🦋 PART 12 🦋

7.4K 437 14
                                    

"Jangan ngadu sama kepsek! Awas aja kalo lo ngadu, gue hajar lebih daripada ini!"

Usai melontarkan kalimat ancaman, Si Badgirl balik kanan dan angkat kaki bersama tiga temannya. Begitu pun siswa-siswi, mereka bubar jalan menyisakan hanya ada Kiara seorang.

Kiara menangis perih. Bukan cuma menangisi rasa sakit di sekujur tubuhnya, tapi juga karena orang-orang itu berhasil memotret keadaannya yang lagi begitu. Seragamnya compang-camping menunjukkan beberapa bagian tubuhnya. Tentu saja membuat Kiara merasa sangat malu.

Kini cewek itu merasa bingung harus melakukan apa. Dia tidak tahu harus ke mana dengan seragamnya yang sudah seperti itu. Pikirannya juga linglung apakah akan mengadukan kasus bullying ini pada kepala sekolah atau tidak.

Kalau Kiara mengadu, dia takut dia dibully lebih parah lagi seperti ancaman dari Si Badgirl tadi. Tapi kalau tidak diadukan, bullying akan terus berlanjut.

"Gue harus gimana...?" Kiara sesenggukan. Beringsut perlahan dari posisinya menjadi lebih minggir.

Beberapa orang yang melewatinya bertingkah bodo amat. Justru tak segan melemparinya dengan sampah dan batu.

Kiara malu. Susah payah dirinya mencoba bangkit dan berjalan tertatih ke arah toilet cewek. Ia pun memeluk dirinya sendiri agar auratnya tidak terekspos lebih banyak.

Kala masuk ke kamar mandi, Kiara cukup dikagetkan oleh keberadaan Thalia dan Leana yang lagi ngaca di depan wastafel. Kedua cewek itu sempat memerhatikan Kiara lewat refleksi cermin hingga kemudian membalikkan badan menghadap Kiara sepenuhnya.

"Ow ow ow! Liat siapa ini?" Thalia mendekati Kiara bersama Leana. Rautnya mengejek, sangat menyebalkan di mata Kiara. "Ada korban bullying? Ululu kecian..."

Leana ketawa kecil lalu memanggil, "Thal." yang disahuti Thalia. "Kalo orang matanya merah, terus bengkak. Itu kenapa, ya?"

Mereka berdua berlagak seperti orang bego. Bermaksud mengejek Kiara yang lagi menderita.

"Uh kayaknya disengat tawon deh," balas Thalia diakhiri tawa yang sengaja dibuat-buat.

Kiara cuma bisa memandang dua kakak kelasnya ini dengan matanya yang memang bengkak. Dia tidak ada niat melawan karena persendiannya terasa lemas. Lebam dan luka di beberapa bagian tubuhnya juga tak mendukung Kiara untuk melakukan perlawanan kalau-kalau nanti memang akan dihajar oleh dua cewek ini.

Meski diejek oleh Thalia dan Leana, Kiara masih mencoba sopan dan berucap, "Permisi, Kak. Gue mau lewat."

"Apa?" Leana sok menulikan telinga. Tampangnya benar-benar menyebalkan, pantas sekali untuk ditampol. "Mau lewat?"

"Iya, Kak."

"Ga semudah itu, Maryati." Thalia mengibaskan rambutnya hingga mengenai mata Kiara. "Kita mau ngasih tambahan ke elo."

"Eh, Thal, liat deh body nya. Bener-bener kurus kering, ya. Hahaha!!" Leana membolak-balikkan badan Kiara melihat body Kiara dari bawah hingga atas tak ada yang dilewatkan.

Thalia menyetujui. "Pasti lo kismin, ye? Ga dikasih makan sama ortu lo? Atau jangan-jangan pekerja part time lagi?"

Kiara tak menjawab. Kehabisan tenaga, Kiara tak minat sama sekali melawan kata-kata kedua cewek ini.

"Tolong izinin gue lewat, Kak. Gue ga ada urusan sama lo berdua," mohon Kiara.

"Oke kalo lo maksa banget mau ke toilet." Leana akhirnya mengangguk. "Tapi gue yang bantuin, ya!"

Yang tadinya Kiara sedikit lega karena dengan mudahnya diizinkan lewat oleh Leana, kini merasa panik lagi. Bagaimana tidak? Leana menarik rambutnya yang dikepang dan menyeretnya dengan kasar ke salah satu bilik. Gesit sekali cewek itu langsung menceburkan wajah Kiara ke dalam kloset.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Where stories live. Discover now