🦋 PART 33 🦋

8.1K 523 26
                                    

Arvin menutup laptop di pangkuannya dan meletakkan benda itu ke meja. Sejenak, ia hembuskan nafas lesu, rautnya berubah muram.

Rivan di sebelahnya terkekeh mendapati wajah Arvin yang seperti itu. Ia ketawa sambil menepuk pundak Arvin. "Lo kenapa dah? Abis hamilin anak perawan orang?"

Kepala Arvin menoleh, dia menggeleng kecil tanpa jawaban.

Saga turut menimpali, "Udah gitu bawa-bawa laptop segala lagi. Rajin amat wibu."

"Nonton anime isekai, ye? Kok kagak ada suaranya?" sahut Zhico ikut-ikutan.

Helaan nafas Arvin lagi-lagi terembus. Balasnya, "Selain sok iye, kalian nih juga sok tau."

Kini mereka berada di markas, bocah-bocah Lemoy’s yang lain juga pada nongkrong di mari. Yang tidak hadir hanyalah Elgar sang ketua.

"Weka weka." Zhico ketawa ala-ala tawa online. Sudah gitu ketawanya garing pula.

"Gue lagi ngerjain sesuatu tadi," kata Arvin sambil menyesap rokoknya. Penjelasannya mendapat balasan 'oh' saja dari kawan-kawannya.

Lalu Rivan celingukan ke sekitar markas, ia menceletuk, "Eh si Elgar ke mana dah? Jarang nongkrong dia akhir-akhir ini."

"Lo kayak gatau si Elgar aja. Kan dia udah akur sama adeknya. Mungkin aja sekarang lagi jagain si Kiara," jawab Zhico lempeng.

***

Usai melakukan sholat dua rakaat, papa menengadahkan tangannya dan berdoa. Dalam doanya dia menangis meminta keadilan dan meminta kesembuhan untuk putrinya.

Papa seperti hilang arah. Satu-satunya jalan agar hatinya tenang hanyalah mengadu pada pencipta-Nya. Bukan itu saja, tapi papa juga berdoa semoga hubungannya dengan semua anaknya termasuk Elgar kembali membaik. Ia mengakui penyesalannya dalam doa-doanya itu.

Elgar tak sengaja melewati pintu kamar papa yang sedikit terbuka, ia melongo sedikit dan mendengar semua doa-doa papa. Hatinya tiba-tiba bergetar, darahnya berdesir, dan jantungnya berdegup tak normal.

Kakinya mengambil satu langkah mundur, ia tercenung menatap satu objek lurus-lurus. Entahlah apa yang saat ini Elgar rasakan, karena dirinya sendiri tak bisa mendeskripsikan.

"El!"

Tepukan di bahunya membuat Elgar sontak menoleh. "Bang Jehan?" sebutnya.

Ternyata itu si sulung. Dia menatap Elgar dan kamar papa secara bergantian. Tanyanya, "Ngapain di mari? Mau nyolong lo?"

Geram dituduh begitu, Elgar membalas, "Mulut lo."

Jehan justru terkekeh. "Udahlah, kuy temenin gue ke tempat Dokter Oki. Kita jenguk Kiara."

Mendengarnya, Elgar mengangguk. Memang tadi ia sempat ada niat menjenguk Kiara. Tapi masih menimang-nimang dulu.

Dengan motor masing-masing, kedua bersaudara itu pergi untuk menjenguk Kiara. Mereka mengendarai motor dengan kecepatan sedang, menyalip pengendara lain di sana-sini. Hingga sampailah keduanya ke tempat tujuan.

"Kiara," panggil Jehan sembari membuka pintu kamar adik bungsunya diekori Elgar di belakangnya.

Namun, tak ada Kiara di dalam.

Kedua bersaudara itu mengedarkan pandangan, mencari sosok adik bungsunya. Nihil, kamar ini kosong melompong tiada orang.

"Ke mana Kiara?" Jehan menatap Elgar. Sedangkan adiknya itu malah menggeleng. Tentu saja ia juga tidak tahu, kan baru datang bareng Jehan.

"Eh, ada abang-abang Kiara?"

Serempak Jehan serta Elgar menoleh ke ambang pintu, di sana ada Dokter Oki yang memapah Kiara kembali ke ranjangnya.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Место, где живут истории. Откройте их для себя