🦋 PART 13 🦋

7.3K 451 10
                                    

Bel sekolah sudah berdentang sekitar sepuluh menit yang lalu, tapi cewek dengan kepang satu itu masih enggan keluar dari dalam bilik ini. Ya, Kiara. Dia masih menunggu sekolah sepi baru berniat keluar untuk pulang.

Perasaan Kiara campur aduk. Cemas, khawatir, ketakutan, linglung, gundah gulana dan sedih semua bercampur seperti adonan kue. Kiara yakin, pasti hapenya di kelas berdering terus. Dengan penelepon yang sama yaitu Papa.

Ketika dirasa sepi dan tidak ada derap langkah kaki di luar toilet, Kiara beranjak dan pelan-pelan mengintip dari balik pintu. Dan memang kosong, lorong di depan toilet tidak ada siapapun.

Kiara bisa bernafas lega sekarang. Kini ia langkahkan kakinya keluar dari toilet dan cepat-cepat menuju kelas takut keburu dikunci. Seragamnya masih sama, terlihat compang-camping.

Begitu masuk kelas, Kiara tak melihat adanya tas soft pink miliknya di atas meja dia. Ketika merunduk, ternyata tas itu berada di bawah meja. Sudah kotor dan banyak bekas injakan kaki.

Kiara memungut tasnya dengan perasaan super sedih. Tas itu ringan karena semua isinya menghilang entah ke mana. Bahkan hape Kiara, benda pipih itu juga tak ada.

"Hape sama buku-buku gue ke mana?" Kiara menyentuh dahinya menggunakan telapak tangan, mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas. Suaranya terdengar parau, akibat kebanyakan menangis.

Pandangan Kiara berhenti tepat di pojok atas ruang kelas. Di tembok sana, terdapat benda pipih yang retak parah tertempel ke dinding.

"Astaga!" Kiara memekik melihat hapenya dilem ke dinding dan layarnya rusak parah. Segera cewek itu mencoba mengambilnya tapi tingginya tak sampai.

"Ini siapa coba yang beginiin?!" Sambil menahan geram, tangis yang semula reda kembali lagi. Kiara pun lompat-lompat untuk mencapai hapenya tersebut.

Celingukan, Kiara menemukan sapu teronggok di pojok ruangan. Cepat-cepat dia ambil sapu tersebut untuk digunakan mengambil handphone.

Prak!!

Hape itu jatuh ke lantai dengan mengenaskan. Kiara membuang asal gagang sapunya dan beralih mengambil hape. Dia menangisi ponselnya yang jadi seperti itu. Bukan cuma tentang hapenya, tapi semua data yang ada dalam handphone itu yang Kiara tangisi.

"Sumpah tega banget," lirih Kiara. Air matanya tak berhenti meleleh. Masih belum puas membasuh pipi cewek itu.

Langkahnya gontai membawa ia keluar kelas setelah mengambil tasnya yang kotor. Sebelum benar-benar pergi dari sana, Kiara mengecek tong sampah yang ada di luar kelas. Kini ia bertambah kaget karena ternyata buku-buku dan alat tulis miliknya semua dibuang ke sana.

Tuh kan. Makin mewek deh Si Kiara. Ingin memungut barang-barang itu, tapi Kiara merasa jijik. Jadi, dia tinggalkan saja barang-barang tersebut di tong sampah.

Sial banget hari ini bagi Kiara. Sudahlah dibully dan dipermalukan, kini barang-barangnya pula yang ikutan jadi korban.

Di lingkungan yang sama tapi beda posisi, tiga orang cowok dengan motor merah terparkir di depan gerbang SMA Treekleyn 03 mengamati sekolah yang sudah sepi ini lamat-lamat.

"Kayaknya kita telat deh. Sekolahnya udah sepi," celetuk Alga.

"Tapi gue yakin dia masih belom pulang," sahut Razor yakin.

Agas yang malas menunggu sesuatu yang tidak pasti akhirnya menyeletuk, "Udah ah cabut aja yuk!"

"Sabar, angsat. Gue yakin banget tuh cewek belom balik. Info dari salah satu mata-mata gue yang sekolah di sini, Kiara dibully. Bajunya robek-robek, gue abis dikirimin gambarnya. Pasti dia nunggu sekolah sepi supaya ga ada orang yang liat dia."

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Where stories live. Discover now