujar sang dokter.

Devan mencium kening istrinya. "Terima kasih, Sayang, karena sudah berjuang."

Dokter tersenyum ke arah Devan dan Ratu. "Kedua bayinya sangat menggemaskan."

Devan maju beberapa langkah. "Boleh saya gendong?" Devan pun meraih bayi merah itu dari sang dokter, lalu menatap Ratu. "Namanya siapa, Sayang?"

"Kakaknya, Radev Upin Mahendra, adiknya, Ravan Ipin Mahendra."

Devan tidak protes kalau Ratu memberi nama dua kepala botak yang sering tayang di TV, karena katanya waktu kecil, Ratu suka menonton kartun kembar asal negara tetangga itu. "Panggilannya?"

"Upin dan Ipin."

Devan mengernyitkan keningnya, terdengar aneh, tetapi unik. Lagipula hampir semua orang suka dengan kedua botak kembar itu, semoga kelak anak mereka juga disukai banyak orang.

Devan tersenyum tipis. "Welcome to the world, Biru. Upin dan Ipin."

Setelah itu Upin dan Ipin langsung dibawa oleh perawat untuk segera dimandikan.

Tak lama kemudian Kennard dan Kejora datang bersama anaknya, Biru.

"Kembar ya?" tanya Kejora yang diangguki oleh Devan. "Namanya siapa?"

"Upin dan Ipin."

Kennard dan Kejora langsung tertawa mendengar nama nama keponakannya, itu kan nama kartun yang menjadi tontonan Biru setiap hari. Bisa-bisanya mereka menamai anak dengan nama kartun legend yang enggak tamat-tamat TK padahal kartun itu tayang dari zaman baheula.

SAVIOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang