🦋 PART 37 🦋

7.4K 435 15
                                    

"El, itu Razor bukan, sih?" Kedua mata Zhico menyipit, telunjuknya mengarah ke seorang pemuda yang baru saja keluar dari toko.

Elgar menggeram, kedua tangannya terkepal emosi. Cepat-cepat ia melenggang ke arah musuh bebuyutannya tersebut dan melayangkan sebuah tinju tepat ke pelipis Razor hingga pemuda itu oleng.

"Anjing!" Razor mengumpat, ia tak siap dengan serangan itu.

Elgar tak banyak berkata, ia akan menggunakan kesempatan ini untuk menghajar Razor habis-habisan. Kalau perlu sampai cowok itu tepar dan mampus.

Bugh!

Bugh!

Zhico dan Rivan menyusul. Bukannya mencegah perkelahian itu terjadi, mereka berdua justru ikutan mengeroyok Razor.

"Ah, bangsat! Pengecut lo pada!" maki Razor seraya terus berusaha menghindari serangan membabi-buta dari musuh-musuhnya ini. "Beraninya keroyokan!"

Rivan tertawa jahat. Tak hentinya ia menendang Razor. "Derita lo."

Zhico pun menyahut, "Alah bacot!"

Elgar sendiri tak terlalu memedulikan makian Razor. Yang penting adalah, dia bisa menghajar musuhnya itu sekarang. Karena di kantor polisi waktu itu, Elgar tidak sempat membalaskan dendamnya.

Priiittt!!

Lengkingan peluit disusul kedatangan tergopoh-gopoh seorang satpam mengehentikan aksi baku hantam itu. Sebisa mungkin, si satpam memisahkan Elgar dan kedua temannya dari Razor.

"SUDAH! SUDAH! JANGAN BERANTEM DI SINI!!" teriak satpam itu.

Beberapa orang yang keluar dari toko pun ikut mengerumuni kejadian tersebut untuk memenuhi rasa penasaran. Tak urung pula, orang-orang yang berkendara di sekitar jalanan menoleh kepo.

"MINGGIR! GUE HARUS HAJAR NIH SETAN SAMPE MAMPUS!" Elgar berusaha melepaskan diri dari cengkeraman si satpam.

Razor dibantu satpam lain yang baru datang, menjauh dari Elgar. Ia pegangi luka-luka dan lebam yang terdapat di wajahnya. Kondisinya tidak baik-baik saja, karena beberapa detik setelahnya, ketua gangster Demon itu ambruk ke tanah.

Elgar, Rivan, dan Zhico terbahak melihat itu. Sementara orang-orang di sana menganggap tiga cowok itu adalah biang onar yang harus segera diseret ke kantor polisi.

"Ah, tai! Lepasin gue, njing!" Tentu Elgar tak terima dirinya akan diserahkan ke polisi. Maka dari itu, ia menyiapkan ancang-ancang untuk lari dari satpam.

"WOI, JANGAN KABUR!!"

Benar saja, Elgar dan kedua temannya itu berhasil lolos. Mereka melarikan diri dan menaiki motor masing-masing yang terparkir tak jauh dari sana. Segera saja ketiganya tancap gas, bodo amat dengan teriakan-teriakan satpam.

Sedangkan Razor dibawa ke rumah sakit terdekat oleh beberapa orang yang berkenan membantu, karena kondisinya kian memburuk.

***

Thalia tercengang sesaat, mulutnya reflek menyebut, "Kiara...?"

Sebuah anggukan kepala diberikan oleh Kiara, membenarkan ucapan Thalia.

Ya, benar, dia Kiara.

"Lo apa-apaan, sih?!" Thalia geram, menatap beringas Kiara.

Tak gentar sama sekali, Kiara justru membalas tatapan Thalia dengan tatapan sengit. Giginya menggeretak pertanda menahan amarah. Riak penuh dendam terpancar dari matanya.

"Buka ga?! Ngapain lo menyamar jadi sopir taksi?! Bukannya lo lagi sakit jiwa, ya?!" Thalia berusaha membuka pintu mobil di samping kanan-kirinya yang terkunci.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang