🦋 PART 28 🦋

8.9K 465 23
                                    

"Tunggu aja. Sebentar lagi, kalian akan diturunkan dari jabatan. Sekolah ini, ga pantes dikendalikan orang-orang semacem kalian," desis Lian. "Bahkan kalau perlu, kalian juga harus di DO."

Tidak tersinggung sama sekali, Dysis malah tersenyum miring tak kalah songongnya. Karena dia seorang yang ber-uang dan cukup memiliki kuasa, dia rasa dirinya tak perlu takut akan hal apapun.

"Gue bakal diturunkan dari jabatan osis kalo gue mau. Kalo ngga, ya udah ga akan ada yang bisa pecat gue dari jabatan itu." Lengan Dysis bersidekap. Lagaknya menantang Lian.

"Jangan mentang-mentang lo anak donatur, lo bakal dianakemaskan di sini, Dy. Tante gue bukan orang yang gila harta. Mau disogok berapapun, yang dia dukung bakalan tetep keadilan," cetus Lian tanpa takut.

Atmosfer terasa berat. Yang lain cuma bisa menyimak karena memang tak mau salah ucap. Untunglah bu Momon segera menyusul ke ruangan ini, perhatian mereka pun teralihkan.

***

"Semuanya udah siap?"

Pertanyaan Elgar dibalas anggukan mantap oleh Arvin. Sorot mata keduanya sama-sama tajam, tak ada raut santai sama sekali.

"GUYS, WAKTUNYA NYERANG DEMON!" Arvin menoleh ke belakang, menyeru anggota Lemoy’s yang sudah siap dengan kuda besi mereka masing-masing.

Saga, Rivan dan Zhico saling berlempar pandang. Belum diketahui pasti mengapa Elgar akan mengadakan serangan mendadak ke markas musuh. Tapi, mereka tak akan banyak tanya soal itu, yang penting sekarang mereka akan baku hantam.

Brum!!

Ketika motor Elgar melesat disusul Arvin dan inti Lemoy’s yang lain, barulah anggotanya mengekor dari belakang. Derum motor mereka membumbung ke udara, menyesaki jalan raya.

Sekitar dua puluh menit waktu yang dibutuhkan Lemoy’s untuk sampai ke markas Demon. Buru-buru Elgar melepas helm dan melenggang penuh amarah menuju gedung markas musuhnya.

"RAZOR BAJINGAN!! KELUAR LO SETAN!" teriak Elgar beringas.

Inti Lemoy’s menyusulnya, sedangkan anggotanya bersiap di belakang menunggu aba-aba.

GEDUNG INI DISITA.

Elgar tidak buta untuk sekadar membaca tiga kata tersebut di papan yang tergantung di pintu markas Demon. Hal itu tentu membuat ketua gangster Lemoy’s beserta keempat temannya saling bertukar tatap tak paham.

"Kok disita sih?" celetuk Zhico.

"Ke mana tuh setan?" Saga bersuara.

Rivan turut menyahut, "Kita kurang cepet ini keknya."

"Terus gimana, El?" tanya Arvin berikutnya.

"Kita bakar aja ini tempat," jawab Elgar menahan emosi.

Arvin langsung menggeleng. "Kalo aja ni gedung masih jadi milik Demon, fine-fine aja kalo kita bakar. Tapi masalahnya kan udah disita, pasti udah jadi punya orang."

Elgar frustasi memikirkannya. Rambutnya yang tebal ia acak, sebagai bentuk pelampiasan. Pokoknya dia harus balas dendam kepada Razor hari ini juga! Tidak peduli di manapun markas Demon sekarang, yang pasti Elgar harus bisa menghajar mereka.

Brang!

Elgar menendang pintu markas Demon. "Terus kita harus cari mereka ke mana?"

"Mending kita balik ke markas lagi, kita pikirin soal ini di sana."

***

"AAAA!!"

Kiara terperanjat dari tidur. Teriakannya mengagetkan Dokter Oki yang sedang duduk menulis sesuatu. Secepat itu pula dokter berlari ke dekatnya dan membiarkan Kiara berhambur masuk ke pelukannya.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Where stories live. Discover now