🦋 PART 27 🦋

9.4K 527 12
                                    

aduh maap yee yang tadi sempet ngira update cerita. itu sebenernya cuman gambar wkwk. rupanya masih ada yg nungguin toh. rajin vote komen ye biar eike tau apa yg kalian suka dan ngga. mwehehe. sankyuu all! 🥰❤️❤️

_______



"Eh buru woi!"

"Weh jangan ngalangin jalan napa!"

"Woi gue duluan woi!"

"Buruan ngapa wei!"

Siswa-siswi memenuhi koridor, berlomba-lomba untuk cepat sampai di lapangan. Bahkan saling tubruk-menubruk saking buru-burunya.

"Sekali lagi, ditujukan kepada seluruh siswa-siswi SMA Treekleyn 03 untuk segera berbaris di lapangan. Diharapkan seluruhnya agar hadir, tidak boleh ada yang tersisa di kelas."

Siaran lewat mikrofon yang terpasang di dinding-dinding kelas maupun lorong sekolah menggema sekali lagi. Di jam istirahat ini, bukannya pergi ke kantin sekolah, mereka semua malah dikumpulkan di tengah lapangan yang cukup terik.

"Duh panas banget, njir. Ngapain sih kita dikumpulin di mari? Kan aula sekolah ada." Raisa, cewek badgirl tempo hari yang pernah membully Kiara mengeluh.

Febri alias si boti mengangguki. "Heem, MBD, MBD, MBD. Malesin banget, deh."

"Lagian tumben, ya, bu Momon ngumpulin kita kek gini. Kayaknya ada something," sahut Riska si muka bulat.

"Perasaan gue ga enak," timpal Salma yang memakai kacamata.

Adalah lima menit mereka panas-panasan di lapangan sekolah hingga akhirnya bu Momon datang menghadap segenap siswa-siswinya.

Pandangan bu Momon beredar, memindai murid-murid satu lapangan. Kelihatannya mereka semua sudah benar-benar berkumpul, bahkan dari kalangan murid berandal trouble maker saja juga hadir.

Ada mikrofon tanpa kabel di tangan kepala sekolah itu. Bu Momon membutuhkan benda itu karena kalau tidak, suaranya akan kalah dengan suara murid-muridnya yang lebih bising.

"Bukan tanpa sebab ibu mengumpulkan kalian di lapangan, apalagi di waktu panas terik semacam ini," ucap Bu Momon memulai. Rautnya tegas dan berwibawa, tak terlihat kalem seperti biasanya.

Bisik-bisik para muridnya berhenti, keadaan pun mulai senyap.

"Terakhir kali terjadi bullying di sekolah ini adalah tiga tahun yang lalu, setelah saya menjabat sebagai kepala sekolah bullying sudah tiada. Dan hari ini, saya mendapat kabar mengejutkan bahwa bullying terjadi lagi di SMA ini."

Omongan bu Momon berhasil bikin para muridnya saling pandang satu sama lain. Khususnya 'mereka' yang memang terlibat dalam aksi perundungan. Tanpa terkecuali Raisa dan ketiga temannya serta Dysis and the geng, bahkan teman-teman satu kelas Kiara.

"Kalian pasti nggak asing dengan nama Kiara Angelica Ertama," celetuk kepsek lagi. "siswi kelas sepuluh yang jadi korban bullying."

Masih lengang. Tak ada yang berani menimbulkan suara barang sedikitpun.

"Dan pelakunya adalah ... kalian semua." Bu Momon tertunduk sekilas, seolah tak sanggup meneruskan kata-katanya karena merasa kecewa dibohongi siswa-siswi satu sekolah. Yang selama ini ia percaya sekolahnya sudah aman damai, ternyata diam-diam ada perundungan.

"Tapi yang paling parah, sampai ada yang meneror Kiara dengan cara mengirimkan paket misterius. Kalian tau? Yang menerimanya bukan Kiara sendiri melainkan abangnya," sambung bu Momon.

"Saya sudah punya beberapa bukti mengenai kasus pembullyan ini. Termasuk isi dari paket misterius yang dikirim ke Kiara. Semuanya sudah jelas, saya akan memanggil orangtua dari para pelaku yang terlibat. Bukan hanya skorsing, bahkan saya bisa men-DO pelaku bullying sebagai ancaman berat."

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Where stories live. Discover now