🦋 PART 06 🦋

11.2K 627 15
                                    


Malam ini hujan deras.

Seorang cewek malang ditendang keluar dari gedung motel dalam keadaan begitu menyedihkan. Pakaiannya compang-camping, rambutnya berantakan macam orang gila, badannya comot, beberapa terdapat bercak darah, dan wajahnya sedikit cemong.

Air mata tak berhenti mengalir dari kedua sudut matanya. Menangisi nasibnya hari ini yang mendadak memilukan. Tidak, bukan hanya memilukan, tetapi juga memalukan! Dia bahkan merasa jijik pada dirinya sendiri saat ini.

"ARGHH!!"

Di bawah derasnya hujan ini dia berteriak. Disusul bunyi guntur sayup-sayup di langit, dan kilat yang kadang terlihat menerangi jalanan yang gelap ini. Derasnya air hujan berhasil menyamarkan air mata yang banjir di wajah cewek malang itu.

Iya, cewek malang itu, Aqila.

Jatuh terduduk di aspal, Aqila menunduk, meratapi nasibnya yang sangat naas ini. Cowok-cowok brengsek yang merupakan kakak kelasnya itu sialan sekali telah menodai dirinya! Bahkan Aqila tidak habis pikir pada isi otak mereka.

Aqila menekuk lututnya, meringkuk gemetar, dia memeluk dirinya sendiri. Lalu ketika ingat bahwa dia sudah tak lagi suci, cewek itu menjambak rambutnya frustasi. Berteriak histeris merasa dunianya sudah begitu hancur. Suaranya tenggelam oleh derasnya air hujan yang menghujam bumi dan kesiur angin menghantam pepohonan.

"Diem, bangsat! Gue tampar lo, ya!"

"Mantep juga lo. Gue jadi ga pengen berhenti."

"Desah, lonte! Cepet desah!"

"Pake nama gue, anjing! Cepet!"

Hati Aqila begitu retak. Bukan cuma karena perkataan jorok dan menjijikkan yang dilontarkan mulut busuk cowok-cowok itu, tapi juga perbuatan keji mereka terhadapnya.

Apa mereka tidak punya ibu atau saudara perempuan? Mengapa mereka begitu tega melecehkan Aqila?

Sekali lagi, Aqila mengerang depresi. Dia tak segan mencakar-cakar lengannya sendiri hingga tergores oleh kukunya dan mengeluarkan darah. Tentu saja luka basah itu perih karena langsung mendapat guyuran air hujan.

"ANJEEEENG!!"

***

Tidurnya Kiara tidak nyenyak. Berkali-kali dia mencoba mencari posisi yang pas dan nyaman untuk memejamkan mata, tapi tetap saja tidak bisa. Benaknya selalu teringat akan Aqila. Sudah mencoba menghubungi temannya itu, tapi Aqila tak menjawabnya.

Ketika sampai di rumah ini, Kiara akan menanyakan dan memastikan tentang keadaan Aqila pada Elgar. Namun papa yang begitu khawatir tak membiarkan Kiara ada waktu untuk berbincang singkat dengan Elgar. Cewek itu langsung dilarikan ke rumah sakit oleh papa karena melihat pergelangan tangannya tergores.

Sedangkan Elgar yang dimarahi papa habis-habisan karena dianggap gagal menjaga adik perempuannya, memilih minggat sementara dari rumah. Kalau dia terus ada di rumah, ia yakin pasti papa tak hentinya berceramah. Atau lebih parahnya lagi, papa akan menghukumnya dengan hukuman berat.

Jadinya, sampai detik ini Kiara tak sempat bertemu sama Elgar lagi selain tadi sore. Jehan sendiri tak begitu hirau, bahkan dia tidak repot-repot akting mengkhawatirkan sang adik perempuan di hadapan papa karena memang dirinya bersikap acuh tak acuh di hadapan maupun belakang papanya.

"Aqila, kok lo tega sih bikin gue uring-uringan begini?" gumam Kiara.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, menampakkan sosok Papa yang terlihat khawatir.

"Kia, kenapa belum tidur?" Papa menghampiri ranjang Kiara, duduk di tepinya. Tangan besar itu mengusap puncak kepala Kiara lembut.

"Kia..." Kiara mencoba mencari alibi. "...insomnia, Pa." Dan dia pun menemukannya.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt