1. Yang bertopeng

636 110 119
                                    

Hai! Welcome to my first work.

🦋 Ready to read? Happy reading 🦋

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

"Nilai kamu kok nol terus? Nanti kamu gak bisa ikut lomba matematika loh kayak Azka."

"Harusnya kamu kayak Azka! Bukan main terus."

Dua kalimat yang selalu menghinggapi pikiran remaja laki-laki yang tengah memandangi dirinya di cermin yang ukurannya tidak lebih dari pinggul orang dewasa. Meskipun omongan tempo lalu itu menyakitkan, tapi itulah yang bisa membuatnya bangkit sampai sekarang.

Pria berumur tujuh belas tahun itu mengencangkan ikatan dasi yang melilit di lehernya. Merapikan sedikit rambut dengan gel, serta menyemprotkan minyak wangi ke bagian yang bisa membuat wanginya tahan lama.

Pagi itu terlihat tidak cerah sebagaimana mestinya. Mendung. Tapi semoga semangatnya menuntut ilmu hari ini tidak mendung hanya karena cuaca yang sejuk, dan paling enak dipakai untuk bermalas-malasan.

Shaka keluar dari kamar setelah benar-benar siap berangkat sekolah. Sebelum keluar rumah, ia berpamitan dengan kedua orang tuanya yang juga sedang bersiap ke tempat kerja. Pria itu memilih untuk tidak sarapan di rumah. Kenapa? Ya ... lagi nggak mood aja.

Di teras rumah telah hadir seorang pria sebaya dengannya dan berwajah sama tengah mengenakan sepatu. Shaka memberikan sebuah masker berwarna hitam untuk kembarannya itu.

"Jangan lupa dipakai maskernya!" suruh Shaka tegas, tidak menerima bantahan.

Azka, setelah mengaitkan tali masker ke telinga, ia mengenakan helm full face. Tak lupa menunjukkannya kepada Shaka.

Setelah keduanya menaiki motor vespa masing-masing, Shaka bertanya kepada Azka, "Udah habis masker lo?" Azka menjawabnya dengan anggukan.

"Beli!" perintah Shaka.

"Gak punya uang,"  jawab Azka diakhiri dengan cengiran yang tidak terlihat oleh Shaka, namun dapat kentara lewat mata. Shaka hanya berdeham, kemudian menyalakan mesin motor dan langsung tancap gas keluar dari pekarangan rumah.

ָ࣪ ۰ Amour ‹!

Baru saja selesai memarkirkan motornya dan melepas helm, seorang gadis menghampiri Shaka yang tengah merapikan rambut lewat kaca spion.

"Shak, kelas sepuluh ada yang mau masuk ekskul kita. Lo masih mau nerima?" tanya Fia, teman sekelas  Shaka sekaligus teman satu ekskul.

"Terima aja. Ekskul fisika selalu terbuka buat siapa pun yang mau gabung," jawab pria itu santai. Kenapa harus pakai persetujuan Shaka? Ya karena ketua ekskul fisika itu dia.

SMA Agra. Sekolah dengan tiga bangunan masing-masing berlantai tiga. Dilengkapi berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah ini. Satu jurusan memiliki satu gedung dengan ruang fasilitas yang semuanya berada di lantai satu. Lantai dua dan tiganya untuk ruangan kelas juga satu gudang di tiap pojoknya.

Gedung IPA berseberangan dengan gedung Bahasa, sementara gedung IPS berada di tengah gedung dua jurusan itu. Sekolah ini mengambil nuansa hangat dan asri. Hangat berasal dari warna cat yang tidak terlalu mencolok, yaitu berwarna kecoklatan. Sementara, asri berasal dari tanaman hijau di tiap sisi sekolah.

Shaka berjalan di koridor gedung IPA karena kelasnya ada di gedung tersebut. Tak sengaja, bahunya sedikit bertabrakan dari belakang dengan wanita yang berjalan mendahuluinya.

AMOURWhere stories live. Discover now