Bab Tiga Puluh

7.8K 709 178
                                    

Kalau kita meninggalkan keburukan, maka akan digantikan dengan kebaikan. Begitu sebaliknya, kalau kita meninggalkan kebaikan, maka akan mendapatkan keburukan.

Sekarang Ara sadar, hukum alam itu nyata. Ia hanya bisa menyesali keputusannya di masa lalu yang membuatnya terpuruk di masa sekarang.

Dan yang terpenting jodoh adalah cerminan diri. Yang buruk akan mendapat yang buruk, jika ingin mendapat yang baik, maka harus perbaiki diri terlebih dahulu. Tuhan yang akan mempertemukan dengan cara yang tak terduga.

Untung saja Ara cepat dilarikan ke rumah sakit, jadi ia cepat ditangani oleh dokter sebelum terlambat. Kini orangtua Ara juga sudah ada di ruang rawat, bersama Ratu dan Devan. Mereka menceritakan kronologis yang terjadi dan itu cukup membuat Mike dan Indira kecewa.

"Ara ...." Mike menghela napas pelan. "Kan Daddy udah bilang, nikah sama Raka. Dia juga lagi perjalanan ke Indonesia."

Ara tetap menggeleng. "Dad, aku nggak cinta Raka, aku juga nggak nyangka kalau Raka mainnya bisa kebablasan gini."

"Ra, belajar dewasa. Kamu udah berbuat, harus bertanggung jawab! Anak ini butuh ayah kandung, jangan minta pertanggungjawaban ke laki-laki yang bukan ayahnya. Ini kesalahan kamu dan Raka, jadi kalian harus terima konsekuensinya."

Indira mengelus punggung suaminya, memberi isyarat bahwa ia saja yang menasihati Ara. Mungkin dengan perkataan yang lembut akan lebih mudah diterima oleh Ara, daripada ucapan Mike yang bercampur emosi.

"Sayang, ini anak Raka, jadi kamu harus nikah sama dia."

Ara menggeleng. "Kalau kalian nggak izinin aku mati, berarti anak ini harus digugurkan, karena nggak mungkin aku menghabiskan sisa hidupku sama orang yang nggak aku cinta."

Indira mengelus rambut putrinya dengan lembut. "Dengar Mami, kamu udah melakukan dosa, yaitu melakukan hubungan sebelum nikah, dan akhirnya calon anak kamu tumbuh di rahim kamu. Dan kamu pengin gugurin, mau tambah berapa dosa lagi, hm? Dia berhak melihat dunia, jangan kamu bunuh, dia berhak hidup lebih lama lagi."

"Tapi—"

"Belajar dewasa, menikahlah dengan Raka, kalau kamu nggak tahan hidup sama dia, kamu bisa minta cerai setelah anak kamu lahir. Setidaknya anak itu punya status ayah yang jelas, dan kita nggak jadi bahan omongan orang-orang."

Ara melirik ke arah Devan yang sedang duduk di sofa, jujur ia masih sangat berharap kalau Devan kembali, dan merangkai ulang mimpi yang pernah gagal. Namun, semua itu tak bisa lagi ia ia dapatkan, setelah apa yang ia perbuat. Kalau saja Ara endingnya seperti ini, Ara tidak akan meninggalkan Devan.

Aku emang bodoh!

"Devan ...."

Mendengar namanya terpanggil, Devan pun menatap Ara, menunggu perempuan itu melanjutkan ucapannya.

"Boleh aku minta sekali lagi? Aku pengin kamu yang jadi suamiku, dan kita besarin anak ini sama-sama," ucap Ara dengan raut ketulusan yang terpancar di wajahnya. Ia benar-benar menginginkan Devan, bukan Raka atau lelaki mana pun.

Devan langsung berdiri dari sofa, sembari menggenggam tangan Ratu. "Maaf, Ra, kita hanya masa lalu yang enggak akan pernah terulang lagi, anggap itu sebagai pelajaran berharga, sekarang aku punya seseorang yang aku cinta." Lalu Devan menoleh ke Ratu seraya tersenyum tipis. "Namanya Ratu Azalea."

Hati Ara bagai tersambar petir mendengar penuturan Devan, ia tak mampu lagi membalas kata-kata Devan yang membuat hatinya perih tak berujung, hanya air matanya yang berbica. Cairan bening kristal itu telah menjelaskan semuanya, hati Ara hancur. Ini adalah patah hati terparah yang Ara alami sepanjang hidupnya.

Ara hanya bisa meratapi takdirnya, ia sendiri yang bermain-main dengan perasaan seseorang, dan sekarang ia dipermainkan oleh takdir.

***

Setalah dari rumah sakit, Devan mengajak Ratu ke sebuah kafe. Ratu menempati salah satu meja, dan Devan naik ke atas panggung, entah apa yang dilakukan pria itu, Ratu juga tidak tahu. Ia hanya memandangi saja.

Devan berbisik sesuatu kepada vokalis band, kemudian sang vokalis memberikan mikrofon di tangannya ke Devan.

"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Devan Mahendra, di sini saya akan menyanyikan sebuah lagu sederhana untuk kekasih saya di sebelah sana." Ia melirik ke arah Ratu. "Saya bukan penyanyi, suara saya juga nggak bagus, tapi di sini saya hanya ingin menyampaikan seluruh rasa saya untuk dia yang berhasil mencuri hati saya, Ratu Azelea."

Ratu dan Devan saling membalas senyuman.

"Janji suci, Yovie and Nuno, untuk kamu." Pandangannya masih tertuju untuk Ratu.

Dengarkanlah, wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu, dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu
'Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buat 'ku hancur
'Ku tak akan mengulang 'tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Dengarkanlah, wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci, satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu
'Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buat 'ku hancur
'Ku tak akan mengulang 'tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Jangan kau tolak dan buat 'ku hancur
'Ku tak akan mengulang 'tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu
Akulah yang terbaik untukmu
O-o-o-o-o-o-oh ...

Saat musik terhenti, suara riuhan tepuk tangan tertuju kepada Devan.

Devan turun dari panggung, lalu menghampiri Ratu, ia mengeluarkan sebuah kotak beludru merah dari saku celana yang sudah ia persiapkan sebelumnya.

Saat kotak itu terbuka, terlihat sebuah cincin berlian yang memiliki mata yang indah.

Devan tersenyum ke arah Ratu. "Will you marry me?"

Hati Ratu rasa ingin melompat kegirangan saat mendengar kalimat sakral itu.

Para pengunjung saling bersorak agar Ratu menerima lamaran itu. Mereka harap-harap cemas mendengar jawaban Ratu.

"Yes, i will," jawab Ratu dengan senyuman malu-malu yang tampak jelas.

Jawaban Ratu langsung membuat para pengunjung bersorak gembira, terutama Devan langsung bernapas lega.

Sebentar lagi Ratu akan menjadi istrinya, ibu dari anak-anaknya.

Banyak pengunjung perempuan yang merasa baper dengan Devan, dan mereka ingin menjadi Ratu. Apalagi memiliki calon suami yang tampan dan berkarisma seperti itu.

Devan langsung memasang cincin di jari manis Ratu, kemudian mencium tangannya, "I love you."

"Ya Tuhan, sampai segede ini gue cuma menyaksikan keuwuan orang-orang."

"Kapan ya gue diuwuin sama calon masa depan gue?"

"Jiwa jomloku bergetar-getar."

"Cowok orang kok cakep-cakep ya?"

Bisik-bisikan para perempuan itu membuat Devan dan Ratu hanya tersenyum tipis. Ratu pernah pada masa itu, menyaksikan keuwuan orang-orang, dan sekarang ia yang merasakan hal itu. Ini hanya perihal masa, semua akan sampai pada kebahagiaan masing-masing.

***

Baper gak gais?

Aku yang nulis baper lho

Mau juga diuwuin wkwkwk

SAVIOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang