39 | mommy jangan jemput Haechan

3.3K 271 2
                                    

   -ˏˋ  ꒰ 🐻🐻🐻 ღ  ˊˎ-

"Haechan tidak apa apa, kondisinya menurun ia terlalu lelah menangis hingga jatuh pingsan." Ucap Mingyu, ia ikut panik ketika seorang remaja berlari sambil menangis memanggil dokter dan perawat sambil menyebutkan nama Haechan.

Barulah kali ini mereka dapat menghela nafas lega. "Dokter... Haechan bisa sembuh?" Tanya Renjun pelan.

Mingyu menatap pemuda di hadapannya yang jauh lebih kecil , banding temannya yang lain, Mingyu tersenyum hangat. "Kita sedang berusaha, Haechan sedang berjuang sisanya kita serahkan kepada yang maha kuasa." Jawab Mingyu.

Renjun mengalihkan pandangannya menatap Haechan yang terlelap dengan damai dalam tidurnya.

   -ˏˋ  ꒰ 🐻🐻🐻 ღ  ˊˎ-

Haechan bangun langsung menangis, bukan tangis keras seperti tadi justru sekarang malah tangis pelan, tangis bagi siapa yang mendengarnya terasa menyakitkan.

Haechan memukul mukul kepalanya keras berharap sakit di kepalanya mereda dan hilang, ia bahkan sampai menjedotkan kepala ke tembok.

Sakitnya merambat ke tubuhnya, sekarang seluruh tubuhnya sakit ia mengigit bibir bawahnya keras, Haechan terus menjambak rambutnya membuat rambutnya yang memang sering rontok kini bertambah rontok. Taeyong tertegun kala baru datang di ruang rawat adiknya mendapati si bungsu menangis sambil memukul mukul kepalanya.

"Haechan?! Waee?? Kenapa aegii?" Tanya Taeyong mendekati Haechan.

Duk!

Duk!

Duk!

"H...hyung... Ssakit sekali hiks sakit, kepala channie seperti m-mau pecah." Haechan menangis, Taeyong mengigit bibirnya menahan tangis, ia memang tak mengetahui sakitnya tapi melihat adiknya kacau seperti ini pasti sakitnya luar biasa.

Haechan berusaha memfokuskan pandangannya walaupun sulit ia bahkan meremat tangannya sendiri guna minimalisir rasa sakitnya.

Haechan sakit, ia kesakitan ia bingung menjabarkan seperti apa rasa yang sedang ia rasakan, rasanya semuanya sakit, Haechan tak berbohong rasanya Haechan ingin menyerah pada dunia sekarang.

Haechan baru tenang ketika perawat menyuntikkan sesuatu kedalam infusannya, sakit di kepalanya perlahan hilang begitupun dengan matanya yang kian memberat.

Taeyong menatap sendu Haechan yang terlelap di dekapannya, "Jaljayo uri Haechannie."

   -ˏˋ  ꒰ 🐻🐻🐻 ღ  ˊˎ-

Benar kata dokter, kondisi Haechan menurun sejak semalam, anak itu menolak apapun untuk masuk mengisi perutnya, bibir pucat itu tersenyum meskipun tatapannya tak bisa berbohong, mereka kehilangan tatapan binar dari adik mereka.

Tatapannya kosong, seperti tak ada kehidupan Haechan tengah mengotak atik ponselnya entah apa yang sedang ia lakukan namun untuk mengurangi rasa bosan karna 2 hyungnya sedang di kantin rumah sakit ia memilih untuk mengedit sesuatu.

Bibir itu makin tersenyum kala editannya selesai, "well donee." Ucapnya senang. Tatapannya terkunci keluar.

Tadi malam ia bermimpi, bertemu dengan seorang wanita cantik yang tersenyum hangat ke arahnya sambil merentangkan tangan, Haechan ingat ingat lupa dengan wajah itu, senyumnya teduh, bahkan ia menariknya kedalam dekapannya, hangat rasanya Haechan belum pernah merasakan pelukan sehangat itu, rasanya seperti ia kembali pada ibunya.

Dan dia mommy, satu yang ia yakini adalah ketika wanita itu berkata,

Kalo channie sudah selesai, biar Mommy jemput ya nak.

Haechan tak mengerti dalam mimpi yang ia ingat, seingatnya ia hanya mengangguk anggukan kepala lalu berlari lari dengan wanita cantik yang memanggil dirinya sendiri, Mommy.

Tapi ketika Haechan terbangun ia merasakan sudut matanya basah karna air mata, Haechan diam tak bergeming saat Doyoung dan Taeyong masuk keruanh rawatnya.

"Apa yang sedang adik kecilku pikirkan heem?" Tau tau Taeyong sudah di sebelahnya, mengusap kepalanya yang tertutup kupluk pemberian Renjun kemarin. Haechan menoleh ke arah Taeyong lalu tersenyum tulus.

Haechan menggeleng, "Ani hyungie, channie tidak memikirkan apapun." Jawabnya tersenyum.

"Apa aegiku belum mau makan heum?" Doyoung berbicara sambil memutar ranjang Haechan jadi berada di sebelah kirinya sedangkan Taeyong berada di sebelah kanan.

Haechan menggeleng, "Channie tidak lapar," Bibir itu mengerucut lucu. "Hyung, channie capek." Ucapnya kemudian.

Taeyong dan Doyoung menatap Haechan sendu, adiknya ini seolah kehilangan gairah hidup, ia mulai merasakan bahwa mataharinya sudah meredup, semangatnya hidup tenggelam bersama tumor tumor yang makin menggerogoti jiwanya.

"Istirahat kalau begitu, nanti bangun lagi. Jinjja tidak lapar? Channie tidak mau makan bubur buatan hyung?" Doyoung merajuk agar adiknya itu luluh mau memakan masakannya. Bukan, bukan karna ia tak suka jika masakannya tidak di makan tapi ia tak suka ketika adiknya tak memakan apapun sejak pagi.

Wangi bubur tercium di indra penciumannya, harum sekali bubur kesukaan Haechan ketika ia sedang sakit, biasanya makanan yang ia makan ketika sakit sangat hambar namun Doyoung maupun Taeyong selalu bisa membuat makanan itu berasa dan enak.

Haechan mengangguk lucu, "Tapi channie ingin di suapi." Ucapnya.

Taeyong memekik senang begitupun dengan Doyoung, "aegiii hyungie, iya hyung suapi." Ucap Taeyong mengambil tupperware berisi bubur buatan adiknya, Doyoung.

Doyoung sendiri menggenggam tangan Haechan lembut, menyalurkan kehangatan lewat genggamannya, bibir Haechan tak berhenti tersenyum melihat ke antusiasan kedua hyung kesayangannya. Ia lelah, ia tak bohong jika dirinya masih merasa sakit walaupun sudah di obati sekalipun.

Ia telah berjuang hampir setahun lamanya, dokter memperkirakan hidupnya bertahan 2 tahun namun sekali lagi yang menentukan hidup dan mati seseorang adalah Tuhan, dokter hanya berusaha semaksimal mungkin demi keselamatan pasiennya.

Haechan telah mengikuti seluruh anjuran dokter agar kembali sehat seperti sedia kala, walau awalnya ia menolak melakukan kemoterapi karna takut, namun belakangan ini ia melakukannya walau sedikit terlambat tapi ia tetap mencoba bukan?

"Hyung," Panggil Haechan membuat Taeyong dan Doyoung menoleh serempak ke arahnya, ia sudahh selesai makan ngomong ngomong.

"Channie mimpi bertemu dengan seorang wanita, cantik sekali ah ani bukan hanya wanita ada seorang laki laki tapi dia tak bicara pada channie hanya eumm..." Haechan mengingat ngingat kembali mimpinya yang terasa nyata itu.

"Dia tak bicara apapun, hanya tersenyum hangat pada channie lalu wanita itu menarik channie kepelukannya, hangat sekali hyung," Haechan dengan semangat menceritakan mimpinya yang terasa nyata, sedangkan Doyoung dan Taeyong mendengar dengan seksama.

"Itu mommy," Ucap Haechan membuat Doyoung dan Taeyong tertegun. "Channie gatau awalnya karna wajahnya channie inget inget lupa tapi mommy bilang gini ke channie, 'Kalo channie sudah selesai, biar Mommy jemput ya nak.' hyung! Mommy ingin jemput channie." Seru Haechan senang tanpa tau arti di balik kalimatnya.

Sedangkan Taeyong dan Doyoung makin tertegun di tempat, Mommy? Jemput? Mereka tak akan kehilangan matahari mereka sekarang bukan?

Mommy, jangan jemput Haechan.

   -ˏˋ  ꒰ 🐻🐻🐻 ღ  ˊˎ-

Vote & comment, jusseyo.

PULANG [ END ] ✔️Where stories live. Discover now