🦋 PART 20 🦋

8.9K 422 16
                                    

"Keknya dia udah molor, mending kita keluar cari angin."

Atas perkataan Elgar, kedua temannya tersebut mengangguk. Lantas tiga remaja lelaki itu melenggang keluar dari kamar inap Kiara begitu saja, menuju motor mereka masing-masing di parkiran rumah sakit.

Bersamaan itu, ketika mereka akan mengenakan helm, sebuah mobil yang terlihat familier memarkir di sana. Keluar dari mobil tersebut seorang pria yang membuat pupil Elgar melebar seketika.

"Papa..."

Ya, kalian tahu itu.

"Gawat, bro." Rivan meneguk salivanya.

Mendadak jantung mereka berdebar lebih kencang. Bukan debaran cinta, melainkan panik akan situasi ini.

Retina papa sudah bisa menangkap figur putra keduanya dari posisi ini. Dengan segera, ia berlarian kecil ke arah Elgar dan langsung menyambar kerah jaket sang anak.

"KURANG AJAR!"

BUGH!!

Satu bogeman berhasil melayang. Menghantam keras tulang pipi Elgar hingga cowok itu memejam menahan gejolak kesakitan.

"ANAK SIALAN KAMU!"

DUGH!

Kali ini sebuah tendangan yang papa daratkan di perut Elgar.

"BISA-BISANYA KAMU BIKIN KIARA MASUK RUMAH SAKIT!"

Segala macam pukulan dan tendangan papa layangkan pada cowok dengan piercing di bibirnya itu. Ini adalah kali kedua Elgar diserang secara brutal oleh papa.

Elgar sudah yakin hal ini lambat laun akan terjadi. Papa tidak akan membiarkan putri kesayangannya itu tergores sedikitpun. Apalagi sampai masuk rumah sakit seperti sekarang ini.

"Bro, gimana nih? Lerai ga?" Rivan berbisik takut-takut pada Arvin. Terlihat cowok wibu itu justru bimbang.

"Gatau, njir. Watashi juga takut, ini urusan keluarga." Kepalanya Arvin gelengkan.

"Tapi, Vin, kita temennya Elgar. Masa ngebiarin dia dibogem kek gitu sama bokep—eh bokapnya." Dalam keadaan itu, Rivan menabok bibirnya sendiri yang sempat-sempatnya typo.

"Duh, bingung ego." Arvin berdecak, merasa kalut.

"Pa, ampun, Pa!" Elgar berseru. Berusaha menangkis pukulan-pukulan sang papa.

Papa sedikitpun tak menghiraukannya. Meski wajah dan bagian tubuh Elgar sudah berdarah-darah, pria yang masih kelihatan kekar itu terus menyerangnya.

"EH, EH, BERHENTI! ADA KERIBUTAN APA INI?!"

Huft, beruntung sekali!

Datang dua orang sekuriti yang dengan sigap memisahkan perkelahian tersebut. Susah payah papa dijauhkan dari Elgar yang kondisinya parah dan mengalami luka-luka.

"Lepas! Saya harus kasih pelajaran ke anak durhaka itu!" Papa menyentak, mencoba melepaskan diri dari kekangan seorang sekuriti.

"Pak, tenang, Pak. Semua bisa diselesaikan secara kekeluargaan!" ujar sang sekuriti dengan nama Salim.

Sementara sekuriti yang satunya memapah Elgar bersama Rivan.

"Iya, Om, mendingan sekarang om pergi ketemu Kiara aja. Dia lagi butuh om." Arvin turut menyahuti, tapi dalam hati sejujurnya ketar-ketir karena papa begitu terlihat garang.

Papa melengos ke arah teman Elgar tersebut sambil menghempas kasar tangan Pak Salim. "Alah kamu juga sama! Sama brengseknya seperti anak durhaka itu!"

"Awas, ya, saya tidak akan mengampuni kamu nanti!" ancam papa tak main-main sembari menunjuk tepat ke wajah Elgar penuh amarah.

ANIMOUS #1 | 2022 [ END ]Where stories live. Discover now